Chapter 3

3K 262 26
                                    

Disclaimer : Masashi Kisimoto
Author : BungTsan


______________________________________

Pagi ini Hinata bangun dengan pikiran yang kacau. Masalah yang sedang menimpanya benar-benar membuat kepalanya ingin pecah. Ini tidak benar. Usianya masih 17 dan ia masih duduk di kelas 11,masih ada 1 tahun lagi yang harus ia lewati agar dapat lulus dari Senior High School. Bagaimana dengan masa depan yang telah ia rancang selama ini? Hancur.. Dalam sekejap impiannya hancur. Ia tidak tau apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Minggu lalu ia baru mengetahui bahwa ada nyawa lain yang telah bersemayam di perutnya. Mual dan pusing di pagi hari mulai ia rasakan beberapa minggu lalu. Sebagai anak IPA tentu ia tau apa yang terjadi terhadap tubuhnya. Ia pun membeli testpack agar dapat menghilangkan semua keraguannya. Dan dua garis yang tertera dalam benda itu menjawab semua keraguannya. Tidak perlu ke dokter atau kemanapun. Ini sudah terjadi dan ini lah takdir hidupnya. Sekuat apapun ia menolak, tidak akan merubah segalanya yang telah terjadi ini. Ia harus kuat.. Ia harus bisa.. Masih ada beberapa bulan lagi sebelum perutnya mulai membesar dan ia di keluarkan dari sekolah, ia harus masuk sekolah. Menimba sebanyaknya ilmu agar berguna di masa depan. Ia tak boleh lemah!

Setelah mengetahui anaknya berbadan dua, Kaguya tampak berubah. Wajah menuanya tampak seperti tertekan. Ia saingan kasihan terhadap anak malang itu, tidak memiliki orang tua kandung dan hamil di luar nikah. Pasti berat dirasakan, tapi ia percaya jika Hinata akan sanggup menjalaninya. Demi Kami-sama padahal gadis itu masih 17 tahun, tahun dimana anak muda berada di masa kesenangannya. Sebagai orang tua tunggal ia hanya dapat mendoakan Hinata dan selalu ada di samping gadis itu. Ia tau bahwa Hinata perlu dukungan darinya. Biarlah dunia menghujat anaknya, ia tidak perduli. Ia pun tidak mengharapkan pertanggungjawaban dari pria yang telah menghamili anaknya. Ia cukup tau diri, dia bukan siapa-siapa. Ia akan menjaga Hinata beserta anak yang sedang di kandung gadis itu.

"Kau yakin akan pergi sekolah? " tanya Kaguya khawatir. Wanita tua itu tampak mengamati kegiatan putrinya yang sedang memasukkan beberapa buku ke tas berwarna biru itu.

" Aku sudah seminggu tidak masuk ibu, aku pasti ketinggalan banyak pelajaran. " ucap Hinata yang telah siap dengan semua aktivitas sebelum berangkat sekolah.

"Kau jangan terlalu kecapean yah. Jangan lupa memakan bekalmu saat istirahat nanti." Kaguya tentu awalnya menolak jika Hinata kembali masuk ke sekolah. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan terhadap putrinya. Namun, Mikoto menyarankan agar Hinata tetap di perbolehkan melakukan aktivitas seperti biasa. Ia tidak ingin jika Hinata di larang ini dan itu maka akan membuat Hinata merasa tertekan dan berdampak pada kandungan anak itu. Kaguya menyetujui pendapat Majikannya.

"Baiklah, jaga dirimu sayang" - dan kandunganmu. Imbuh Kaguya dalam hati.

"Baik Ibu."

Hinata pun meninggalkan kamarnya dan bergegas menuju sekolah.

***

"Akhirnya aku bertemu denganmu Hinata." ucap Naruto saat melihat Hinata berjalan mendekat ke arahnya. Naruto tampak mengamati Hinata, Gadis yang sedang di hadapannya tidak masuk selama 1 minggu dan membuat teman-teman tampak khawatir.

"Apakah kau sudah sembuh total?" tanya Naruto lagi pada pujaan hatinya. Ini lah fakta tersembunyi yang berusaha Naruto tutupi. Naruto sudah menyukai Hinata saat mereka kelas 10. Kebetulan sejak kelas 10 ia sekelas dan ia terus berdoa kepada Kami-sama agar di kelas 12 ia masih tetap sekelas dengan Hinata.

Menurut Naruto, Hinata adalah gadis yang cantik dan pintar. Pesona gadis pendiam itu sangat kuat baginya. Sulit rasanya ia menyatakan perasaannya pada Hinata, ia takut jika Hinata menolaknya dan malah menjauhinya. Tidak, ia tidak mau itu terjadi. Jadi biarlah mengalir apaadanya.

"I-iya Naruto-kun." ucap Hinata canggung. Naruto yang notabennya adalah Ketua OSIS di sini sangat perhatian padanya. Pria pirang dengan sejuta pesona itu, selalu tampak hangat padanya.

"Ayo masuk kelas, kau sudah ketinggalan banyak pelajaran, aku akan meminjamkan bukuku untukmu." ucap Naruto dengan menggandeng tangan Hinata agar mengikuti langkahnya.

***

"Oh, kau masih ingat untuk pulang Sasuke Uchiha." ucap Mikoto saat melihat sang anak yang sudah ia tunggu-tunggu. Anak kurang ajarnya itu pergi untuk urusan bisnis dan meninggalkan masalah besar. Wanita itu sedang duduk santai sambil melihat sang anak berjalan menuju ke tangga.  Dasar anak tidak tau sopan santun, lihat pria Uchiha itu tampak mengabaikannnya. Lupakah ia lahir diri mana, oh mungkin pria itu nyangka dirinya keluar dari batu saat bayi.

"Aku sedang menunggumu Sasuke."

Sasuke menangkap ada yang aneh saat ini. Tidak biasanya sang ibu berkata yang menurutnya berbeda.
Langkahnya pun terhenti dan saat ia telah menghadapkan wajahnya pada orang yang telah melahirkannya. Ia malah mendapat tamparan keras yang membuat wajah memaling ke samping. Sial itu sakit...

"Itu belum seberapa atas perbuatan bejatmu Sasuke." ucap Mikoto lagi. Emosi masih menguasai wanita berusia setengah abad itu.

"Aku malu memiliki anak sepertimu kau dengar. Demi Kami-sama dosa apa yang telah aku lakukan sehingga aku mendapatkan anak sepertimu.... Hikk... Hikk..."tangus Mikoto tak terbendung lagi. Hatinya sakit saat mendapat kenyataan ini. Ia kecewa pada anaknya, di sisi lain ia kasihan pada gadis itu.

" Apa maksud Ibu? " tanya Sasuke dengan wajah datarnya. Bukannya datang dengan sambutan hangat, jujur saja ia masih lelah akibat perjalanan bisnis itu. Pulang-pulang mendapatkan perlakuan kasar dari sang ibu plus tamparan keras yang baru ia dapatkan seumur hidupnya. Entah apa yang telah ia lakukan sehingga sang ibu semurka itu saat ini?

"Jangan berlagak bodoh Sasuke, kau sekarang sudah menjadi pria brengs*k kau tau hah."

"Memang apa yang-"

"Kau menghamili Hinata hah, kau lupa pada perbuatan bejatmu? "

Degg...

Sasuke tidak percaya ini. Hinata hamil dan ia di tuduh menghamili gadis itu. Hah jangan gila, ini benar-benar masalah serius. Sejak kapan ia mau menyentuh gadis itu. Jangankan menyentuh melihat saja ia muak. Tidak ada yang menarik dari gadis itu, ia berani bertaruh. (ini suara hati Sasuke-kun ya, Author cuma menyampaikan saja.)

" Aku tidak pernah melakukannya. " ucap Sasuke tenang. Ia memang tidak melakukan apapun sehingga membuat Hinata hamil. Ia masih menggunakan otaknya. Mana mungkin ia mau meniduri pelayan rendahan itu. Huh lelucon ini sungguh tidak lucu.

"Kau lupa hah. Malam itu kau-

______________________________________

Bersambung...

Malam itu gimana ya????...

Gimana chapter ini??? Membosankan atau Biasa ajah.

Tunggu kelanjutannya ya. Terima kasih telah membaca....

Zindagi Ki HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang