VI

2.6K 157 24
                                    

Krist baru saja selesai menyiapkan makan malamnya saat Singto keluar dari kamar mereka. Rambutnya sedikit basah, beberapa tetes air bahkan ia biarkan jatuh begitu saja di bajunya. Singto dalam mode seperti ini terlihat begitu menggoda meski hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana selutut.

Aroma Mint bercampur Maskulin dari tubuh Singto langsung menyeruak ke hidung Krist saat ia mendudukkan dirinya di kursi tempat mereka makan malam. Krist menatapnya sekilas. Sedikit menelan ludah, mengingat aroma tubuh Singto dan penampilannya yang begitu menggoda untuk Krist, ia kembali memeriksa makanannya.

"Butuh bantuan?"

Krist terpaksa kembali menatap suaminya. Menggeleng sejenak, lalu mendaratkan pantatnya di kursi.

"Tidak perlu," Tersenyum singkat, kemudian mengambil piring untuk Singto. "Aku tidak pandai dalam hal memasak, jadi kau bisa membuang makananku jika rasanya buruk," imbuhnya seraya meletakkan piring dihadapan Singto.

"Aku tidak akan membuang-buang makanan yang sudah kau masak untukku Krist," Singto tersenyum, lalu mulai menyantap spaghetti buatan Krist.

Krist tidak mengalihkan pandangannya dari Singto saat lelakinya itu mulai menikmati masakannya.

"Tidak terlalu buruk. Ayo cobalah. Aku tidak berbohong padamu Krist."

Krist tak perlu menunggu perintah untuk yang kedua kalinya. Ia langsung melahap spaghetti miliknya.

Benar. Masakannya tidak terlalu buruk, meski tidak sebaik di restoran. Tapi Krist tak peduli. Setidaknya ia bisa makan malam bersama suaminya.

Ah benar. Sejak kejadian tadi pagi di kamar mandi, bayangan Singto tak pernah lepas dari pikirannya. Apalagi mengingat apa yang barusan Singto lakukan padanya sebelum mandi.

Ingatkan Krist, ia tak pernah merasakan apapun saat Singto mencium pipinya. Justru wajah merona Singto yang ia ingat. Tapi sekarang?

Krist menggeleng pelan. Berkali-kali ia mencoba menghapus bayangan Singto di dalam otaknya. Sedikit menghembuskan nafas, ia kembali melahap makanannya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Singto. Suaminya itu terlihat lahap dengan makanannya. Nampak begitu tampan dan menawan, bahkan disaat ia sedang makan sekalipun.

Krist tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya, tapi ia menemukan dirinya begitu bahagia saat memandangi Singto yang tengah melahap makanannya. Ya, masakan buatannya. Seolah ada ribuan kupu-kupu yang memenuhi perutnya.

Seulas senyum itu tergambar jelas diwajah Krist, namun seketika menghilang kala manik hitam milik Singto bertemu dengan netranya.

Singto, baru saja memergoki Krist yang tengah mencuri pandang padanya. Singto tersenyum. Pun dalam hatinya. Seolah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya sejak ia kembali ke apartemennya. Singto sadar, perubahan Krist hari ini begitu jelas di matanya.

***

Krist masuk ke kamarnya dan mendapati Singto yang tengah sibuk dengan tabletnya. Ia yakin jika lelakinya itu masih mengurusi beberapa pekerjaannya.

Ia masih mematung di tempatnya, dibelakang pintu, saat Singto sadar Krist tak kunjung ke ranjang.

"Kenapa masih disana hm?"

"Uhm? Aku sudah memintamu untuk beristirahat. Kenapa kau masih bekerja?"

Krist menatap Singto dan tabletnya bergantian. Manik hitam Singtopun mengikuti gerakan netra Krist.

"Oh, aku hanya sedang mengirim email."

Krist mulai berjalan menghampiri Singto yang bersandar di headboard. Meraih tablet milik Singto, lalu meletakkannya diatas nakas yang berada disamping ranjang. Singto sedikit terkesiap, tapi sebuah senyuman manis seketika menghiasi wajah tampannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner in Life [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang