TEGURAN

3.5K 342 11
                                    

SUDAH TERSEDIA

DI

GOOGLE PLAY STORE

DAN

PDF ORIGINAL

HUBUNGI ADMIN 1 +62 822-1377-8824 PUTRI KAMI / EMERALD 86

ADMIN 2 +62 822-2525-5937 GITA / GHEE 7

Terbit awal April 2021

Keep novel hubungi Azeela Danastri
+62 812-3679-4029

###############

"Ayu, itu namamu bukan?" tanya Kian tegas menatap datar ke arah Ayu.

Ayu cepat menganggukkan kepalanya.

"Antar kudapan dan kopi hitam ke ruang kerjaku se ka rang," titah Kian lagi, lalu meninggalkan ruang makan menuju lantai 2 ke dalam ruang kerjanya yang bersebelahan dengan kamar tidurnya.

"Baik Tuan." Ayu segera menyiapkan nampan dan menu yang diminta oleh Kian.

Kian menghenyakkan pinggulnya di kursi kerjanya. Sembari mempelajari beberapa dokumen berkas kerja yang harus segera ia tanda tangani, bertepatan dengan Ayu yang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Masuk ...." Pandangan mata Kian tak lepas dari daun pintu yang dibuka secara perlahan dan gadis mungil itu berjalan masuk.

Wajah Ayu tampak kebingungan, seraya matanya menyisiri seluruh penjuru ruangan yang terasa hangat dan nyaman. "Maaf tuan saya taruh di mana kudapan dan kopinya?" tanya ayu ragu dan bingung.

"Menurutmu harus di taruh di mana?" kata Kian tajam, entah mengapa rasa jengkelnya tak juga sirna karena teringat dengan paras Ayu yang merona saat digoda oleh Mario tadi.

Yah, wajar saja bukan? Ayu yang jelas masih muda dan normal menanggapi rayuan pria tampan seperti Mario. Ayu dengan kecanggungan dan merasa sedikit terintimidasi menengadahkan kepalanya menatap Kian, kemudian kembali menunduk ia takut menatap mata setajam elang tersebut. Selama ini ia tidak pernah bertemu dengan pria setegas dan sangat mendominasi seperti Kian.

"Emmm saya taruh di meja sini saja ya Tuan." Ayu segera menghampiri meja rendah di depan sofa. Yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Tatapan mata Kian tak lepas dari gerak gerik Ayu yang kaku dan canggung, untung saja pengendalian diri Ayu cukup baik. Setidaknya nampan yang ia pegang tidak bergetar.

"Sudah tuan sekarang saya permisi undur diri dulu," ujar Ayu dengan penuh kelegaan.

Saat Ayu membalikkan badannya dan tangannya sudah meraih gagang pintu. Ucapan Kian membuatnya terpaku.

"Aku belum mengijinkanmu pergi," ujar Kian seraya beranjak dari kursinya dan pindah duduk di sofa.

Kian memberi kode dengan dagunya. "Duduklah di sana," titah Kian seraya menunjuk sofa tepat di belakang tubuh Ayu.

Ayu segera duduk berhadapan dengan Kian, ia semakin merasa gugup dan risih. Tak betah berlama-lama dalam satu ruangan dengan Kian. Ia tidak ingin menampilkan kesan buruk di hari pertamanya bekerja tentu saja. Walaupun semua orang tampak sangat baik kepadanya.

"Kenapa gugup? Aku tak akan memakanmu," ujar Kian dengan tatapan tajam menaikkan salah satu alisnya dan muka datarnya.

Ayu menggeleng dan menunduk menutupi bibirnya yang mencebik tidak setuju dengan perkataan Kian.

"Kau tidak takut denganku bukan?" tanya pria tampan itu.

Ayu menengadahkan kepadanya dan menggeleng pelan. "Nggak dong Tuan, Ayu belajar dari bulu ketek walaupun selalu terhimpit, tapi tetap selalu tegar bertahan dan bertumbuh," jawabnya cepat. Ia harus membuat tameng dan menguatkan hatinya, sepertinya majikannya yang ini sekeras gunung es, dingin dan datar.

The Trill Of RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang