Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eunha's POV
Namaku Jung Eunbi atau biasa dipanggil Eunha. Memang sudah menjadi panggilan ku sejak masih kecil.
Aku tinggal di daerah pedesaan. Bunda ku adalah seorang single parent dan kami tinggal di bawah atap yang sama hanya berdua dan mulai malam ini juga, bunda harus tidur seorang karena aku akan pindah ke Seoul untuk melanjutkan studi ku ke tempat yang lebih baik. Ya, meski bukan di tempat yang selama ini aku impikan sebab sekolah impianku kuota untuk beasiswanya sudah penuh.
"Eunha! Ayo cepat. Nanti ketinggalan kereta!"
"Iya!"
Setelah membalas teguran bunda ku dari luar, aku segera merapikan semuanya dan melihat apa ada yang masih tertinggal.
Aku senang sekaligus sedih. Senang karena dapat menuntut ilmu di ibu kota negara. Sedih karena aku harus meninggalkan kamar yang menjadi tempat untuk bunda dan aku tidur. Kamar ini benar benar menyimpan banyak kenangan.
"Eunha!"
Aku tersentak kaget dan segera menarik koperku keluar kamar.
Di luar sudah ada bapak kepala desa, Bapak Jang. Dia benar benar ramah dan perhatian ke keluarga kami karena ia adalah sahabat dekat bundaku sejak masih SMP. Tentu dia tau semua yang sudah pernah keluarga kami alami.
"Sudah siap nak??"
Aku mengangguk antusias.
Bapak Jang berhasil mengantar aku dan bunda sampai di stasiun kereta api dengan selamat.
Setelah selesai mengambil tiket, kami bertiga duduk di salah satu kursi tunggu dan berbincang sedikit.
Awal perbincangan penuh dengan canda tawa. Mulai dari candaan Bapak Jang hingga bunda yang terus saja menggoda ku mengenai teman masa kecilku.
Namun lama lama, perbincangan ini semakin larut dan aku tak bisa untuk tidak meneteskan air mata.
"Eunha kalau liburan harus sering sering main ke desa. Ingat loh"
"Sedetik aja pisah, Eunha udah kangen. Gak mungkin lupa, bun"
"Anak gadis bunda udah besar", gumam bunda dan beliau mengelus kepala ku penuh kasih sayang, menimbulkan sensai hangat yang sangat menenangkan.
Oh, aku akan paling rindu dengan ini.
"Belajar yang baik baik dan jangan ikut ikutan orang yang tidak baik. Harus pandai pandai pilih kawan. Harus pandai pandai jaga diri. Tau?"
Aku mengangguk dan bibirku saling menekan untuk mencegah air mata ku untuk mengalir keluar. Ya walaupun akhirnya ia keluar, seiringan dengan air mata bunda.
