Prolog

16 7 4
                                    

Tidak gampang untuk diam, tentu tidak peduli apalagi akan lebih sulit, namun ketika kata-kata sudah tak ada harganya, dan segalanya sudah tidak bisa dibahasakan manusia, tepatnya mungkin aku harus seperti awan mendung untuk mengisyaratkan hujan.
#https://titikdua.net/kata-kata-hujan/
***
Naiyara keluar dari gedung fakultas nya setelah kelasnya selesai. Begitu dia sampai di lobi, ternyata hujan belum reda. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berada di sana, mungkin mereka juga menunggu hujan reda seperti dirinya atau menunggu jemputan baik itu dari orang tua nya atau apalah itu.

Sudah 20 menit Naiyara menunggu tetapi hujan juga belum reda, dia memutuskan untuk pulang ke kostnya, untung dia ada bawa payung di tasnya, sengaja untuk Jaga-jaga karena mengingat sekarang adalah musim hujan. Dia menerobos hujan dengan payung nya, tidak peduli dengan sepatu nya yang nanti akan basah karena mengingat hari semakin sore.

Setelah dia sampai di jalan depan fakultas nya, sekitar ada 100 meter di depannya ada mobil yang terparkir. Naiyara merasa aneh aja dengan mobil tersebut karena di area tersebut bukanlah tempat parkir mobil, mungkin mobil tersebut mogok atau apalah gitu. Naiyara terus berjalan, dan setelah sampai di mobil tersebut dia samar-samar mendengar ada orang menangis dan teriak, dia terus mendekati mobil, betapa terkejutnya dia setelah melihat di dalam mobil ternyata ada seorang cowok yang sedang menangis dan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Dia berusaha untuk keluar dari mobil nya.
***

Sincerity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang