Kegagalan seperti sudah jadi temanku sejak lama, ia selalu saja berpihak padaku. Sedangkan dewa keberuntungan selalu diperuntukan kepada Kakakku.
Lagi-lagi aku tidak mendapat apa yang aku pilih pertama kali, sama halnya ketika hampir lebih dari setengah isi lemariku adalah turunan dari kakakku. Kehidupan kami sederhana, semuanya ada, tapi harus serba cukup dan mama selalu benci boros dan berlebih-lebihan.
"Kara, kamu sudah melihat pengumuman tes Mandiri di Universitas yang kamu daftarkan kemarin?" Mama menanyaiku ketika kami sedang sarapan pagi.
"Belum ma." Aku makan dengan tidak berselera
"Pengumumannyakan pukul dua siang nanti ya Kara? " Papa menatapku lalu meraih cangkir kopi hitam yang asapnya mengepul di kanannya.
"Iya Pa, nanti kalo udah keluar Kara kasih tahu Mama sama Papa." Aku berusah terlihat baik-baik saja.
"Semoga saja kamu lulus Kara, dan kamu tidak mengecewakan kami lagi." Mama tidak melihatku ketika mengatakannya.
Sejak semalam aku sudah memikirkan hal ini, kecemasan itu selalu muncul menghantuiku. Kegagalan-kegagalan itu menari-nari di kepalaku. Bagaimana jika nanti aku gagal lagi, bagaimana jika aku tidak lulus di pilihan pertamaku. Semua pikiran itu membuatku baru terlelap pukul dua dini hari.
Hari ini hari Rabu, Kakakku sudah pergi ke kampusnya sejak pukul tujuh pagi tadi, sedangkan papa juga sudah berangkat kerja, sekarang hanya tinggal aku dan mama di rumah.
Suasana rumah ini sangat nyaman namun jauh berbeda dengan hatiku sekarang.
Usai membantu segala perkerjaan rumah bersama mama, hatiku juga belum berhenti cemas.
Tiba-tiba Mama menghampiriku yang sedang duduk di kursi ruang tamu.
"Kara, tolong belikan Mama tepung maizena ya, Mama kelupaan membelinya kemarin." Mama memberikan uang kepadaku.
Aku mengangguk dan berdiri menuju kamar mengenakan kardigan hitamku dan jilbab yang senada. Aku menuju pintu dan segera mengenakan sendal jepit yang juga berwarna hitam.
Entah kenapa rata-rata barang yang aku punya sendiri, dan bukan turunan dari kakakku selalu saja berwarna hitam dan gelap.
Supermarket tidak terlalu jauh dari rumahku, aku hanya butuh 10 menit berjalan kaki.
" Maaf kak, mau mengambil yang mana?"
Aku menunjuk kotak berwarna kuning itu.
Pegawai supermarket tersebut tersenyum dan memberikan kotak itu padaku.
_
Jam di rumahku sudah menunjukan pukul dua belas siang. Mama sedang asik di dapur memasak kue lapis kesukaan Kakak.
Aku masih sibuk menghabiskan es krim yang ku beli tadi, sembari berusaha menenangkan pikiran dengan mendengarkan musik kesukaanku. Playlist lagu indie yang menenangkan.
Tok Tok
"Kara!!! Buka pintu depan."
"Iya ma."
Siapa sih yang datang, ganggu aku menikmati es krim ini deh
Ucap Kara dalam hati."Hei Kara, Siang"
Kak Dian menyapaku, sekilas aku melihat mobil putih berlalu, bisa dipastikan itu mobil Bang Niko pacarnya Kak Dian."Siang Kak."
"Hari ini penguman masuk universitas kamu ya Ra?"
Kak dian mengambil satu kotak es krim milikku"Iya kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Way
RandomIni kisah tentang mimpi dan ambisi. Tentang bumi yang tak pernah berkonspirasi untuk merealisasi resolusi. Tentang asa yang dipatahkan karena tahta dan harta. Dan ... kisah ini menjadi perwakilan bisikan hati banyak orang.