14 Hari, 14 Februari

291 32 7
                                    

14 Februari

14 Februari…

14 Februari…

Siapa yang tidak tahu tanggal 14 februari, hari yang mendapat julukan khusus yaitu hari valentine atau hari kasih sayang. Diperingati setiap tahun hampir sebagian besar masyarakat dunia, kecuali orang tersebut memang berasal dari desa nun jauh tidak tersentuh dunia modern atau mungkin orang tersebut adalah alien maka tentu 14 Februari akan dianggap asing.

Hyunjin tidak benci hari kasih sayang, tidak juga menyukainya hari tersebut. Jika memang perlu dirayakan, dia akan merayakannya bersama keluarga atau sahabatnya atau tentu akan lebih spesial jika dirayakan bersama kekasih-nya Kim Seungmin.

Masalahnya adalah meski ini tahun ke-4 mereka akan merayakan hari kasih sayang sebagai pasangan kekasih –tidak terhitung tahun sebelumnya, dirayakan mereka dengan status sahabat tapi tetap saja dipikir sepasang kekasih oleh sekitar mereka –Seungmin tidak begitu mempedulikan yang namanya hari kasih sayang. Selalu Hyunjin yang antusias menyambut hari kasih sayang tersebut, membeli cokelat atau setangkai mawar merah membagikan pada keluarganya dan tentu kedua hal yang identik dengan valentine, cokelat dan 2 buket bunga mawar akan Hyunjin berikan dengan wajah tersenyum lebar pada Seungmin. Sedangkan Seungmin, saat valentine bisa dihitung dengan jari ia memberikan cokelat pada Hyunjin. Paling Hyunjin hanya akan mendapat cokelat pada hari white day. Sebagai balasan cokelat yang didapat Seungmin dari Hyunjin.

Pemikiran Seungmin terlampau sederhana, Hyunjin itu populer, dari dulu semenjak mengenak Hyunjin, cokelat yang didapat pada hari valentine hampir berjumlah ratusan dan berbagai ukuran bahkan tidak muat di lokernya. Jadi, Seungmin selalu berpikir, sama saja memberikan cokelat sedangkan Hyunjin sudah mendapat cokelat yang kata Seungmin ribuan cokelat, apalah arti sekotak cokelat dari dirinya?

Hyunjin kadang kesal. Seungmin tidak tahu saja jika dirinya  sangat mengharapkan cokelat dari Seungmin meskipun itu sebesar permen jelly. Sudah pasti cokelat tersebut akan lebih spesial jika diberikan oleh kesayangannya itu.

Seungmin sebenarnya tidak kalah populer berkat wajah merajuk dan manisnya, meski Hyunjin akui dirinya lebih populer. Setiap tahun, semenjak mereka kenal saat tahun pertama menginjak kaki di bangku kuliah hingga saat ini, saat mereka telah masuk dunia kerja, Seungmin juga mendapatkan beberapa kotak cokelat setiap tanggal 14 februari. Cokelat itu akan dibawa pulang dan dimakan sebagai cemilan. Belum lagi, dibeberapa kesempatan masih saja ada orang yang Hyunjin anggap kurang ajar mengatakan cinta pada Seungmin.

Belum lagi hari ini, sehari sebelum hari kasih sayang, Seungmin malah sibuk membelikan cokelat untuk dibagikan kepada teman kantornya bersama Changbin dan Felix teman tapi luar biasa mesra nya Changbin. 

Hyunjin kadang  –benar-benar kadang, jangan salah paham– cemburu terhadap Felix dan Changbin. Seungmin sangat dekat dengan kedua pemuda itu, saking dekatnya Seungmin tidak akan pernah sedikitpun terlihat kesal jika ia dipeluk oleh Felix dan Changbin, malah beberapa kali terlebih dahulu melakukan skinship. Padahal Seungmin tipe yang tidak begitu menyukai skinship. Hyunjin kadang berpikir, jika ia dulu tidak berani mengutarakan rasa sukanya terlebih dahulu mungkin saja Seungmin akan menjadi kekasih Felix atau Changbin sekarang…..

…. Oke cukup!

Hyunjin tidak ingin berpikir sejauh itu.

Menarik napas dalam Hyunjin beralih melirik alarm mini di atas nakas tempat tidur miliknya -dan saja milik Seungmin tentu saja-. Memperhatikan jarum detik yang terus berdetak dan menunjukkan pukul 9.30 malam. Seungmin belum pulang semenjak keluar bersama Changbin dan Felix jam 5 sore tadi, sesaat setelah jam kerja kantor selesai.

Tidak ada kabar dari Seungmin, baik itu telepon maupun pesan singkat. Satu-satunya pesan yang ditinggalkan Seungmin semenjak 3 jam yang lalu.

Aku, Felix dan Changbin-hyung mampir sebentar ke toko cokelat, kado buat teman-teman sekantor besok dan kami akan pulang larut. Jika lapar, pesan saja pizza dulu, ya. Tidur saja duluan jika aku belum pulang sampai larut.

Hyunjin mencibir, bukan berarti dia ingin menghabiskan makan malam bersama Seungmin juga. Mereka bahkan tidak sesering itu menghabiskan waktu makan malam bersama semenjak mulai sibuk dengan dunia kerja. Belum lagi 2 bulan belakangan ini Seungmin sangat sibuk, hampir sebagian besar waktunya dihabiskan dikantor, kadang begitu pulang, Seungmin langsung membersihkan tubuhnya dan tertidur lelap. Kadang Seungmin akan terjaga di tengah malam, sambil memainkan handphone-nya lalu mengetik sesuatu yang Hyunjin tidak tahu apa itu. Besok paginya, belum sempat Hyunjin bangun, Seungmin sudah terlebih dahulu berangkat kantor meninggalkan Hyunjin dan bekas tempat tidur Seungmin yang telah menjadi dingin.

Lagipula, ini malam sebelum valentine dan kebetulan mereka berdua pulang lebih cepat, tidak ada lembur. Kenapa tidak Seungmin habiskan waktu bersama dirinya saja? Hyunjin mulai berpikir, hubungannya dan Seungmin seakan merenggang dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ini.

Mendesah, Hyunjin kemudian membalik tubuhnya di kasur dari posisi menghadap langit-langit kamar ke posisi menyamping, gelisah. Berbalik kearah satu sedetik kemudian berbalik lagi kearah berlawanan. Begitu seterusnya sampai dia capek sendiri.

Hyunjin berbalik menatap lemari pakaian mereka. Pakaian yang tertata rapi, dipisahkan antara baju formal dan bersantai. Disebelahnya terdapat lemari berisi buku, dokumen dan peralatan kantor. Persis disamping meja kerja mereka. Seungmin memang tipikal orang yang terorganisir. Iris gelap Hyunjin meneliti tiap bagian meja kerja Seungmin, ada foto mereka berdua saat pertama kali kencan di Sungai Han. Ada juga foto saat bertukar jaket jurusan dan tentu saja ada foto mereka berdua saat pertama kali dipertemukan menjadi pranatacara jurusan masing-masing di acara festival fakultas kampus mereka.

Pertemuan pertama yang kemudian mengikat mereka sampai sejauh ini.

Di meja tersebut masih terdapat tas kesayangan Seungmin, tas yang awalnya berwarna putih namun kini sudah mulai memudar, terdapat huruf ‘R” tercetak besar disana. Tas itu berisi barang-barang remeh menurut orang lain tapi berharga buat Seungmin. Tas yang sempat terkena tumpahan teh hijau akibat Hyunjin yang memang sengaja menyenggol Jeongin sepupunya hingga adik sepupunya itu menumpahkan hampir sebagaian besar teh hijau ke tas kesayangan Seungmin yang waktu itu meletakkan tas tersebut di atas meja makan dan sedang menikmati makan siang di kantin kampus.

Senyum Hyunjin mengembang saat mengingat kejadian itu. Seungmin sempat kesal dan mendiamkan Hyunjin hampir seminggu lamanya dan tentu saja membuat Hyunjin uring-uringan.

Senyuman itu perlahan luntur, berganti kening berkerut dan alis bertaut, saat menyadari bagian depan tas tersebut sedikit terbuka, memperlihatkan ujung buku yang mengintip keluar. Seungmin jarang sekali membiarkan tasnya terbuka selebar itu.

Hyunjin bangkit dari posisi berbaring, hendak menutup tas tersebut. Tapi kemudian lebih tertarik untuk membaca jurnal berisi catatan-catatan penting yang suka ditulis Seungmin. Kegiatan yang sudah dilakukan bahkan sebelum mereka dekat satu sama lain. Saat jurnal ditarik keluar, beberapa amplop ikut terjatuh. Amplop dengan warna-warna pastel tertulis ‘JI: KSM’ dengan tulisan tangan yang sangat rapi disudut kanan amplop. Dibawah tulisan tersebut tertulis ‘Hari ke-1’. Hyunjin mengecek satu per satu amplop tersebut, tertulis ‘Hari ke-1’ sampai ‘Hari ke-11’. Besar kemauan Hyunjin untuk membuka amplop-amplop yang belum direkatkan itu.

CONFEITO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang