"Kau yakin sudah membawa semuanya? Baju hangatmu? Dompet? Pasport? Kau yakin tak ada yang tertinggal?"
Baekhyun mencoba menyamakan tinggi keduanya yang rumpang, berjinjit demi bisa melingkarkan selembar syal berwarna merah pada leher sang kekasih. Memastikan kekasih tampannya agar tetap hangat dan nyaman selama perjalanan nanti. Ia diam-diam terkikik di balik punggung tangan, menertawakan Sehun yang kini terlihat seperti pengantin Goblin.
"Sudah semuanya,Babe...Tapi ada satu yang tak bisa kubawa..."
"Apa?"
"Kekasih mungilku yang cerewet..."
Sehun mengusak surai hitam Baekhyun dengan lembut, menatap hangat ke arah kedua belah pipi bulat Baekhyun yang kini bersemu merah. Iris cokelatnya menatap lekat ke arah si mungil, menikmati detik berharga yang tersisa sebelum akhirnya harus mengalah pada jarak yang membentang memisahkan.
"Sehunie, kau harus ingat jika kau adalah milikku...Jadi jangan pernah mencoba untuk melirik gadis lain...Atau aku akan benar-benar pergi ke cenayang dan membuatmu kejang-kejang..."
Sehun hanya bisa terkekeh, menertawakan sikap posesif Baekhyun yang terlihat meragukan setianya. Baekhyun hanya terlalu percaya pada sebuah pepatah yang mengatakan, tendangan jarak dekat saja seringkali gagal, apalagi tendangan jarak jauh.
"Jangan khawatir...Aku sudah menulisnya besar-besar disini...Sehunie hanya milik Baekhyunie..." Sehun menunjuk dahinya yang berkilau dengan ujung telunjuknya, berpura-pura mengggunakanya sebagai pena untuk menuliskan sebuah pengakuan manis agar Baekhyun lekas mengakhiri cemburunya yang berlebih.
"Kau juga harus ingat, kau harus mengirim pesan padaku setiap hari...Jangan membuatku khawatir dengan mengilang tanpa kabar..."
"Iya,Babe...Aku akan mengingatnya..."
"Kau juga harus menelponku setidaknya 3x seminggu...Kau akan berada dalam masalah jika memiliki panggilan lain saat aku menelponmu...Karena aku akan memecahkan celengan babiku dan langsung terbang ke Beijing untuk menyeretmu pulang..."
Baekhyun mempoutkan bibirnya dengan wajah masam, tengah berfikir dengan keras, bagaimana caranya menahan Sehun agar urung terbang ke belahan bumi lain dan meninggalkannya? Haruskah ia menangis meraung agar Sehun urung pergi dan merobek tiket pesawatnya? Dan haruskah ia berguling di lantai agar Sehun menyerah pada mimpinya untuk menjadi pilot?
"Tuhan, jadi seperti ini rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?"
"Apakah kau begitu berat berpisah denganku? Jika iya, kau boleh ikut denganku..."
"Benarkah?"
Baekhyun menatap dengan penuh antusias, terlanjur sibuk membayangkan betapa syahdu jika keduanya bisa tetap bersama hingga ke negeri Tirai bambu. Tak akan ada rindu, tak akan ada hari yang sepi dan kelabu, dan tak akan ada hati yang curiga dan cemburu.
"Tentu saja...Kau hanya perlu menekuk tubuhmu yang mungil dan masuk ke dalam koperku...Berhentilah mengoceh dan jangan membuat keributan, maka 2jam kemudian kau akan sampai dengan selamat di Beijing..."
Betapa cerdas seorang Oh Sehun.
"Dasar bodoh...Kau ingin membunuhku?"
Baekhyun memukul lengan Sehun dengan gemas, melampiaskan kekesalannya karena Sehun telah membuat angan-angannya berakhir hancur dan berkeping. Namun pada pukulan ke sekian, Sehun meraih pergelangan tangannya dengan sigap, menarik tubuh mungilnya hingga berakhir dalam sebuah pelukan hangat.
Baekhyun telah menunggu detik mendebarkan ini selama ratusan purnama, saat dimana ia bisa mengusakkan wajahnya ke dada bidang sang kekasih dan menghirup dalam-dalam aroma Vanila khas Sehun yang terasa begitu adiktif. Rasanya begitu hangat dan nyaman, hingga ia mulai mensemogakan agar waktu sejenak berhenti dan membiarkannya mengukir kenangan indah ini di hati dan pikirannya.
YOU ARE READING
I'll Never Love Again
FanfictionSehun selalu memiliki 1001 alasan ketika Baekhyun menanyakan kapan mereka akan menikah? Sebuah pertanyaan yang wajar mengingat keduanya telah menjalin kasih selama bertaahun-tahun. Hingga akhirnya, Chanyeol datang di saat Baekhyun lelah untuk menant...