Fault #11

9.7K 531 192
                                    

Berdiri di antara kegelapan gue menengok ke kanan dan ke kiri tapi sama aja semua gelap. Cuma cahaya bulan yang sedikit menerangi tempat ini. Gue mendongak ke atas liat air dari langit turun di antara cahaya bulan yang terhalang awam hitam.

Hujan.

Gue harus lari, lari tapi badan gue gak mau gerak. Gue panik. Gue gak suka hujan. Tapi...

Kedipan cahaya kilat membelah langit semakin membuat kaki gue terpaku di tanah.

Enggak. Jangan.

Gue takut. Tolong. Gue takut.

DARRR!!!

Suara gemuruh guntur datang setelahnya membuat gue semakin menangis ketakutan.

"Krystal!"

"Krystal lari nak."

"Krystal lari."

"Lari, nak."

Gue menoleh mencari sumber suara.

"MAMA!!"

Mata gue terbuka dengan jantung yang berdegup gak karuan. Mimpi, gue mimpi Ya Tuhan. Gue menghembuskan nafas gue yang bergemuruh.

"Hey kamu kenapa, dek?" Mas Kae dia udah ada di samping gue dengan wajah yang diselimuti kekhawatiran.

"Mas," gue langsung meluk Mas Kae lega. Lega karena gue gak sendirian di sini.

"Kamu kenapa? Sampe keringet dingin gini." Lagi Mas Kae menanyakan keadaan gue sambil menghusap peluh di wajah dan leher gue yang emang berkeringat dingin.

Gue diem semakin ngeratin dekapan gue di badan Mas Kae, tenggorokan gue sakit dan lidah gue terlalu kelu buat ngomong.

"Aku ambilin minum," bisik Mas Kae masih ngelusin punggung gue.

Gue geleng gak mau ngelepasin. Gue takut mimpi itu kayak nyata banget. Gue masih terbayang-bayang ada di kegelapan itu sendiri di temani hujan dan petir yang gue benci. Gue gak mau.

"Sayang Krystal," bisikan lembut Mas Kae di atas kepala gue bikin gue makin membenamkan wajah gue di bahu lebarnya. "Ngomong dong dek. Kamu bikin khawatir."

"Pe peluk," ucap gue terbat setelah diem beberapa saat.

Mas Kae menurut membawa gue ke atas pahanya dan memeluk gue erat. Bibirmya sesekali menciumi rambut gue.

Setelah gue agak tenang Mas Kae narik wajah gue natep dia, "Mimpi buruk?"

Gue mengangguk, "Takut ada petir." Gue bergidik ngeri ngebayanginnya. Gue mencoba buat mengingat mimpi ini biar gue gak lupa.

"Mau telepon Mama," gue beranjak dari pangkuan Mas Kae tapi ditahan sama dia.

"Besok aja ini udah larut banget di sana."

Meski cemberut gue ngangguk yang dibilang Mas Kae bener.

"Ayo tidur lagi," Mas Kae narik gue buat rebahan.

Dan gue kembali tidur di samping Mas Kae yang tangan kanannya jadi batalan kepala gue. Menatap langit-langit kamar karena mimpi yang masih terbayang-bayang bikin gue gak bisa tidur lagi.

Mimpi gue tuh kayak nyata banget. Tapi anehnya suara Mama dimimpi gue bukan kayak suara Mama. Mama juga gak akan nyuru gue lari kalau gue dalam keadaan ketakutan gitu karena Mama pasti bakal meluk gue.

Gue rasa gue pernah mimpi kayak gitu tapi gue gak inget kapan. Mimpi itu cuma bunga tidur yang kita inget sepersekian detik setelah kita bangun makanya gue berusaha buat nginget mimpi ini karena rasanya gak asing buat gue.

This is FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang