PROLOG

70 11 3
                                    

Angin berhembus sejuk, seakan tak memperdulikan seorang gadis kecil yang sedang menangis terpuruk. Menyaksikan segala penderitaan, teriakan, bahkan tragedi dan tangisan emosi yang membuatnya seakan melupakan adanya masa depan.

Dan berkata "ku tak ingin hidup!, meski itu hanya semenit ataupun sedetik. Ku ingin ikut dengan mereka, meski harus mendapatkan segala siksaan dan penderitaan yang kudapat. Aku ingin bebas!" isakan dan teriakan yang tak terdengar, menyisakan air mata ketersiksaan, meski ia hanya seorang gadis kecil.

Trauma yang mendalam, membuatnya tertinggal dalam kesendirian tanpa adanya sebuah senyuman. Tumbuh dengan sikap yang menyembunyikan sesuatu, dan menciptakan kisah dan kehidupan yang palsu.

Senyuman dan tawa kesedihan itu berguna untuk menyembunyikan suatu kesalahan kecil yang menumpuk, menyisakan sebuah bekas luka mendalam, meskipun itu hanyalah sekedar sandiwara tak tertahan.

Bersama dengan teman, membuatnya sadar akan ketegaran itu harus di pertahankan karena adanya kependirian. Jika salah satu hal saja, maka tak-tik yang ia rencanakan bakal terungkap.

Menjalankan setiap kisah hidup, dengan penuh ujian kehidupan membuat ia sadar akan pentingnya ketegaran. Tawa di setiap kehidupannya menimbulkan rasa tenang di setiap orang di sekitarnya bahwa ia 'baik-baik saja'.

Ia menyadari kalau kehidupannya tidak berdaya jika setiap kali sifat emosi yang merajalela menyebar kemana-mana. Stress, tak tahu apa yang telah ia perbuat, membuatnya harus pergi meninggalkan dunianya yang dulu indah. Dan bersikap biasa-biasa saja seperti tak terjadi apa-apa dan melanjutkan tawa dan senyumannya.

Ia tak tahu apa yang ia perbuat, ia tak menyadari hal itu, oh tidak! Ada yang melihatnya melakukan perbuatan jahat. Ia tidak tahu dia siapa karena anak itu sedang terjatuh dan menangis melihat apa yang terjadi dan apa yang aku perbuat. benda tajam yang ada di tanganku di campur dengan cairnya darah segar. Seketika membuatku sadar akan apa yang tadi aku lakukan dengan tak segan-segan.

Emosi yang campur aduk dan membuat frustasi, dengan seorang anak yang sekarat di hadapannya mengeluarkan kata demi kata dengan suara serak agak mengerikan meski usia mereka sama. Menyebut setiap abjad-abjad namanya dan berulang kali mengucapkan kata 'maaf'.

Menghapus segala perbuatan itu dalam benaknya membuatnya semakin mengingat kejadian yang lebih mengerikan di masa lalu. Seperti flassback, suara serak dengan menyebut namanya itu terdengar berulang kali. Padahal tak ada apa-apa di sekitarnya.

Mulai menangis histeris, menyakiti dirinya sendiri, dan mengucapkan kata yang tak dapat diartikan.

"Don't ever say my name!"

***

Thanks semuanyaa udah baca prolog ini...

Trus kedepannya, harus ngebaca bagian-bagian yang lainnya yahh..

Kalau kalian suka cerita ini,
Di votcom boleh dongggg..
Hihihi😂

Okkeee see youu di bagian ceritaku yang lain...

Salam,
Manusia terimut:)

Don't Ever Say My Name!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang