1

19 5 6
                                    

Tidak semua perjalanan hidup yang kita jalani itu sempurna, life layaknya roda yang berputar, yang kadang di bawah kadang di atas. Yang mampu membuat kita sempurna adalah selalu bersyukur atas nikmat yang telah Rabb berikan kepada kita sini elama kita hidup. Itulah kesempurnaan yang sesungguhnya. Tidak semua yang kita punya sekarang ini akan menjadi milik kita selamanya.
Tuhan mengambil sesuatu dari kita bukan karena tidak ada alasan, mungkin dia bukan yang terbaik bagi kita. Dan Allah akan menggantikan yang lebih baik dari yang kita punya sebelumnya. Baik bagi makhluk belum tentu baik bagi sang pencipta.
***
Terkadang untuk menjadi lebih baik itu sulit. Bahkan sangat sulit. Sangat banyak rintangan yang kita temui. Ya, aku juga merasakan hal yang demikian. Dimana aku harus meninggalkan orang tua, adik-adik, keluarga, kerabat dan sahabat, serta kampung halaman ku. Ya, aku lulus seleksi undangan di salah satu universitas islam yang ada di ibukota provinsi dari kota tanah kelahiran ku.

Jujur rasanya berat untuk meninggalkan semuanya. Belum lagi perkataan dari para-para tetangga "ngapain kuliah ke kota, kan disini juga ada kampus, sama aja. Mending kuliah disini gak banyak keluar biaya. Nanti di sana malah gak bener" dan Blablabla.  Aku hanya tersenyum untuk menanggapi orang yang seperti itu. Toh persepsi orang beda-beda. Emang ada ilmu yang gak butuh biaya? Semakin tinggi kita untuk mencari ilmu, maka tenaga dan biaya yang kita keluarkan akan semakin banyak. Gak ada yang gratis, melainkan udara dan air. Bahkan udara dan air yang kita butuhkan di dunia ini juga harus ada pertanggungjawaban nya di akhirat.

Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, bukan keluarga yang kaya raya. Orang tuaku bukanlah TNI, POLRI, dan PNS, melainkan seorang petani, yang penghasilan nya bersifat musiman. Ya, saat panen tiba mungkin kami bisa mempunyai sedikit rezeki, tetapi apabila musim panen belum tiba kami harus mencari pekerjaan sampingan untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun terlahir dari keluarga yang sederhana, membuat aku selalu bersyukur, karena apa? Karena aku masih bisa hidup dengan rezeki yang telah di tetapkan oleh Allah, masih mempunyai keluarga utuh, mempunyai tempat tinggal, dan masih ada tempat untuk berlindung. Jika tidak ada bahu untuk bersandar masih ada lantai untuk bersujud.

Terlahir dari keluarga yang sederhana tidak membuat semangat ku untuk mencari ilmu jatuh. Karena kesederhanaan itulah aku semangat untuk menjadi lebih baik lagi, bisa bahagia kan orang tua, bisa menjadi panutan yang baik untuk kedua Adik-adik ku. Aku adalah anak pertama dari 3 saudara. Sudah menjadi kewajiban ku sebagai anak sulung untuk belajar yang tinggi agar Adik adiknya juga ikut.

Keinginan terbesar ku adalah bisa membawa kedua orang tua ku ke tanah suci untuk menyempurnakan rukun islam yang ke 5.

"kak, kamu besok jadi pergi?" tanya mamaku pada saat kami sedang sarapan. Meski bukan makanan yang mewah seperti yang disediakan oleh restoran-restoran bintang 10 (emang ada?), entah lah kan gak tau di luaran sana😂. Meski cuma tumis kangkung sama ikan dencis goreng sudah nikmat banget.

"jadi ma.. Besok kakak pergi jam 8" jawab ku sambil mengambil lauk.

"udah pesen mobil kak?" tanya ayah ku yang dari tadi asik dengan dengan teh hangatnya.

"belum yah, nanti sore-sore aja rencana kakak pesennya" jawab ku. Ya aku dirumah di panggil kakak oleh orang tua ku.

"yaaahhh gak seru dong gak ada kakak, gak ada kawan berantem lagi" itu adalah suara adik laki-laki ku.

"iya kak..kakak gak usah pergi aja, kan gak enak kalo gak ada kakak, nanti gak ada yang belain adek pas abang lasak" sambung adik perempuan ku yang tak ingin kakaknya pergi.

"kan kakak perginya untuk mencari ilmu adek ku, nanti pas kakak libur kan kakak pulang juga" kata ku sambil mencuci tangan karena sudah siap makan.

"kan gak enak juga jadinya kak" jawab adek perempuan ku yang ikutan cuci tangan.

"iya kak, mending kakak gak usah pergi, kan disini juga ada tu kampus" jawab adik laki-laki ku yang tak mau kalah.

Kedua orang tua ku hahah diam dan tersenyum melihat ketiga anak-anaknya yang sedang berdebat.

"bukan gitu loh dek, iya emang disini ada juga kampus. Bukan karena kakak gak suka kuliah disini. Kan kakak pengen juga cari pengalaman tinggal di perantauan. Kan kakak dapat undangan sama beasiswa, sayang loh dek kalo kakak gak ambil. Masih banyak yang diluar sana gak seberuntung kakak. Jadi kalian berdua gak usah takut, kakak bisa jaga diri kok nanti disana, nanti kakak pasti akan selalu kabarin kalian berdua. Nanti kakak gak mau dengar ya kalian berdua berantem. Awas aja kalo masih berantem, tau sendiri nanti apa yang bakal kakak kasih ke kalian berdua" jelas ku panjang lebar serta wejangan untuk kedua Adik-adik ku yang selalu ribut apabila udah bersama, tapi giliran yang satu nya pergi ditanya, eh giliran bersama asik ribuutt mulu kerjaannya.

"iya kak iya" jawab mereka bersama.

"pokoknya nanti kakak disana jaga diri tu, ngabarin kita tiap waktu" tambah adik laki-laki ku.

"iya dek.. " jawab ku sambil mencubit pipinya.

" kakak kebiasaan deh" jawab dia tak terima pipinya aku cubit. Aku emang suka cubit pipi kedua adik ku, habis nya gembul sih.

"habisnya pipi kalian gembul sih, tapi badannya kurus" jawab ku sambil mengambil piring kotor di atas meja.

Kedua orang tua ku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anak-anaknya.

"makanya nanti kalian belajar yang rajin, biar kek kakak dapat beasiswa, cukup ayah aja yang pergi ke sawah, kalian jangan lagi, belajar yang rajin biar tercapai cita-citanya" jawab ayah ku memberi nasihat untuk kedua adikku

"iya yah, kami belajar kok" jawab kedua adikku.
***

Hmmm
This is my first story
Please vote & coment
❤️

Sincerity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang