CINTA

23 2 0
                                    

Cinta menyapaku dengan lengkung bibir apel miliknya, ia mengenakan sutra putih kian anggun dengan pesona warna biru keemasan di pergelangannya.

Dengan itu pula aku membalasnya lalui isyarat kesangsian dari hati yang malu atas kerendahannya yang maha tinggi. Cinta pun melambai telapak tangannya terbuka sempurna. Seperti sebuah istana tanpa penjaga.

Sebentuk aurora terpancar dari bola matanya dan kutahu bahwa di sana sungai-sungai musim semi tengah mengalirkan kapal-kapal dan di atasnya nelayan melemparkan jala asmaranya yang liar.

Cinta terperangkap di jala itu, seperti kecipak ikan kecil yang hendak mencari celah untuk lolos dari tangkapan. Tapi kesempatan takmengizinkannya terlepas membiarkan dirinya tetap tinggal dalam jala. Dan jala itulah hatiku yang malu,dan akulah nelayan itu.

Bandar Lampung,23 Januari 2020

Kumpulan Sajak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang