"MAMAAAA" Lagi-lagi mimpi itu datang. Menghantui setiap malam indah gadis 20 tahun itu.
Suara ketukan pintu menyadarkan gadis itu. Lagi-lagi hanya mimpi. 5 tahun belakangan ini mimpi itu selalu hadir setelah ingatannya kembali, membuat gadis itu semakin menjerit ketakutan.
"Non? Non tidak apa-apa? Tolong buka pintunya non!" Seorang wanita paruh baya itu mengetuk-ngetuk pintu majikannya yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Hampir setiap malam ia terjaga dari tidurnya setiap kali suara jeritan itu terdengar.
"Adek gak apa-apa kok Mbok. Tolong ambilkan minum buat adek." Gadis itu mengontrol nafasnya.
Wanita paruh baya itu memasuki kamar bernuansa biru milik gadis itu sambil memegang nampan yang berisikan segelas air.
"Non sekarang istirahat saja, besok Den Farhan akan kembali dari Jepang."
"Iya Mbok, Farah udah tau. Sekarang Mbok juga istirahat yah." Gadis itu segera menarik selimutnya dan mulai memasuki alam mimpi indahnya setelah mimpi buruk itu.
***
"Assalamu'alaikum Mbok cantik." Gadis itu mencuil pipi kendur milik Mbok Iyem.
"Ehh neng geulis. Udah bangun yah. Ini Mbok lagi buatin Sup ayam kesukaan Non."
"Yah Mbok. Ini mah kesukaannya bang Farhan. Mbok lupa yah? Kan kesukaan Adek Kentang goreng." Gadis itu merungut kesal melihat Mbok yang mulai lupa.
"Ehh iya Mbok lupa Non. Maklum udah tua."
"Mbok tau nggak? Mbak Renata, teman kuliah Bang Farhan dulu? Ingat gak?"
"Ohh eneng yang cerewet pisan itu toh? Ohh kalau itu mah mbok tau."
"Nah itu, kemarin Farah ketemu dia, dia nyariin bang Farhan loh mbok. Dia bilang gini? Ehh kamu adiknya Farhan kan? Farhan sekarang dimana? Bilangin yah kalau Mbak Renata rindu. Gitu katanya. Hahaha lucu gak sih Mbok? HAHAHA!! Ngakak ngakak." Gadis itu tertawa renyah.
"Iya bilangin juga kalau Bang Farhan rindu banget sama adiknya." Seorang pria berumur 25 tahun itu memeluk adiknya dari belakang.
"BANG FARHAN!" Gadis mungil itu memekik dan segera bergelayut manja di lengan pria gagah itu.
"Rindu yah? Abang tau kok. Jadi udah gak marah lagi nih?"
"Ohiya Farah kan lagi kesel sama abang. Tau ahh Farah masih kesel sama abang." Gadis itu menarik tangannya dan segera membanting tubuhnya di atas sofa.
"Dasar bocah. Ingat umur neng. Sekarang kamu udah dua puluh taun. Udah tua, gak perlu ngambek-ngambek kayak anak kecil lagi." Farhan mengacak-acak pucuk hijab adiknya.
"Farah kan udah bilang, Farah mau di beliin motor sport. Itu aja kok." Gadis mungil itu melipat tangannya di depan dada.
"Gak usah motor sport. Abang udah pesanin mobil Lamborghini langsung dari italia. Mungkin barangnya akan sampai minggu depan?"
"Wahh yang bener? Tapi kan Farah cuman maunya motor sport. Tapi gak pa-pa lah. Makasih abang." Gadis itu memeluk abangnya dengan sayang.
***
Haii ini cerita kedua aku. Semoga kalian suka yah? Jangan lupa Vote. Byebye klean

KAMU SEDANG MEMBACA
Farhana Raqwani
RomanceAku menyukai pantai, tapi tidak dengan deburan ombak yang menyapu setiap butiran pasir yang bersemayam di bibir pantai. . Aku menyukai senja tapi tidak dengan kepergiannya yang membuat bumi berganti malam. Cahaya itu hilang berganti kegelapan. . Ak...