You can call me, Monster

6.5K 655 191
                                    

"We got that boom boom boom boom boom—"

Aku terusik ketika mendengar suara yang sepertinya berasal dari ponselku. Tanpa membuka mataku, aku meraba kasurku untuk mencari dimana ponselku berada.

Dan hap, diriku berhasil menemukan ponsel kesayanganku. Dengan kesadaran yang belum penuh, aku terpaksa membuka mataku dan melihat orang yang menelponku ini.

Mataku terbelalak kaget ketika melihat nama yang tertera di ponselku, Sesil. Refleks, aku bangkit dan duduk ditepi kasur.

Untuk apa kak Sesil menelponku?

Diriku menepuk keningku sendiri ketika melihat jam pada ponselku yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Sial, aku telat bangun. Tapi, kenapa kak Sesil harus menelponku? Maksudku, kita kan serumah, kenapa harus menelpon?

Biasanya, setiap pagi dia pasti selalu membangunkanku dengan segelas air, untuk di siram ke wajahku tentunya.

Aku terdiam, kemudian dengan ragu aku mematikan secara sepihak panggilan dari kak Sesil. Lagi pula, setelah ini aku akan segera menemui kak Sesil, dia pasti sedang marah-marah di dapur.

Huh, badanku pasti akan babak belur setelah ini.

Karena masih mengantuk, perlahan aku turun dari kasurku dengan sempoyongan dan berniat untuk menemui kak Sesil. Diriku menguap sejenak, sebelum membuka pintu kamar.

Aku membuka mataku sepenuhnya ketika tanganku memegang knop pintu, yang terasa aneh bagiku.

"Astaga!"

Karena terkejut, aku sedikit berteriak. Beberapa pertanyaan seketika muncul di kepalaku. Masalahnya, kenapa pintu kamarku terlihat berbeda? Dan kenapa warna cat nya putih? padahal, pintu kamarku 'kan berwarna ungu muda.

Dengan cepat, aku membalikan badanku. Diriku semakin terkejut ketika menatap sekeliling kamar yang aku tempati. Demi apapun, ini bukan kamarku.

Kamar dengan nuansa serba putih, dan terlihat mewah. Sungguh, apakah aku sedang bermimpi? Atau aku tengah di surga? Apakah aku sudah mati?

"Aw—"

Aku mengelus pipiku sendiri setelah menamparnya dengan cukup keras. Ternyata, aku tidak sedang bermimpi. Oh ayolah, apa yang sedang terjadi padaku? Jika ini bukan kamarku dan ini bukan mimpi, lalu tempat apa ini?

Diriku menghembuskan nafasku berulang kali, berniat untuk menenangkan diriku sendiri. Tarik nafas, buang...

Aku menggigit jariku seraya menatap sekeliling kamar ini. Diriku menatap baju yang aku kenakan, ternyata aku masih mengenakan baju tidur semalam.

Tunggu, semalam kak Sesil menyuruhku untuk membeli makanan. Lalu, aku pergi dan ponselku— Oh iya, terakhir aku mengejar pencuri yang mengambil ponselku dan—

"Jangan takut, saya nggak akan nyakitin kamu, sweetie."

Mataku terbelalak bersamaan dengan kejadian yang semalam terjadi padaku muncul begitu saja dipikiranku. Shit, makhluk itu...

Jangan-jangan, kamar ini adalah kamarnya? Maksudku, jangan-jangan aku sedang berada di rumahnya? Ya tuhan, habislah aku.

Tapi tidak, makhluk seperti itu mana mungkin tinggal di rumah yang sepertinya mewah dan sangat besar.

Lalu, aku di mana dan rumah siapa ini?

Pantas saja kak Sesil menelponku— Sial, dia pasti marah besar karena aku belum pulang dari semalam.

Monster Of TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang