Belakangan ini muncul rumor tidak mengenakkan. Rumor mengenai beberapa orang menghilang di malam hari membuat penduduk kota mulai ketakutan. Tidak ada yang tahu siapa pelaku dan penyebab menghilangnya para penduduk. Penduduk kota terus meminta Putra Mahkota untuk bertindak. Putra Mahkota pun mengabulkan permintaan rakyatnya, tapi hasilnya nihil. Sampai sekarang polisi tidak dapat melacak ke mana orang-orang hilang itu pergi. Dan tidak ada saksi yang bisa mereka ajukan pertanyaan.
Penduduk kota semakin ketakutan akan keselamatan hidup mereka. Mulai saat itu, mereka tidak pernah pergi keluar lebih dari pukul sepuluh malam. Orang-orang pekerja dipercepat waktu pulangnya, yaitu pukul tujuh malam. Polisi yang sebelumnya memiliki jam patroli malam, kini dihapuskan. Putra Mahkota membuat peraturan demikian agar tidak ada lagi rakyatnya yang hilang sekaligus menurunkan rasa takut rakyatnya. Pada malam hari kota tampak seperti kota mati. Tidak ada orang-orang yang berlalu lalang. Hanya ada lampu-lampu jalan yang menyinari. Sunyi.
Namun hal ini tentu saja menguntungkan. Tingkat kejahatan mulai berkurang. Yang setiap malam para penjahat beraksi seperti pemerasan uang, penculikan perempuan, dan perkelahian.
Setelah berpuluh-puluh tahun berlalu, tidak ada lagi kabar orang yang menghilang. Perlahan-lahan rasa khawatir dan ketakutan penduduk kota sirna. Mereka kembali beraktivitas di malam hari. Kini kota tidak seperti kota mati lagi. Bar dan tempat judi kembali dibuka. Mereka bisa menikmati waktu bersama orang yang dicintai di luar rumah. Berjalan-jalan di pinggir kota, pergi ke taman, makan malam di restoran, menyaksikan pertunjukkan teater, dan lain-lainnya. Sayangnya hal itu membuat para pekerja dan polisi harus kembali ke jam kerja mereka (untuk para pekerja disesuaikan dengan tempat kerjanya).
Mereka pikir kota telah aman dan tentram. Tidak. Rumor itu kembali muncul. Namun kali ini berbeda. Kota terasa lebih damai karena berkurangnya jumlah penjahat kota. Mereka mulai menghilang satu persatu. Pekerjaan polisi menjadi lebih ringan.
Namun ada hal yang aneh setelah kejadian ini. Saat penduduk kota melaporkan kejahatan tersebut (kebanyakan berupa pemerasan uang), para pelaku kejahatan menghilang begitu polisi tiba di lokasi. Biasanya para pemeras akan menghajar korban mereka di gang sempit bila tidak ingin memberikan uang.
Penduduk kota mulai berasumsi kalau orang-orang yang menghilang dimangsa oleh iblis atau vampir. Beberapa orang kebanyakan tidak percaya. Hal itu tidak masuk akal. Iblis? Vampir? Yang benar saja.
Suatu malam. . . .
"Hei Nona, berikan saja uangnya. Dengan begitu kami akan melepaskanmu," kata pria tersebut sambil mencondongkan wajah ke wanita di depannya. Tangan wanita tersebut dikunci oleh pria yang lainnya. Di samping mereka ada satu pria yang diam saja tidak melakukan apa-apa.
"Silakan ambil aja uangku! Cepat lepaskan aku atau aku akan berteriak!" Wanita itu menendang dompetnya yang sudah tergeletak di tanah. Dompet itu berhenti di ujung sepatu pria yang saat ini berdiri di depannya.
"Kau itu wanita yang cantik, Nona." Pria itu mengambil dompet tersebut dan melemparkannya ke temannya yang sedari tadi diam hanya menonton. "Bagaimana kalau malam ini kita bersenang-senang──"
"Oi, sudahlah! Kita biarkan wanita itu pergi sebelum──" pria yang sedari tadi diam tak sempat menyelesaikan perkataannya karena temannya itu manatapnya tajam.
"Kau pikir aku akan melepaskan wanita cantik sepertinya?" tangan pria itu mengelus pipi si wanita dengan punggung tangannya. Kemudian helai rambut si wanita diputar oleh telunjuknya. Wanita itu memejamkan mata, ketakutan.
"Sepertinya kau mulai pasrah," ujar pria yang mengunci tangan wanita itu dari belakang.
"Lepaskan aku!" teriak wanita itu. Dia meronta berusaha melepaskan diri, tapi kekuatannya terlalu lemah. Wanita itu mulai menangis. Ia tidak bisa apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
the red shoes ─ oh my girl × astro
FanfictionApakah kau tau mereka memangsa di malam hari? ©2020, markchalatte