Disappear

18 4 0
                                    

Apa yang menarik dari perpustakaan kota? Buku-buku tua yang menumpuk? Sarang laba-laba di sudut atas pilar? Atau meja penjaga yang kayunya mulai lapuk?

Perpustakaan kota itu bukanlah tempat favorit banyak orang. Mungkin hanya sedikit dari mereka yang tertarik dengan jajaran buku berdebu itu. Sejak beberapa tahun belakangan, perpustakaan di sudut Jalan Anggrek itu mulai ditinggalkan. Bahkan penjaga perpustakaan saja tak akan betah berlama-lama berada di sana saking sepinya.

Menurut orang-orang, perpustakaan itu mulai berhantu sejak seorang anak menghilang diantara rak-rak buku. Bahkan ada yang bilang perpustakaan itu berdiri di atas tanah bekas pembantaian. Tentu saja, dengan rumor seperti itu tak akan ada orang lagi yang tertarik berkunjung ke sana.

Dan malangnya, Taera barusaja menginjakkan kaki di lantai krem bangunan tua itu. Gadis berambut sebahu itu menarik tali tas ke depan dan memegangnya erat, ia menatapi pintu kayu beraksitektur Belanda itu cermat-cermat, juga jendela-jendela kusam yang kacanya telah retak dan sebagian dindingnya tertutup tanaman rambat. Seolah, bangunan itu benar-benar tak pernah terjamah. Taera menghela napas, meneguhkan niat dan melangkah memasuki bangunan.

Kesan pertama yang ia dapat setelah memasuki bagunan itu adalah sepi, lantainya sedingin es dengan partikel debu yang terlihat beterbangan di penjuru ruangan. Kemudian pengap, ruangan itu hanya dipenuhi bau buku-buku lama. Dan terakhir, suara decitan jendela yang terbuka oleh angin berkali-kali membuat Taera ingin pulang saat itu juga.

"Hai!" Seorang wanita muda muncul dari balik meja penjaga, baju putihnya kontras dengan warna dinding belakang yang hitam. Wanita itu mencepol rambutnya tinggi-tinggi dan membiarkan beberapa anak rambut menggantung indah di sisi wajah cantiknya. "Apa diluar panas? Tak biasanya ada orang yang berteduh di perpustakaan ini." Suaranya sarat akan sindiran.

Benar bukan? Perpustakaan adalah tempat paling nyaman untuk berteduh. Apalagi jika perpustakaan itu ber-AC dan memiliki WiFi gratis.

"Ah, aku mau meminjam buku," Taera menarik anak rambutnya ke belakang telinga, agak gugup juga baru datang begini langsung disembur dengan sindiran, "untuk tugas." Gadis itu buru-buru menyelesaikan ucapannya saat wanita muda di balik meja penjaga mengangkat alis bertanya.

"Kalau begitu pilihlah buku yang kau mau, semoga buku disini membantu tugasmu," wanita itu merentangkan tangan kanannya, mempersilahkan Taera untuk masuk lebih dalam.

Taera mengangguk, melangkah menjauh menuju rak-rak buku tua, meninggalkan wanita muda itu yang menatapi punggungnya. Tumpukan debu mendominasi beberapa sudut rak dengan buku-buku yang kecoklatan berjajar rapi seolah tak tersentuh. Dengan ragu, gadis itu mengulurkan tangannya berniat mengambil buku bersampul biru dengan motif kupu-kupu.

"Jangan memegang buku sembarangan!" Suara wanita muda itu menggema di setiap sudut perpustakaan membuat Taera agak tersentak dan buru-buru menarik tangannya. "Kau bisa saja merusak sampul tua-nya!" Suara itu terdengar lagi tanpa memunculkan sosok pemiliknya.

"Baik!" Taera balas berseru, melangkah menjauhi buku itu dan melihat buku-buku lain.

"Berhati-hatilah, bisa saja kau diculik diantara rak-rak buku!" suara itu terdengar lagi membuat Taera batal mengambil kotak merah kecil yang tergeletak di lantai.

"Apa itu nyata? Maksudku, bagaimana bisa seorang anak menghilang begitu saja?" Taera menengadah, menatapi atap perpustakaan yang berbentuk kubah. Di ujung atasnya terdapat lampu gantung yang dikelilingi abu kecoklatan juga beberapa atapnya yang retak membuat sinar matahari masuk begitu saja.

"Kau percaya? Bagaimana bisa semua orang termakan berita bodoh itu? Itu hanya mitos! Akal-akalan orang yang memang sengaja ingin membuat perpustakaan sepi! Hah! Orang-orang memang mulai tak waras!" Wanita muda itu mulai berceloteh dari balik meja penjaga, mengomeli orang-orang dan pemerintah yang sekarang mulai melupakan keberadaan perpustakaan kota ini. Taera meringis, berusaha mengabaikan omelan wanita itu, gadis itu memilih melangkah ke area belakang dan mendekati buku hijau muda yang menarik perhatiannya membuat suara si wanita penjaga perlahan menghilang.

DISAPPEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang