"Permen sialan.."
Sudah dua hari setelah pesta nano-nano bersama tiga sahabatnya kemarin. Tentu saja permen hijau mungil kemarin memaksa dirinya untuk tetap berada di kasur sepanjang hari.
"Astagfirullah, baek-baek dah gue cursing mulu ke penjaga kuil lagi, moga ngga makin sial deh. Haduh.."
Rebahan bagi Eva adalah satu kata dan satu kegiatan kesukaannya. Tapi kali ini beda rasanya sebab keram perutnya masih membuatnya menderita.
Daripada memikirkan perutnya, lebih baik tidur (lagi). Namun belum sempat lama ia memejam sudah ada dering telepon menganggu telinganya.
"Hm? Sapa nih?" Mata Eva masih memejam, terlalu malas melihat layar ponselnya.
"Shion."
Mendengar suara familiar itu Eva langsung duduk di kasurnya, "Ngapain lo nelpon gua? Kangen yak?"
"Idih, pede banget. Gue nelpon soalnya Raya bilang lo lagi sakit."
"Cieee, khawatir banget nih kayaknya sama gue." Jawab Eva sambil cekikikan.
"Justru itu gue nelpon buat mastiin lo masih idup apa ngga."
"Sialan."
Setelahnya terjadi satu masa hening di antara keduanya. Baik Shion atau Eva tak ada kata.
"Eva,"
"Hm?"
"gue ke rumah ya?"
Hati Eva melompat, akhirnya lelaki itu ada rasa baik ingin menjenguknya.
"Seriusan?? Ih, ga usah repot-repot bawain gue makanan ya. Mamah udah masak soalnya."
"Alhamdulillah."
"Loh kok alhamdulillah sih?" Eva kebingungan, bukan kali ini saja tapi setiap kali berbicara dengan Shion selalu begini.
"Ya, gue emang mau main doang ke rumah lo, kaga pake acara jenguk segala. Untung deh gue bisa makan siang di tempat lo."
Eva menarik napas panjang, sabar Eva, sabar..
"Terserah lo aja dah, pusing gue tiap hari berantem mulu sama lo. Entar kalo udah sampe telpon lagi ya."
"Gue udah di depan ini."
Ia terkejut lagi lalu terburu-buru mengambil pakaian yang lebih pantas dari piyamanya. Tapi perutnya bertikai lagi jadi ia mengurungkan niatnya.
Eva membuka pintu kamarnya, dan kali ini hampir serangan jantung.
"Shiooonn! Lo ngapain di sini??"
Shion dengan ekspresi santai, "Gue bilang kan tadi udah di depan, kan?"
Gadis itu mengacak rambutnya sendiri, pikirannya sudah kusut sepagi ini, "Ya kali lo langsung nyamperin kamar gue?? Ga ada sopannya sama Tuan rumah."
"Tuan rumah lo pikir main sepak bola?"
Eva gregetan tapi ia berbaik hati dan tidak ingin berkelahi dulu dengan Shion, mengingat keram perutnya juga masih terasa.
Shion melihat dirinya dengan tatapan heran, ia juga melihat ke arah kamar Eva yang berantakan.
"Eh! Lo mau ngapain??"
"Lo belom mandi ya?" Tanya Shion, Eva hanya mengangguk malu sebab itu benar adanya.
Shion kembali menggeleng, "Mandi gih sana. Udah jam berapa ini, Va."
"Mageer.."
"Eva." Ucap Shion tapi sorot matanya menajam, membuat Eva lekas kembali ke kamarnya lalu menurut perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Potion - S4
Fanfiction• ̀Dari keisengan lalu membawa kehidupan mereka masing-masing ke dunia baru. Tidak ada cara selain menjalaninya. ミ "Wah parah ini mah kutukan namanya. Tapi bonus mas pacar." © shosei_track, 2020