Bab 1. Si Pengganggu

9.1K 272 25
                                    

Bismillah ....

Hari Selasa itu cukup muram karena gerimis sudah turun sejak subuh. Titik-titik air membasahi lapangan tempat upacara biasanya berlangsung. Daun-daun pohon kersen juga basah dengan titik-titik air yang menggelayut, kemudian menetes membasahi tanah. Cuaca hari ini membuat suasana sekolah berubah senyap. Murid-murid berseragam putih abu itu memilih tinggal di kelas sembari menatap hujan, beberapa terlihat menggerombol dan bersenda gurau. Hanya sedikit yang memilih pulang dengan taksi online atau terpaksa pulang karena jemputan sudah menunggu.

She would never say where she came from
Yesterday don't matter if it's gone
While the sun is bright
Or in the darkest night
No one knows, she comes and goes

Goodbye Ruby Tuesday
Who could hang a name on you?
When you change with every new day
Still I'm gonna miss you

Lagu Ruby Tuesday sayup-sayup terdengar dari laptop Rahma, perempuan berjilbab biru itu sedang sibuk menumpuk beberapa map dan siap beranjak dari duduknya. Khaira yang duduk di seberang Rahma sesekali ikut mendendangkan lagu kesukaan Ayahnya itu, lagu lama yang dinyanyikan Rolling Stones. Ayahnya suka sekali menyebut hari selasa dengan Ruby Tuesday, membuat Khaira lama-lama ikut menyukai lagu itu.

"Ra, nggak ikut rapat?" tanya Rahma.

"Ikut dong. Sebentar, Ma aku ngopi file dulu." Khaira masih menatap laptopnya. Mata cokelatnya sesekali mengerjap, keningnya berkerut ketika membaca nama file yang akan disalinnya. Memastikan itu file yang benar.

"Eh, Ra. Ketua panitia PAS-nya siapa sih?" Rahma sudah berdiri memeluk tumpukan map.

"Bukannya Pak Abdillah ketuanya?" jawab Khaira.

"Udah diganti kali, Ra. Itu kan semester kemarin. Kalo nggak salah sekarang Pak Afif ketuanya. Ehem ... ehem." Rahma sengaja berdehem keras, menyindir Khaira.

"Nih minum, Ma. Kamu kenapa? Batuk?" Khaira menyodorkan sebotol air mineral pada Rahma. Entah dia mengerti atau tidak kalau Rahma sedang menyindirnya.

"Ya ampun, Ra. Kamu ini polos banget sih?! Masak nggak ngerti kode keras?!" Rahma mencebik.

"Apaan sih, Ma?!" Khaira sekarang mendongak menatap Rahma.

"Pak Afif naksir kamu, Khaira yang lugu." Rahma terbahak sambil menepuk punggung Khaira.

"Alah gosip, Ma. Jangan asal ngomong loh, Pak Afif itu anaknya ketua yayasan. Kalo didengar Bapaknya kan nggak enak, Ma." Khaira mulai menutup laptop dan membereskan beberapa buku yang akan dibawanya ke ruang rapat.

"Kok gosip sih, Ra?! Itu fakta! Kamunya aja yang nggak paham-paham. Pak Afif suka cari-cari kesempatan buat deket sama kamu, ngerti nggak sih kamu? Makanya dia nunjuk kamu jadi sekretaris panitia." Rahma menjelaskan panjang lebar.

"Udah deh nggak usah dibahas. Yuk ah ke ruang rapat. 5 menit lagi mulai loh," ucap Khaira. Perempuan itu langsung melangkah meninggalkan Rahma yang masih melongo.

"Eh, Ra ... tunggu, Ra. Yah malah ninggalin." Rahma sedikit manyun dan mulai melangkah menyusul Khaira.

@@@

"Jadi jadwal PAS sudah jadi ya, bapak ibu. Besok jumat akan mulai diinfokan ke semua siswa. Untuk pembagian pengawas saya minta bantuan Bu Khaira dan Bu Yeni yang membuat. Jangan khawatir, saya akan bantu."

Lelaki berkemeja putih dengan senyum menawan itu mengakhiri penjelasannya. Kemudian melirik Khaira yang sibuk mencatat di buku agenda bergambar kaktus. Khaira sama sekali tidak menyadari tatapan Afif yang penuh arti. Rahma benar, Khaira terlalu polos.

Cinta Ketiga (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang