1. Pria Es kutub Selatan

18 3 2
                                    

Assalamualaikum Teman-teman, sebelumnya aku mau minta maaf, cerita ini bakal aku revisi jadi bakal ada sedikit perbedaan sama alur cerita yang lama, tapi kisah masih tetep ko gak berubah.

"berhenti di caffe depan sana pak." Aku melangkah turun keluar dari taxi yang aku tumpangi.

"Terimakasih pak tumpangannya." Aku tersenyum hangat kepada pria paruh baya yang sudah mengantarku ke tempat tujuan, aku mengeluarkan beberapa uang dolar dari Sling bag lalu kuberikan pada pria paruh baya itu.

"Sama-sama nona, ah maaf uangmu lebih." Pria paruh baya itu mengulurkan uang yang lebih itu padaku.

"Oh tidak pak kembalianya diambil saja." Aku masih tetap mempertahankan senyum hangat ku tapi tetap menjaga pandanganku.

"Ah begitu terimakasih:) nona uang ini saya ambil kembali." Aku hanya mengguk sebagai respon dan berbalik kearah caffe di depanku, aku melangkahkan kakiku menuju meja bar lalu memesan satu kopi untukku.

"Permisi nona ada yang ingin anda pesan?"sambutan hangat dari salah satu pegawai dengan senyuman terbaiknya, aku meliriknya sekilas lalu kembali menundukkan kepala ku dan membalas senyumannya.

"American coffiee satu please."aku mendudukkan diriku di tempat kursi terdekatku.

"Sure tunggu sebentar nona akan saya buat." Aku mengangguk sebagai respon, bosan menunggu aku mengeluarkan benda pipih yang sudah menjadi teman keseharian ku, aku mengecek beberapa agenda dan mengatur ulang jobku untuk hari ini.

Oh ya namaku Sabhiya Quntum Aira, aku kerap dipanggil Biya.

"Permisi nona kopimu!." Laki-laki itu menyodorkan satu cup kopi yang kupesan, aku meletakkan ponselku dan mengeluarkan beberapa dolar dan mengambil kopi panas dengan asap yang mengepul diatasnya.

"Terimakasih." Aku tersenyum hangat kearah laki-laki yang tinggiku sepundaknya, memang aku ini sedikit pendek di negara asing ini.

"Sure nona terimakasih sudah memesan kopi disini!." Laki-laki itu membalas senyumku dan menatap ku dengan intens, sedikit rasa risih dilihat dengan cara seperti itu aku memilih berbalik dan melenggang pergi meninggalkan caffe.

Pegawai itu menatap kepergianku dengan senyum yang masih terpampang jelas di wajahnya yang tampan."ah ponselnya tertinggal gadis yang ceroboh, tapi aku selalu melihatnya kesini dan ini pertama kalinya aku melayaninya"

***

Aku segera bergegas berjalan menuju tempatku bekerja setelah melirik jam tangan yang berada di pergelangan tanganku, aku mengambil benda pipih yang selalu menemani keseharian ku namun aku tak kunjung menemukannya aku menghentikan langkahku dan mulai meraba isi tasku namun nihil masih tidak ada.

Bukk
Syurrr

"Astaghfirullahhallazim, awww panas,panas." Seorang pria dengan berpakaian formal dengan Jaz yang terbalut dalam tubuhnya menabrakku dengan santainya dia hanya melirikku dan melanjutkan langkahnya.

Ya Allah apa orang ini tidak merasa bersalah sudah menumpahkan kopiku dan lihat jilbab dan gamisku jadi lengket belum lagi sepertinya lenganku melepuh terkena siraman kopi panas.

"Permisi tuan apakah anda tidak merasa bersalah sudah menumpahkan kopi saya? dan lihat pakaian saya jadi kotor!." Aku menarik jas yang pria itu kenakan untuk menghentikan langkahnya.

"Don't touch me!."(Jangan sentuh saya) Pria itu menatap ujung jaznya yang ditarik ku dengan dingin, mendengar suaranya membuatku menelan salivaku lalu melepaskan jaznya.

Dia Pimpinanku?, Sungguh Menyebalkan!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang