1

42 4 0
                                    

Suasana SMA Cendekia terasa berbeda belakangan ini. Terhitung hari ini adalah hari ke-5 pelaksanaan ujian akhir semester. Para siswa maupun siswi disibukkan dengan kegiatan belajar, didepan ruang kelas ujian. Ramai. Itulah kata yang menggambarkan suasana saat ini.


(Namakamu) dan Steffi, dua bersahabat itu tengah belajar dikantin sambil menikmati batagor yang sudah mereka beli sebelumnya. Alasan mereka memilih kantin untuk belajar dikarenakan pada saat ujian akhir semester seperti ini, seluruh murid disibukkan dengan kegiatan belajar, dan jarang yang berpergian kekantin kecuali hanya untuk membeli makanan kecil dan segelas minuman untuk mengganjal rasa lapar mereka pada saat belajar. Entah teori dari mana, yang jelas rutinitas seperti ini sepertinya sudah turun menurun dilakukan seluruh murid SMA Cendikia pada saat ujian.

"Lo masih duduk sendiri, (Nam)?" tanya Steffi, setelah mereka selesai belajar dan memilih menikmati batagor yang sedari tadi mereka biarkan.

"Iya."

"Lo duduk satu bangku sama siapa sih?"

"Namanya Iqbaal. Gue belum pernah liat anaknya yang mana."

"Dia bolos? atau gimana?"

(Namakamu) hanya mengangkat bahu. Dihari ke-5 ujian ini, (Namakamu) masih duduk sendiri. Kakak kelas yang seharusnya duduk satu bangku dengannya ini pun masih juga belum masuk sekolah. (Namakamu) tidak tahu apa alasannya, dan tidak mau tahu. Yang terpenting bagi (Namakamu) saat ini adalah dia harus fokus belajar agar bisa mendapatkan rata-rata nilai yang terbaik pada saat pengumuman nilai akhir semester nanti.

"Gila ya itu kakak kelas, nggak masuk sekolah pas ujian akhir semester kayak gini. Nggak takut apa kalau dia nggak naik kelas? Pasti dia anak nakal nih."

"Kok lo bisa langsung cap dia anak nakal, Stef?"

"Kalau dari novel yang gue baca, kebanyakan anak nakal tuh kerjaannya pada bolos sekolah"

"Dih, kurang-kurangin deh Stef lo baca novel"

"Kenapa?"

"Semua kehidupan nyata yang lo liat pasti selalu lo sangkutin ke kehidupan novel. Inget Stef, kehidupan nyata dengan kehidupan novel itu beda."

"Sama aja kok kalau kata gue"

"Serah lo deh, Stef"

"Eh, lo mau kemana?" tanya Steffi, ketika melihat (Namakamu) yang beranjak dari tempat duduknya.

"Balik ke kelas, bentar lagi ujiannya dimulai."

"Tungguin gue!"

(Namakamu) dan Steffi memang dua sahabat yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat kata, dimana ada (Namakamu) pasti disitu ada Steffi. Entah pendapat dari mana, tak sedikit orang dikawasan SMA Cendikia ini mengatakan bahwa (Namakamu) dan Steffi kembar. Padahal, jika dilihat secara teliti, tidak ada kemiripan diantara keduanya. 

^_^

Ujian Akhir Semester mungkin merupakan suatu hal yang penting. Kita ralat--- mungkin tidak bagi Iqbaal. Sudah memasuki hari ke-5 Ujian Akhir Semester, Iqbaal masih belum terlihat diarea sekolah. Agy, salah satu sahabat Iqbaal pun tidak mengetahui dimana sahabatnya itu berada. Rencananya, setelah pulang sekolah nanti, Agy akan mampir kerumah Iqbaal. 

Seperti rencananya tadi, kini Agy sudah berada dihalaman rumah Iqbaal. Rumah ini tampak sepi, pintu garasi yang biasanya terbuka pun kini tertutup. Agy turun dari motornya dan berjalan mendekati pak Agus, seorang satpam yang biasa bekerja dirumah Iqbaal.

