01

1 0 0
                                    

Hay hayy gengs,
Ini cerita baruku semoga kalian suka.
Sending virtual hug 🤗
Happiee Readings 😍😘

🐝

            Ibu membuyarkan lamunanku.
"Nduk pokoknya kamu harus nikah sama Dia, Dia itu orang baik, berpendidikan, ganteng pula kurang apa coba" kata ibuku menggebu gebu sambil menyapu teras. Seperti sales yang sedang demo panci dirumah pak Rw.

Ibuku terus mengutarakan pendapatnya, bahwa aku harus menikahi laki laki yang akan melamarku minggu depan.

Aku hanya diam memendam amarah yang membuncah dalam dadaku. Bapak dan ibu selalu memaksaku menikah, padahal aku belum mau. Benar benar belum ingin menuju ke jenjang itu. Alasan mereka cukup simpel, Aku anak ke dua dari lima bersaudara dan ke tiga saudariku sudah menikah semua kecuali sibontot satu satunya anak lelaki dirumah kami yang belum menikah, karena dia baru mau masuk smp bulan depan.

"Kamu itu jangan banyak memilih, yang penting baik agamanya, perilakunya dan tanggung jawab sudah cukup. Si Damar anak pak kades itu sudah suka sama kamu sejak smp, lagi pula apa kurangnya dia to nduk?".

Aku hanya membisu dan melipir menuju kamarku, Kepalaku berasap mendengar repetan ibuku yang seperti kereta api itu. Tidak ada capeknya. Sesampainya aku didepan pintu kamar Aku masih bisa mendengar suara Ibuku.

"Lagian mbok ya sadar umur nduk, malu sama adikmu yang udah pada menikah"

"Dengerin kata ibumu nduk, Bapak kan juga pengen nimang cucu dari kamu" Bapakku tiba tiba menyahut.

"Cucu bapak kan sudah banyak" jawabku sekenanya.

"Ya kan dari kamu belum" kata bapak senyum senyum tidak jelas.

Beuhhh, Bapak yang sedari tadi diam membaca koran pun ikut menyahut membenarkan pendapat ibu.

Aku menutup pintu sedikit menggebrak, nafasku tidak teratur. Bapak dan Ibu selalu saja menyuruhku menikah, memang menikah itu gampang kayak beli gorengan. Aku membanting tubuhku dikasur, membaca buku ,sampai terlelap.

Love First, Then Marry. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang