Chapter 2 : My Filodoxía (Revisi)

2.2K 213 37
                                    

Saint POV

Rasanya seperti sudah sewindu aku tidak merasakan sejuknya hembusan angin pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya seperti sudah sewindu aku tidak merasakan sejuknya hembusan angin pantai. Semua aku korbankan hanya demi seseorang yang bahkan tidak mengingatku sama sekali. Selain waktu, kehidupan pribadiku pun rela ku kesampingkan demi mengejar cinta sesosok manusia bernama Perth. Sungguh gila, Ya, aku memang sudah gila. Jadi lupakan saja masa lalu dan fokus dengan masa depan yang indah dan menunggu di depan mata.

Hufftt ....! Kalau sampai aku tidak berhasil mendapatkannya, akan kupastikan tidak ada siapapun yang bisa memilikinya.

"Lihat, Saint! Wajahmu itu sempurna. Mana mungkin dia menolakmu? Tapi mungkin saja. Dia itu tampan, sudah pasti mencari pendamping yang setara dengannya." Mungkin dengan bicara seperti ini bisa sedikit menghibur diri sendiri. Tapi, faktanya memang seperti itu, bukan?

"Saint! Kau itu cantik, mmm ... maksudku, kau itu tampan. Perth pasti menyukaimu, kalaupun dia menyukai seorang perempuan, kau pun bisa menjadi secantik perempuan itu." kataku lagi berbicara pada diri sendiri. Selain berakting, keahlianku yang lain adalah memuji, memuji diri sendiri.

"Tapi, apakah perempuan itu masih bersamanya?" tanyaku yang kembali risau setelah mengingat wajah perempuan itu lagi setelah sekian lama aku melupakannya.

Selama beberapa menit aku bermonolog seorang diri, berdebat dan bertanya dengan diri sendiri tentang rencana masa depanku dengan Perth yang telah kususun sedemikian rupa.

Aku tidak suka 'milikku' direbut atau bahkan dimiliki orang lain. Dan mungkin dalam kasus ini AKU-lah si perebut tersebut. Tapi, selama Perth bukan dan belum terikat dengan siapapun di luar sana, tak ada siapapun yang berhak menghentikanku untuk mendapatkannya.

Setelah beradu argumen dengan diri sendiri, kegiatanku selanjutnya adalah duduk santai di tepi pantai berlandaskan pasir pantai sambil menikmati pemandangan  alam. Di sela-sela itu, kusempatkan pula untuk membuka dan melihat sekilas foto-foto liburanku yang tersimpan rapi di galeri ponselku.

Drrrttt ... Drrtt ... Drrttt ....

Suara getar ponsel menghentikan pergerakan ibu jariku yang terus menggulir ke atas dan ke bawah layar ponsel, dan sekaligus membuyarkan semua imajinasiku ketika sedang berlibur. Mengganggu saja.

"Mom?!" gumamku saat melihat layar ponselku yang tertulis nama kontak ibuku, Mommy.

Beberapa saat kami bicara di telepon, tepatnya dia yang berbicara tanpa henti. Sedangkan aku hanya mendengarkannya saja.

"Ok. But, Mom ..." ucapku yang segera dihentikan oleh bunyi khas putusnya sambungan  telepon.

Tuuuttt ... Tuuttt ... Tuuuttt ....

"Shit!" umpatku kesal yang berujung dengan melayangnya ponsel ke udara dan mendarat di lantai dengan tidak ramah..

Kenapa ibuku selalu bersikap semaunya sendiri tanpa mendiskusikannya terlebih dulu denganku. Batinku yang sudah terlanjur jengkel dengan sikap wanita itu. Akibatnya, waktu istirahatku pun terganggu olehnya. Mood-ku seketika dibuat hancur oleh wanita yang telah melahirkanku ke dunia itu. Kenapa dia harus melakukannya dan bagaimana kalau Perth curiga kepadaku? "AAARRGHHH!!!" teriakku kesal.

You are so different - You are so beautiful √  (MPREG) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang