Sahabat Abadi #Perasaan yang aneh, kok mendadak...

70 7 0
                                    

🦚🦚🦚

"Terkadang rasa itu akan di mengerti setelah ia pergi"
🦚🦚🦚

"Lo beneran Sha, mau ikut orang-tua lo?" Tanya Jery sendu.

"Iya Jer... Gue harus pergi." Jawab Tisha melemah.

"Lo kan bisa bilang ke Oma lo, sayang tau bentar lagi kita ujian semester satu...!" Desak Jery tak rela.

"Gue dah ngomong berkali-kali, tapi dah gak bisa gue tolak karena yang minta Bokap gue langsung. Sebelum ke sini Bokap gue nelpon. Suruh gue packing sekarang juga. Dia dah kirimin gue tiket pesawat nih. Makanya gue langsung telepon lo buat ngomongin ini sebelum kita nanti mengenang tempat nongkrong favorit kita di taman abadi ini." Tisha menjelaskan dengan detail seraya menunjukkan ponselnya yang tertera tiket online yang sudah di pesan Ayahnya.

"Jujur Jer... Ni perpisahan terberat gue... Waktu pertama kali dititipin ke Oma, gue langsung ditinggal Nyokap Bokap gue, gue gak sesedih berpisah sama lo Jer! Malah gue gak sanggup ngebayangin kalo kita dah gak bareng lagi kaya kemaren-kemaren... Kayaknya hidup gue akan sepi tanpa sahabat seperti lo Jer...!" Tisha menitikkan air matanya.

Jery menarik lengan Tisha dan memeluknya canggung. Tapi ia berusaha bersikap normal.

"Lo kira lo doank Sha?! Gue juga gak sanggup! Selama 5 tahun kita lalui sama-sama gak ada yang bisa gantiin posisi lo di hati gue... Eh... Ma... Ma..."

'Deg'

Dag dig dug, jantung Jery dalam pelukan Tisha. Jery menahan nafasnya dalam-dalam. Guratan wajahnya seolah menyimpan sesuatu yang terpendam selama ini.

"Ma... Maksud gue, Lo emang sahabat terbaik gue and meskipun kita jauh kita akan selalu tetap di hati ya Sha..." Sanggah Jery dengan suara tersendat-sendat, terlihat jelas gerik gelagapannya.

Ia melepaskan pelukannya sambil berusaha bersikap wajar di hadapan Tisha.

Ia tak mengerti ada apa dengan hatinya. Tiba-tiba perasaan aneh muncul. Perasaan yang berbeda dengan 5 tahun lalu. Hatinya bergetar begitu saja. Ia tak ingin berpisah dan jauh dengan Tisha.

Rasanya seperti akan kehilangan sang kekasih. Padahal status mereka hanyalah sahabat.
Tisha sempat menyadari gerak gerik aneh sahabatnya yang terlihat salah tingkah, membuatnya bisu mendadak saat Jery menunjukkan sikap berbeda dari biasanya.

Apalagi di saat Jery memeluknya, entah apa perasaan aneh pada jantung dan hatinya yang berdendang bertalu-talu tak karuan.

Selama mereka bersahabat, mereka selalu bersikap konyol, saling merangkul, jotos-jotosan alay dan mengacak-acak rambut hanya sekedar teman usil.

Baru kali ini ada pelukan yang serius, di tambah lagi ada rasa canggung yang tiba-tiba mendera keduanya.

Persahabatan mereka begitu erat. Berawal dari mereka sama-sama sebagai murid baru kelas 8 semester dua di salah satu SMP Favorit di kota itu.

Saat itu mereka murid pindahan dari sekolahnya masing-masing. Keduanya anak berprestasi.

Pada awal perkenalannya selama satu tahun setengah, mereka selalu bersitegang terutama jika masalah nilai, keduanya tak ingin terkalahkan satu sama lain. Hingga suatu hari, Tisha mengalami kesedihan yang mendalam tepat di saat mereka digabungkan dalam satu tim untuk menjadi perwakilan lomba cerdas cermat dari sekolah. Dari situlah Jery yang selalu memancing amarahnya merasa bersalah, hingga akhirnya perlahan-lahan ia menghibur dan meminta maaf kepada Tisha, hingga akhirnya Tisha dapat kembali bangkit dan fokus pada perlombaan yang sudah di depan mata. Dan  berakhir dengan puas, keduanya berhasil mengharumkan nama sekolah.

Berawal dari situlah mereka mulai bersahabat dan ternyata kepribadian dan kebiasaan mereka sangat klop, mereka telat menyadarinya. Tisha dan Jery sangat loyal dan saling support satu sama lain.

Persahabatannya makin hari semakin erat, hingga sampai mereka lulus dan berlanjut hingga tingkat SMA.

Tak berbeda saat masih SMP, keduanya selalu kompak mengharumkan nama sekolah bahkan mereka berdua sempat mewakili perlombaan akademis di luar negeri. Makin lengket saja persahabatan mereka. Namun, kini sangat di sayangkan mereka harus berpisah saat Tisha di ajak pindah orang tuanya ke Sabah Malaysia. Apa daya Jery tak bisa berbuat apa-apa. Ia harus mengikhlaskan sahabatnya yang mematuhi orang tuanya.

Jery dan Oma mengantar Tisha ke bandara. Selama perjalanan, Jery begitu sedih melihat Tisha yang akan meninggalkanya.


Matanya tak kuat membendung air mata yang sudah siap terjun landai. Tisha berusaha mengajaknya bercanda, seperti biasa Tisha mengganggu dan meledeknya namun bagi Jery hal itu tak berlaku.

Ia tetap dalam gejolak perasaan sendu ya.

Sejujurnya Tisha juga merasakan hal yang sama, malah lebih dari itu kesedihannya menggelayuti batin tepat di saat ia melihat sahabatnya begitu murung.

Namun ia berusaha untuk tak mau memperlihatkan kesedihannya di hadapan sahabat terbaiknya itu. Ia begitu tau perasaan Jery.

Perpisahan terjadi. sendu dan sunyi menyergap.

Tisha mulai menarik kopernya. Di susul Oma, tapi Jery masih tetap dalam posisinya.

Tubuhnya terjuntai lemas. Tiba-tiba Tisha memeluknya. Jery terperangah, ia terkejut luar biasa. Badannya kaku.

Ia melihat ke arah Oma yang sedang memperhatikannya. Oma mengedipkan mata kanannya seraya tersenyum.

Perlahan wajah Jery mulai memerah dan staminanya mulai kembali terisi daya.

Dalam dekapan, Tisha berpesan. Kembali detak jantung Jery tak bisa di kompromi, detak jantungnya makin terasa kencang.

Dengan sesegera mungkin Jery menyembunyikannya dengan berusaha.

"Suatu saat kita akan duduk bersama kembali menikmati sore hari di taman Abadi, Oke? Kita akan tetap terhubung walau jarak kita terpisah... Aku janji!" Masih dalam usaha, Jery hanya mendengarkan bisikan suara indah Tisha di kupingnya.

Tisha pun melepaskan pelukannya. Dan di akhiri dengan menepuk-nepuk pipi Jery dengan tersenyum. "Lo janji ya, kita tetap curhat-curhatan seperti biasa, okey? Tak peduli jarak kita jauh... Awas ya kalo lo susah di hubungi, entar gue cubit 100 kali idung lo! Hahaha.." Ucap Tisha yang berusaha kuat menahan air matanya.

Jery diam terpaku.

Beberapa detik kemudian, ia menjawab dengan tegas.

"Siap Sha! Jujur gue juga takut ma jitakan lo itu he..." Jery berusaha terkekeh meskipun ia tak berhasil mengubah air muka kesedihannya.

"Jangan cengeng! Ntar gue jepit idung lo pakai jepitan jemuran hehe." Hibur Tisha sambil menepuk bahu sahabatnya. Jery akhirnya pun tertawa ketir. Tangan mereka bertaut tak ingin berpisah bak film India.

Mau tak mau mereka pun berpisah setelah Oma memeluk Tisha dengan eratnya.

Rasa itu... Membuatnya tersiksa sejak saat itu.

Apakah setelah perpisahan itu Jery akan menyadari perasaan anehnya itu...?

Hae.. Hae.. Kutin terus ceritanya ya... Temukan jawabannya apa yang akan terjadi selanjutnya??

Ditunggu Vote, follow dan shearenya ya Sahabat  ❤❤❤

Dalam Pelukan HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang