PERHATIAN KECIL

3.4K 272 19
                                    

Terbit awal April 2021

Keep novel hubungi Azeela Danastri
+62 812-3679-4029


Ayu sudah bersiap ke rumah utama bersama dengan Fitri dan Budi. "Sarapanmu sudah selesai Sayang?" tanya Fitri seraya mengeluarkan loyang Garlic bread dari oven, aromanya sungguh menggoda dan Ayu penasaran dengan roti itu.

"Sudah," jawab Ayu seraya menaruh piring di wastafel, hari ini tugas Dion untuk mencuci peralatan makan mereka.

Ayu mendekati tempat tantenya berdiri dan memeluk sang bibi dari belakang dan berkata, "Enak banget baunya, seperti roti di Restoran pizza. Ayu dulu pernah dibelikan sekali oleh teman," ujar Ayu seraya mengendus-endus udara.

Fitri mengulum senyum, hatinya terenyuh. Rasa iba dan kasihan meremas hati kecilnya, Ayu sungguh harus berhemat untuk bisa menikmati makanan seperti ini karena ibunya yang sakit-sakitan. Gadis cantik itu memang seayu namanya, sangat mengerti dan memahami keadaan orangtuanya dan tidak ingin menjadi beban mereka.

Fitri dengan manik matanya yang berkaca-kaca berkata dengan lembut kepada Ayu, "Ayu boleh makan semuanya, semampu Ayu. Ayu mau Apple pie? Nanti Tante buatkan." Fitri merasa tenggorokannya tercekat saat mengucapkan kata tante, rasanya batinnya tidak rela jika gadis cantik yang sebenarnya adalah darah dagingnya ini. Tetap memanggil dirinya dengan sebutan tante.

Ayu mencium kedua pipi Fitri sampai menimbulkan suara seperti anak kecil. Dirinya sendiri bingung kenapa dengan Fitri ia bisa bermanja-manja seperti saat ini. "Ayu nggak mungkin menghabiskan semuanya kan tante? Tapi kalau tante mau ajarkan Ayu untuk membuat makanan yang ada di restoran bule itu Ayu tentu mau," ujar Ayu.

"Apapun untuk Ayu, Tante pasti mau Nak. Hanya satu pinta Tante, Ayu jangan lagi pergi jauh ya?"

Ayu terkekeh menanggapi perkataan tantenya itu, Ayu merasa lucu saja. Memangnya dirinya akan ke mana lagi, bukan?

"Ayu sudah di sini Tante, memangnya Ayu mau ke mana lagi? Ayu cuma punya Tante, Paman dan Kak Dion yang sangat amat Ayu sayangi banget, nget, nget. Pokoknya banyak sayang," ujar Ayu penuh dengan keceriaan. Fitri mencium pipi Ayu dengan penuh kerinduan, gadis itu sungguh sesuai dengan usianya, jika ceria seperti saat ini. Tidak lagi tampak sinar penuh keputus asaan, kali ini Fitri berjanji akan mencurahkan segalanya demi kebahagiaan Ayu. Kebahagiaan dan kehangatan pelukan seorang ibu, yang tidak bisa ia berikan selama delapan belas tahun terakhir ini. Mungkin inilah jawaban atas doanya selama ini. Walaupun dengan cara yang saat tidak ia inginkan, banyak sekali keganjilan dengan kepergian saudara suaminya itu. Untung saja Budi masih bisa mengumpulkan segala sesuatu yang berharga milik kakaknya Damar dan rumah peninggalannya saat ini di kontrakkan dengan pak RT sebagai penanggungjawab.

"Tante, hari ini Ayu ikut ke rumah utama lagi?" Ayu melirik tantenya yang sedang mengemasi kue menjadi beberapa bagian sedangkan dirinya mencuci bekas loyang yang terpakai.

"Iya dong,"

"Kalau Ayu hari ini di rumah aja gimana? Besok baru ke rumah utama," pinta Ayu. Entah mengapa ia merasa enggan untuk bertatap muka dengan Kian, tatapan Kian yang seolah mengintimidasi dirinya membuat Ayu gugup dan serba salah.

"Nggak bisa Sayang, Paman udah berpesan kalau Ayu harus ikut ke rumah utama. Tante tahu kamu kemarin ditegur oleh Kian karena seragammu yang ketat ya?"

Ayu mengangguk dan Fitri kembali melanjutkan perkataanya, "Ayu boleh pakai pakaian bebas kok dan jangan takut dengan Kian, sebenarnya dia itu baik. Tapi sejak kematian istrinya dia menjadi sedikit dingin dan menjaga jarak."

"Tetapi sebelum Ayu ke rumah utama, Ayu antar kue dan roti ini ke kantor pemasaran di depan sana ya?" pinta Fitri.

"Ayu nggak tahu yang mana kantornya," jawab Ayu.

The Trill Of RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang