Morning Sick

264 43 2
                                    

Jakarta, 3 Februari 2020

Sepuluh tahun yang lalu adalah usia dimana Shierleen Abyla Samudra mampu menikmati cinta dan kasih dari kedua orang tuanya secara utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepuluh tahun yang lalu adalah usia dimana Shierleen Abyla Samudra mampu menikmati cinta dan kasih dari kedua orang tuanya secara utuh. Bahkan perlakuan istimewa yang diberikan oleh keluarga besar pun juga berakhir di masa remajanya tersebut.

Semua itu terjadi karena ibunya kembali melahirkan sesosok bayi lucu yang menjadi satu-satunya cucu laki-laki di dalam lingkup keluarga besar kedua pihak. Dan sialnya, Elin—sapaan Shierleen—benci akan hal itu. Menurutnya kelahiran adik kecil bernama Aiden Lucas Samudra tersebut menjadi awal dari sebuah penyiksaan batin.

Bukan tanpa alasan Elin kurang menyukai eksistensi adik lelakinya tersebut. Karena bagi gadis itu, perhatian dan kasih sayang dari para pewaris darah dalam tubuhnya adalah segalanya. Hanya saat berada di dalam rumah saja ia mampu merasakan aman, dimanusiakan, serta dianggap keberadaannya. Jadi jika seluruh perhatian telah terpusat pada Aiden semata, jelas gadis itu kehilangan pelipur lara yang selama ini ia andalkan.

Bukannya Elin berlebihan. Tapi nyatanya saat ia berada di luar rumah, hal-hal baik jarang ia dapatkan karena sebuah kekurangan yang ada dalam dirinya. Bahkan kejadian itu terus berlangsung semenjak usianya masih menginjak 7 tahun hingga saat ini. Tanpa seorang keluarga pun yang tahu.

"Shierleen, kamu kok bau banget sih? Nggak pernah mandi ya?"

"Shierleen KKS. Kecut-kecut seger. Hueeekkk!"

"Awas, jangan dekat-dekat sama Elin. Soalnya dia burket! Hiiiii."

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat sarkas lain yang tertanam sempurna dalam ingatan gadis yang umurnya hampir seperempat abad tersebut.

Mulanya Elin berpikir bahwa hal semacam ejekan itu hanya sebatas guyonan khas anak-anak belaka, dan dia sama sekali tak tersinggung apalagi sakit hati atas hal itu. Namun semakin bertambahnya usia ia mulai mengerti bahwa ujaran demikian telah memasuki fase body shaming. Elin tak suka itu.

Pelan tapi pasti kepercayaan dirinya mulai kendur. Elin kerap kali jengah berlama-lama di tempat yang ramai atau panas. Sebab dua tempat dengan kategori tersebut dapat dengan mudah memicu keringatnya untuk keluar dan timbullah bau tak sedap yang sangat dibenci.

Sungguh, dia terlalu lelah untuk melihat reaksi orang-orang di sekitar yang mudah ditebak, atau pun mendengar ucapan-ucapan tak menyenangkan tentang aroma tubuhnya yang memang tercium kurang sedap.

Ya, maaf-maaf saja. Tak ada orang yang mau dilahirkan secara tidak sempurna bukan?

Elin juga mau seperti orang lain yang tercium harum meski keringat membanjiri tubuh. Tetapi apa mau dikata? Tuhan lebih menyukai Elin yang bau apak daripada berbau wangi semerbak.

Hah. Jika saja saat masih berupa embrio dulu Elin mendapat hak eksklusif untuk request kepada Tuhan tentang kehidupan seperti apa yang dia ingin jalani, tentu gadis bersurai hitam legam tersebut akan meminta dilahirkan dengan fisik sempurna tanpa celah. Tidak memiliki bau badan yang ugh seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArriateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang