Part 4: Terakhir

17 4 0
                                    

85/365 hari

"Ya Tuhan mengapa hal ini harus terjadi padaku sekali lagi, mengapa kau selalu membuat hatiku se sengsara ini"
Aku benar-benar hancur, aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, emosiku meluap-luap, aku bingung ingin melakukan apa, karena aku merasa sudah tidak mempunyai harapan lagi padanya.

Tak terasa ujian akhir sudah di depan mata, tak terasa waktuku di sekolah sudah akan berakhir, aku masih terus memikirkan hal itu, aku tidak berbicara lagi dengannya semenjak saat itu. Aku sadar bahwa dia bukanlah milikku, tapi entah mengapa aku masih terus menginginkan nya. Dulu aku yang selalu mengejar dia kini mulai perlahan menjauh.
"Apakah aku harus mengungkapkan perasaan ku yang sebenarnya kepadanya?"
Hal itu terlintas saja di pikiranku, sepertinya aku memang tidak punya pilihan lain selain jujur tentang perasaanku yang sebenarnya. 4 hari telah berlalu dan ujian pun selesai aku pun menemuinya untuk mengungkapkan apa yang kurasakan selama ini padanya.

"Hai"

"Hai juga"

"Gimana kabarmu? Apa ujianmu lancar" tanyaku

"Alhamdulilah baik, ujianmu lancar kok hehe" jawabku

"Aku ingin bicara sama kamu" ujarku

"Bicara apa?"

"Ada pokoknya, kamu ikut aku aja"

"Kemana?" Tanyanya

"Udh ikut aja"

"Yaudah"

Aku pun mengajaknya ke sebuah cafe, cafe yang dimana merupakan tempat ku melihatnya berduaan dengan orang lain.

"Jadi kamu mau bicara apa?" Tanyanya

Aku ragu untuk menjelaskannya, hatiku bimbang, aku takut dengan hal yang akan terjadi selanjutnya, aku berusaha mengumpulkan tenaga untuk bisa jujur padanya, dan siap menerima seluruh konsekuensinya.

"Aku cinta sama kamu"

Dia pun langsung terdiam begitu saja,
Aku terkejut melihat raut wajahnya yang tiba-tiba memerah saat itu. Tubuhku bergetar, tapi aku berusaha untuk tetap menjelaskan yang sesungguhnya.

"Sudah lama aku memperhatikanmu, kamu sudah mau baik sama aku dan teman-temanku. Aku tidak akan pernah bisa membalasnya, aku hanya bisa memberikan hatiku padamu, aku pikir Tuhan telah memberikan harapan untukku, harapan yang selama ini aku cari dan harapan itu ada pada dirimu. tapi ternyata salah, tuhan tidak mengizinkanku bersamamu. Kemaren aku sempat melihatmu disini berduaan dengan orang lain, hatiku hancur melihatmu dengan orang lain, tapi aku sadar, aku bukanlah milikmu, dan sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan seluruh isi hatiku padamu. Aku cinta kamu, dan aku menyayangimu."

Aku melihatnya menangis pada saat itu, tapi dia berusaha menutupinya dariku. Aku megusap air matanya dan berusaha menenangkannya, dia tidak merasa terganggu aku melakukan hal itu, "ya tuhan, cukup aku saja yang merasakan sakit seperti ini, aku mohon dia jangan sampai merasakan hal yang sama sepertiku, aku mohon" batinku.

"Kamu gausah nangis lagi, kamu sudah mendapatkan orang yang pantas untuk selalu bersamamu, kamu tidak perlu khawatir denganku, aku sudah ikhlas kok, tuhan memang tidak mengizinkan kita untuk bersama. Terima kasih untuk semuanya, terima kasih untuk kenangan-kenangan indah yang telah kamu berikan padaku. aku pamit dulu ya, sekali lagi terima kasih".

Tak lama kemudian aku meninggalkannya, dia masih menangis saat itu, sebenarnya aku tidak tega untuk meninggalkannya, tapi harus kulakukan agar hatiku bisa tenang dan melupakan semuanya, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa lagi setelah semua ini, aku hanya bisa berharap semua baik-baik saja kedepannya.

Bersambung



Untukmu 1 Tahun Yang Akan DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang