01|| Hembusan Angin

32 0 0
                                    

Almeera; kebanyakan orang memanggilnya Meera. gadis 29 tahun, bertubuh jangkung, berambut hitam panjang, kulitnya sawo matang, matanya sipit dengan alis yang tidak terlalu tebal dan hidung yang sedikit mancung. cantik, banyak orang bilang begitu, termasuk ibu nya//dia tidak merasa dirinya cantik, tapi kalau dipuji cantik ya dia akan senang.//

Meera adalah guru sekolah dasar di salah satu sekolah negeri di kota Yogyakarta.

Suatu hari di sabtu sore, saat langit senja hendak berubah gelap, Meera melewati sebuah toko buku dipinggiran kota, toko buku yang sepertinya baru ia lihat hari itu saja, toko buku tanpa nama, toko buku yang sebenarnya lebih terlihat seperti toko loakan; kumuh juga usang.

entah, kedua kakinya tiba-tiba saja menuntun tubuhnya memasuki toko buku usang itu.

"Biar ku lihat-lihat dulu, mungkin ada beberapa buku yang bisa ku beli" pikirnya saat itu

Meera berjalan perlahan menyusuri rak-rak berisi jejeran buku, cukup banyak koleksi buku disana, dari buku pendidikan, novel, hingga ensiklopedi, dari yang tipis hingga yang amat tebal.
Beberapa buku terlihat usang dan beberapa lagi masih terbungkus rapi seperti baru.

Ia baca sekilas beberapa buku dan menyimpannya kembali, begitu terus menerus. Hingga kemudian ia memutuskan untuk pergi, tentu saja karena tak ada yang menarik baginya.

Namun, sesaat sebelum pergi, Meera menabrak rak buku disampingnya hingga buku-buku di rak tersebut berjatuhan ke lantai.

untungnya, tak ada pengunjung lain ditoko buku itu, hanya ada dirinya dan seorang laki-laki paruh baya yang Meera duga adalah pemilik toko buku disana.
laki-laki itu menatap Meera lalu menghampirinya, Laki-laki itu tidak berbicara pun tidak berekspresi, hanya merapikan buku-buku yang berserakan dilantai.

"Maafkan saya, pak. saya tidak sengaja"

Ucap Meera sembari membantu sang pemilik toko merapikan buku-buku, ia sedikit cemas sebab si bapak pemilik toko hanya diam tak bersuara.

lima menit berselang, semua buku sudah tertata kembali diatas rak, hanya tertinggal satu buku dilantai..

Meera mengambilnya.

"Jika kamu harus mati, maka matilah kamu dalam puisi-puisiku. Bersemayamlah kamu disana; dalam tiap kata-kataku. Biar kamu bisa abadi buatku; tiada pernah berujung; Selamanya."

Meera membaca tulisan disampul buku yang tergeletak, entah mengapa tiba-tiba ia merasakan sesuatu seperti menerpa wajahnya, desiran darahnya tiba-tiba terasa menghangat dengan cepat, ada sesak didadanya yang entah kenapa.

Meera mengamati buku itu lekat-lekat sebelum ia kembalikan ke rak.
buku itu berjudul "Di, dimanapun kamu" buku yang tampak aneh bila dilihat dengan jeli, sampulnya sudah lusuh, bahkan sebagian menghitam seperti bekas terbakar.

"Bagaimana mungkin buku rusak dijual ditoko buku?"

gumam nya dalam hati setelah ia letakan buku itu di rak.

tapi walaupun demikian, Meera tak mau ambil pusing, ia memutuskan untuk meninggalkan toko buku itu segera.

namum sebelum ia pergi, Meera merasakan sesuatu seperti tengah menahannya. Kedua kakinya bahkan terasa berat untuk melangkah, ia pun terheran-heran.
Sejenak Meera menutup matanya kemudian berdoa.

Seketika ia mendengar sebuah bisikan ditelinganya; "tidakkah kamu menyukai nya? Bacalah lebih jauh, kamu akan temukan segalanya disana" Begitu yang ia dengar, meski samar tapi ia yakin mendengarnya.

Ia ketakutan, berlari sekuat tenaga keluar toko buku.

***

Kejadian hari itu tak pernah meera ingat-ingat lagi, pun ia tak pernah mau kembali ke toko buku misterius itu lagi.

Sesekali Meera meyakinkan dirinya, bahwa kejadian hari itu hanyalah halusinasinya semata, mungkin pula hanya angin yang berhembus.

ya, Meera mencoba berfikir positif. .

:)

Mysterious BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang