19. Cerita di Natuna

35 4 1
                                    

Cakra pun menelpon gadis yang ada di seberang pulau nun jauh di sana. Sebenarnya ada sedikit rasa canggung yang tercipta karena sudah lumayan lama ia tidak berkomunikasi dengannya. Namun, ketika Aruni dengan idenya mengirim sebuah pesan ke email Cakra, laki-laki itu jadi lebih percaya diri lagi kalau Aruni tidak melupakannya. Dan ia juga yakin, Aruni tidak akan semudah itu melupakan Cakra.

"Halo? Dengan siapa ini?" Sapa seorang perempuan di seberang sana. Suaranya sudah tidak asing di telinga Cakra.

"Maaf, ini benar dengan Mbak Arunika?" Tanya Cakra dengan wajah serius.

"Arunika siapa ya, Mas?" Gadis itu bertanya dengan wajah yang tak kalah seriusnya.

"Arunika Bintari. Perempuan yang tadi ngirim email ke saya. Bikin jantung saya deg degan aja, kirain saya diundang interview. Padahal saya lagi nggak ngelamar kerja dimana pun."

"Oh ya? Masa saya yang ngirim email itu, sih? Kayaknya bukan deh, Mas. Salah orang kali?"

"Masa, sih? Wah kalau gitu maaf, Mbak. Saya tutup aja nih, ya, telponnya?"

"Eh, jangan!" Aruni otomatis menyahut ucapan Cakra. Laki-laki itu lalu menahan tawanya.

"Kok jangan? Katanya salah orang?"

"Iya, salah orang. Bentar, saya panggilin Arunika yang asli."

"Oke, saya tunggu."

Terdengar suara Aruni yang berdeham setelah beberapa detik.

"Halo, Cakra?" Suaranya terdengar lebih santai dari yang tadi. Padahal orangnya sama-sama Arunika.

"Hei? Mbak-mbak yang tadi mana, Run?"

"Oh, udah ke laut dia. Harus memenuhi janji sama Poseidon katanya."

Cakra terbahak-bahak mendengar celetukan dari Aruni yang demi apapun terdengar sangat lucu di telinganya.

"Ih, udah Cakra. Ketawa mulu." Kata Arunika gemas.

"Lucu banget kamu habisnya."

"Aku tahu aku emang lucu, kok."

"Bikin kangen." Ucap Cakra yang demi apapun membuat jantung Aruni berdegup kencang. Apa dia tidak berpikir efeknya seperti apa mengucapkan kata itu kepada Aruni? Hh, Aruni jadi kalang kabut.

"Apa sih, Cakra?" Balas Aruni yang jadi salah tingkah seketika.

Tawa Cakra berangsur-angsur mereda. Ada hening yang tercipta diantara keduanya. Arunika pun sedikit canggung setelah mengingat kejadian saat ia dan Cakra untuk pertama kalinya membicarakan sesuatu yang bermakna mendalam bagi keduanya. Bahwa setelah itu mereka jadi tak banyak berkomunikasi lagi hingga saat ini.

"Run, aku minta maaf." Ucap Cakra menyesal.

Ada jeda di antara mereka. Hingga kemudian Aruni bertanya, "Buat apa?"

"Buat hal yang seharusnya nggak aku ucapin waktu itu. Aku terlalu denial, sampai bikin kamu mungkin terkesan sebel sama aku. Aku minta maaf ya? Aku belum bisa cerita ke kamu." Ujar Cakra.

Aruni mendengarnya dengan seksama. Sebetulnya ia agak kecewa saat Cakra bilang kalau dia belum bisa cerita tentang masalahnya ke Arunika. Akan tetapi, ia ingat, kalau ia buka siapa-siapanya. Arunika hanya seseorang yang ditakdirkan hadir di hidup Cakra hanya sebagai teman yang dikenal dari temannya, Bening. Mungkin hanya sebatas itu, tidak lebih. Namun, mengapa rasanya Arunia sudah menaruh harapan padanya? Harusnya tidak boleh. Karena Arunika pun belum seratus persen sembuh dari patah hatinya. Sebaiknya memang Arunika tidak perlu jatuh cinta lagi untuk saat ini. Ia takut kalau nanti Cakra tidak memiliki perasaan yang sama dengannya, hanya kecewa lagi yang Aruni dapatkan.

At The End Of The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang