.
.
.Enjoy
.
.
.
"Bagaimana kencanmu hari ini?"
Pertanyaan itu membuat iris Seungmin yang sebelumnya menutup perlahan membuka, melirik sekilas si penanya dengan ekspresi wajah terlampau datar.
"Lancar seperti biasa.." Ada hembusan perlahan dibaluti nada datar selaras dengan ekspresi yang masih belum berubah.
"Kamu mengerti pertanyaanku, Seungmin..."
Seungmin terkekeh, kemudian membalikkan wajah dengan tubuh sedikit miring agar leluasa memandang fitur wajah tampan yang tengah fokus menyetir dijalan kota yang belum juga menunjukan tanda akan sepi meski waktu hampir menyentuh tengah malam.
"Dan kamu selalu tahu jawabannya, Hyunjin..." Ujung kalimat Seungmin jelas sengaja menggoda. "Teman kencan buta ini kali sama seperti sebelumnya. Berakhir dalam sekali pertemuan..."
"Gagal lagi?" Sudut bibir Hwang Hyunjin, si penanya tertarik ke atas, terkesan mengejek.
"Ya gagal lagi..." Tidak ada nada kecewa pun terusik akan pertanyaan yang terdengar sarkas tersebut. Dijawab terlampau santai oleh Seungmin, "Kencan ke-20 dalam kurun waktu hampir setahun, benar kan?" Malah Seungmin memposisikan ibu jari dan telunjuk di dagu, bertingkah seolah sedang berpikir keras, menghitung jumlah kencan buta yang telah diikutinya.
"19 bukan 20..." Koreksi Hyunjin, masih enggan menatap Seungmin. Tangan kanan sibuk mengganti persneling mobil.
"Wow... Kamu hafal Hyunjin?" Seungmin menunjukkan ekspresi kaget pura-pura, kedua telapak tangan bertepuk heboh. Seolah memberi pujian akan keakuratan ingatan Hyunjin.
Hyunjin mendengus keras, "Bagaimana aku tidak ingat? Setiap kali kamu kencan, aku yang mengantar lalu menjemputmu..."
Jawaban tersebut mengundang tawa Seungmin, "Tapi kamu sendiri yang menawarkan diri untuk mengantar dan menjemput setiap kencan buta..."
Hyunjin tidak menjawab. Matanya memandang lurus kedepan. Terkesan fokus menyetir, membelah jalanan kota dengan laju mobil sedang.
"Dingin...." Ujar Seungmin bergumam tiba-tiba, saat Hyunjin tak memberi respon lagi. Ada setitik ekspresi kelelahan tercetak di wajah. Matanya kemudian beralih pandang keluar jendela mobil, mengintip tetesan rintik hujan yang mulai berjatuhan. Hujan yang menyebabkan suhu dalam mobil ikut menjadi rendah.
Suara saat bergumam Seungmin sangat pelan, namun pendengaran Hyunjin tidak luput mendengar. Tanpa disadari yang lebih muda, pemanas suhu dalam mobil dinaikan. Sedikit lebih Hyunjin tahu, Seungmin tidak begitu menyukai cuaca dingin.
"Apa teman kencan buta hari ini tertarik padamu?" Dibandingkan rasa senyap yang mulai menyelimuti, Hyunjin lebih suka untuk mendengar alunan suara Seungmin saat berbicara. Memilih untuk bertanya meskipun pertanyaan tersebut tidak disukai.
Pertanyaan yang mampu menyayat dan menimbulkan goresan luka dalam dada.
"Iya dan dia baik....-"
Empat kata, satu kalimat pendek. Sanggup membungkam Hyunjin. Tangannya mencekram erat setir mobil.
"-Meskipun begitu, aku yang tidak tertarik. Jadi, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan kencan dan berteman saja..."
"Lalu untuk apa mengikuti atau menemani teman-temanmu untuk kencan buta?" Tanya Hyunjin. Hembusan lega sangat pelan saat Seungmin selesai mengatakan jika ia tidak tertarik.
"Kamu tahu sendiri, aku suka mencari teman baru..." Ada kekehan halus dari Seungmin.
"Aku tahu... Tapi, mencari teman baru bukan berarti harus mengikuti kencan buta juga..."
"Kamu cemburu?" Tanya Seungmin nyaris berbisik, tanpa repot menoleh kearah Hyunjin, lebih suka melihat tetesan air hujan yang bergulir turun di kaca jendela mobil samping kiri.
"Aku selalu tidak suka..."
Seungmin tertawa, "Aku bertanya soal cemburu, Hyunjin... Bukan bertanya soal kamu suka atau tidak.." Matanya tidak beralih, tapi melirik Hyunjin dari bayangan kaca.
"Bukankah jelas maksud kalimat selalu tidak suka ku?" Hyunjin dengan sengaja menekankan kata tidak suka. Enggan rasanya untuk balas menatap, karena Hyunjun tahu. Dia tidak akan pernah sanggup menatap lama pandangan senduh milik Seungmin, tanpa terjatuh kedalam sorot mata itu lagi dan lagi.
"Tidak jujur..." Cibir Seungmin main-main, tangannya meraih dan dengan lincah menekan layar ponsel milik Hyunjin, memunculkan lockscreen. "Lihat, lockscreen yang kamu gunakan adalah foto kita berdua...-"
Ketika Hyunjin tidak memberikan respon, Seungmin semakin terkekeh geli.
"-Lagipula, aku sudah pernah bilang padamu, kapada siapa aku sedang jatuh cinta. Hanya saja aku tidak tahu apakah rasa ini berbalas..."
Ada hening panjang kembali tercipta, hanya ada suara musik mengalun lembut ditemani suara rintik hujan yang makin melebat.
Meski diam, mendengar pertanyaan Seungmin, jantung Hyunjin bertalu, detak jantungnya mendadak liar berdetak.
"Rasa suka mu sudah berbalas...-" Bisik Hyunjin parau dan mendapatkan seluruh perhatian Seungmin yang menatapnya dengan tatapan bertanya.
"-Dia, orang yang kamu maksud, juga menyukaimu... Sangat... Sejak dulu..."
"Kamu tidak sedang bercanda atau menghibur aku saja kan, Hyunjin?" Benar saja dugaan Hyunjin, pertanyaan Seungmin seakan menyelidik, bercampur rasa kaget dan tidak percaya.
Cengkeraman di setir menguat, Hyunjin menarik nafas dalam. Mencoba untuk menenangkan diri.
"Buat apa berbohong? Aku tertarik padamu sejak awal kita bertemu di acara kencan buta.. Aku juga telah mengatakan ini dari awal, bukan?-" Pertanyaan Hyunjin terkesan lebih kepada meyakinkan diri jika Seungmin tidak lupa akan rasa tertariknya sejak awal. Tangannya kemudian beralih menekan tombol penyeka kaca mobil untuk membersihkan tetesan air hujan dari kaca mobil.
"-Dan aku semakin tertarik padamu pada pertemuan kedua saat kita berdua sepakat untuk bertemu lagi dan lagi..." Jelas Hyunjin, masih berusaha untuk tidak terlihat gugup. "Itu terus berlanjut hingga aku menjadi sangat menyukaimu seiring dengan seringnya kita bertemu. Bahkan sampai detik ini, rasa suka itu seakan ingin meledak.."
Seungmin mengulum senyum setipis kapas, "Aku tidak pernah sepakat untuk saling mengenal jauh dengan pasangan kencan buta selain kamu...-" Sedikit lebih hatinya berbunga dengan pengakuan Hyunjin.
"-Kamu kan pasangan kencan buta pertamaku dan kamu juga tahu kamu orang yang selalu aku sukai, Hyunjin..."
"Aku tahu, tapi tetap saja ini mengganggu. Jadi, berhentilah memenuhi ajakan teman-temanmu untuk kencan buta lagi. Entah itu hanya menemani mereka ataupun benar-benar mengikuti kencan buta." Suara Hyunjin terdengar gusar.
"Kenapa, capek ya mengantar dan menjemputku setiap ikut kencan buta?" Seungmin merasa lucu, mencoba bercanda untuk mengurangi rasa gusar Hyunjin.
"Bukan seperti itu..." Hyunjin terdengar frustasi dan lagi Seungmin tertawa akibatnya.
"Tapi kamu sendiri yang bilang, agar kita saling mengenal saja dulu, sampai kamu yakin dengan rasa suka mu.. Sekedar mengingatkan jika kamu lupa..." Jelas Seungmin, suaranya berubah, terdengar lebih serius. Sekarang fokus sepenuhnya beralih pada Hyunjin.
"Aku masih mengingat dengan sangat jelas.."
"Lalu?"
"Aku kalah..." Pada akhirnya Hyunjin mendesah berat.
"Apanya yang kalah? Sejak awal kita tidak pernah bertaruh. Hanya saling sepakat..." Seungmin terkekeh pandangan mata beradu dari cermin depan mobil. "Aku masih menunggu sampai sekarang... Jadi, kapan mau menerimaku?" Tanya Seungmin sekali lagi dengan nada bercanda, senang melihat Hyunjin kesulitan dalam menjelaskan.
"Aku selalu menerimamu..."
"Benarkah? Tapi kamu terlihat tidak bereaksi apapun selama ini.." Seungmin suka bercanda seperti ini. Menyenangkan baginya untuk menggoda pemuda lain bernama Hyunjin yang duduk disebelahnya ini.
"Berhentilah menunggu dan berkencanlah denganku..." Ujar Hyunjin dengan ekspresi ketegasan dalam wajahnya, saat mereka beradu pandang.
"Eh tunggu!! Sebentar! Aku tidak mengerti..." Seungmin berseru terkejut. Tidak menyangka candaannya dijawab dengan terlampau serius oleh Hyunjin. Sebab sepanjang waktu yang dihabiskan bersama, Hyunjin tidak seserius ini mengungkapkan rasanya saat mengajak kencan.
"Sudah cukup kamu membuatku terbakar rasa cemburu seperti ini dan berhentilah menunggu..." Hyunjin menarik nafas dalam, "Jadilah kekasih ku, Seungmin.."
"Jangan tiba-tiba seperti ini juga... Pikiranku mendadak macet, nih..." Masih, Seungmin masih belum menyembuhkan rasa keterkejutannya.
Rambut kecoklatan milik Seungmin diacak pelan oleh Hyunjin, ada tawa lucu saat rambut selembut rambut bayi itu diacak.
Seungmin terdiam menatap Hyunjin yang tengah menatapnya dari pantulan cermin depan mobil. Lamban tapi Seungmin tersadar, Hyunjin selalu memperbaiki cermin depan ketika Seungmin masuk mobil. Jelas sekarang, itu cara Hyunjin agar ia dapat melihat pantulan wajah Seungmin tanpa kehilangan konsentrasi untuk menatap kendaraan lain dibelakang.
Dari pantulan tersebut, sekarang ada tawa Hyunjin yang menampakan indahnya cekungan bulan diwajah, sekali lagi mampu membuat terpesona dan membuat senyuman lebar ikut mampir diwajah Seungmin.
Sepersekian menit, pandangan beradu bukan melalui pantulan cermin tapi saling menatap dengan tatapan memuja secara langsung.
Meski diluar jalanan mulai sepi, diiringi rintik hujan yang mulai mengguyur, ada satu kepastian menyenangkan dengan senyuman tak berpudar dan tangan yang saling menaut, mengisi kekosongan sela jemari masing-masing.
"Tentu aku mau menjadi kekasihmu..."
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
CONFEITO
FanfictionConfeito permen tradisional Jepang berwarna-warni berbentuk bintang dalam toples. Confeito itu permen yang manis, tapi kadang terjadi benturan di dalam toples. Begitu pula dengan fiksi ini. Berisi warna-warni pengalan kisah one shot atau lebih tenta...