Prolog

55 5 2
                                    


"Carissa, apa kau tahu." Seorang gadis berambut pirang menggoyangkan lengan sahabatnya dengan antusias.

"Tahu apa?" balas Carissa dengan malas.

"Andrew menembakku semalam," pekik Anastasia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Benarkah? Andrew bocah basket itu?" Carissa menjadi terkejut. Pasalnya sudah hampir satu tahun mereka dekat dan pdkt, tapi sama sekali belum ada kabar kemajuan. Siapa yang tahu bahwa Andrew akhirnya berani mengungkapkan perasaannya setelah satu tahun kedekatan mereka.

"Iya, iya. Siapa lagi Andrew yang ku bicarakan." Anastasia kemudian memeluk erat Carissa. "Ah, aku benar-benar bahagia sampai tidak bisa tidur."

"Selamat, ya," kata Carissa dengan tulus. Dia pun ikut bahagia atas kesabaran Anastasia menanti Andrew menetapkan perasaannya.

"Kau juga cepatlah punya pacar supaya kita bisa double date," bisik Anastasia setelah melepaskan pelukannya. Matanya mengedip, sedikit memberi tanda bahwa ia siap menjadi mak comblang untuk Carissa jika diperlukan.

Carissa tersenyum kemudian menggeleng pelan seraya mencubit pipi mandu Anastasia. "Jika kau menjadi mak comblangku, aku takut kau akan mencoba memasangkanku dengan si playboy Bimo," canda Carissa.

"Yang benar saja, Ica. Mana mungkin. Bahkan sejengkal jari pun tidak akan dia dalam pikiranku untuk memasangkanmu dengannya." Dengus Anastasia tidak terima di remehkan penilaiannya.

Carissa terkekeh. "Lalu, siapa yang menurutmu cocok menjadi pasanganku?"

Anastasia terdiam dan terlihat berpikir. "Untuk seorang Carissa, primadona sekolah yang membawa pulang piala besar di tahun pertamanya," gumam Anastasia sambil memindai laki-laki di sekolahan mereka yang cocok bersanding dengan sahabatnya itu.

Meminum kaleng susu yang dia bawa, Carissa menikmati kerutan di dahi Anastasia yang semakin dalam. Dalam hatinya dia merasa hangat dengan kekhawatiran Anastasia.

"Sekolah kita benar-benar miskin anak laki-laki baik dan hebat yang pantas untukmu, ya," kata Anastasia dengan sedih.

Mendengar penuturan sahabatnya itu, Carissa mengangkat alisnya.

"Hanya ada satu yang cocok untukmu. Dan itu akan menjadi Anggara Chrsitoph."

"Uhuk... uhuk..." Carissa sukses tersedak ketika mendengar nama Anggara keluar dari bibir sahabatnya.

"Kau kenapa?" Anastasia mendekat dan menepuk-nepuk punggung Carissa.

Tidak tahu apakah dia harus bahagia mendengar dari Anastasia bahwa dia merasa bahwa Carissa dan Anggara cocok menjadi pasangan. Memikirkan sosok pemuda itu saja sudah membuat wajah Carissa sukses memerah.

"Ya ampun, kenapa tiba-tiba kau menjadi panas? Apakah ini serangan demam mendadak?" pekik Anastasia yang benar-benar menjadi khawatir.

Sekuat tenaga Carissa menggeleng. Sungguh, dia benar-benar malu saat ini. Terutama setelah membayangkan dirinya bersama Anggara berkencan layaknya sepasang kekasih.

"Ayo, ke uks. Lihat, mukamu bahkan merah. Ini benar-benar demam mendadak yang parah yang pernah ku lihat," tegas Anastasia.

"A-aku baik-baik saja, Ana. Sungguh," ucap Carissa yang semakin lirih karena takut seseorang menebak perubahannya setelah nama Anggara di sangkut pautkan. Matanya sedikit melirik ke teman-teman sekelasnya. 

"Apa benar?" Anastasia mencoba memastikan.

Mau tak mau Carissa mengangguk.

"Lalu kenapa kau tiba-tiba menjadi panas dan memerah?" Mata jernih Anastasia menatap langsung ke mata Carissa, mencoba menebak alasannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

This TimeWhere stories live. Discover now