"Pak Agus!" sapa Agy.

Pak Agus menoleh, "Eh, den Agy. Ada apa, den?"

"Biasa pak, nyari Iqbaal. Dia ada 'kan dirumah?"

"Waduh, kalau itu sih pak Agus kurang ngerti den. Soalnya udah seminggu-an ini pak Agus nggak lihat den Iqbaal."

"Seminggu pak?" tanya Agy tak percaya.

"Iya, den."

Agy berfikir sejenak, mengingat kembali kapan terakhir kali dia bertemu dengan Iqbaal. Memory nya kembali teringat saat itu hari jum'at sore. Dia sedang berkumpul dengan teman-temannya di warung belakang sekolah. Disitu Iqbaal tampak seperti tidak memikirkan sesuatu, hanya saja, dia selalu memainkan ponselnya dan tidak peduli dengan sekitarnya, bahkan mengabaikan teman-temannya.

"Yaudah deh pak, kalau gitu aku balik aja deh." Ujar Agy.

"Loh, kok pulang den? Nggak mau cek den Iqbaal nya dulu, ada dirumah apa enggak?"

"Nggak usah pak. Ah iya pak, kalau ketemu sama Iqbaal bilangin ya pak, dicariin Agy, gitu."

"Siap den Agy."

"Yaudah pak. Aku pulang dulu, assalamualaikum."

"waalaikumsalam."

Menghilangnya Iqbaal selama kurang lebih satu minggu ini ternyata bisa membuat Agy khawatir. Bagaimana tidak? Sudah satu minggu ini Iqbaal tidak pergi ke sekolah, dan sudah satu minggu juga Iqbaal tidak terlihat diwarung belakang sekolah. padahal biasanya, Iqbaal tidak pernah absen pergi ke warung belakang sekolah, entah itu untuk membeli satu gelas es teh, atau hanya nongkrong dan mengobrol bersama teman-temannya.

Tadi, saat dirumah Iqbaal, Agy enggan untuk mengecek keberadaan Iqbaal didalam rumah karena diyakininya Iqbaal tidak berada dirumah. Karena sudah menjadi kebiasaan yang sangat Agy tahu, bahwa jika motor Iqbaal berada dihalaman rumah dan keadaan garasi tertutup, maka Iqbaal sedang berada dirumah. Atau jika garasi terbuka dan disitu ada motor milik Iqbaal, berarti Iqbaal juga sedang berada dirumah. Teori itu selalu Agy dan teman-temannya gunakan saat berkunjung ke rumah Iqbaal. Iqbaal sendiri pun sering mengatakan jika garasinya tertutup, dan motornya tidak berada dihalaman, berarti dia sedang tidak berada dirumah. Maka dari itu, tadi Agy enggan untuk mengecek keberadaan Iqbaal dirumah, karena sudah pasti diketahuinya bahwa Iqbaal pasti tidak sedang berada dirumah.

Motor Agy yang dominan berwarna hitam itu berbelok memasuki gang kecil, lalu berhenti disebuah rumah. Rumah dengan nuansa putih, yang selalu Agy datangi ketika dia memiliki banyak waktu luang dan tidak tahu harus melakukan kegiatan apa diwaktu luangnya.

Dihalaman rumah itu juga sudah terdapat beberapa motor milik teman-temannya. Mata Agy seperti mengabsen satu persatu motor yang terparkir itu, namun Agy tidak mendapati motor Iqbaal dihalaman rumah ini.

Agy berjalan memasuki rumah dengan nuansa putih itu. Tanpa mengucap salam, Langit langsung masuk kedalam rumah itu dan berjalan menuju sofa ruang tengah. Mata Agy menangkap beberapa teman-temannya sudah berkumpul disana, duduk disofa sambil menonton temannya yang lain bermain play station. Agy mendudukkan dirinya di sofa panjang. Bersama Fauzan dan Rafto yang duduk disamping kanan dan kirinya.

"lo dari mana?" 

^_^

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang