Bab 2 (Revisi)

9.4K 501 4
                                    

Marisa terus melihat cincin hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Hali. Bukan karena kemilaunya tapi hadiah itu sangatlah berarti. "Kok senyam-senyum lihat cincinnya?" tanya Hali. "Sudah nggak sabar ya jadi istriku?"

"Terlalu percaya diri," ejek Marisa.

Hali tersenyum. "Jadi bagaimana? Kapan kita bisa bertemu dengan orangtuaku? Kalau aku sih aku bisa membuktikan 100 % kalau Ibumu akan setuju."

Senyum Marisa menghilang begitu saja. Dia khawatir hubungannya dengan Hali akan kandas karena Ibu Hali sangat menentang hubungan mereka.

Perubahan yang begitu signifikan dari raut wajah Marisa tidaklah membuat Hali heran. Dia malah mengerti kecemasan sang kekasih. Diraihnya tangan milik Marisa, menggenggam lembut seraya memberikan senyum.

"Kita hadapi ini bersama-sama ok? Aku juga akan mencoba memberi pengertian siapa tahu Ibuku akan menerima hubungan kita," hibur Hali.

Marisa memberikan senyuman namun itu tak membuat dirinya tenang. Firasatnya mengatakan pasti sesuatu terjadi. "Baiklah kita pulang ya sekarang sudah larut."

❤❤❤❤

Menempuh perjalanan selama 2 jam akhirnya Syifa sampai di Kuala Lumpur. Dia langsung memesan penginapan segera, menukar uangnya dengan ringgit. Beberapa snack juga disiapkan jaga-jaga jika Rey mau makan.

Sampai di penginapan, Syifa tidak langsung istirahat. Dia sibuk dengan beberapa file untuk lamaran kerja. Sebenarnya dari jauh hari wanita itu melamar pekerjaan di beberapa perusahaan.

Jauh-jauh hari Syifa melamar pekerjaan pada beberapa perusahaan yang ada di Kuala Lumpur. Tapi tak semudah yang dibayangkan, Hanya dua perusahaan menerima CV Syifa.

Syifa tidak menyerah. Dia akan berusaha mendapat pekerjaan salah satu dari perusahaan tersebut demi kelangsungan hidupnya dan juga Rey. Semoga saja tidak ada halangan besok.

❤❤❤❤

"Kenapa baru sampai jam sekarang? Larut malam lagi, mama telepon perusahaan dan bilang kamu pulang lebih awal," omel Mama Hali. Wanita paruh itu terus mengekori putranya.

"Biasalah, anak muda Mama ingin jalan-jalan," jawab Hali tenang.

"Iya tapi setidaknya bilang sama Mama. Mama tidak mau ya kalau kamu masih bergaul dengan anak pembantu itu atau jangan-jangan kau bertemu dengan dia sampai lupa waktu?" Hali menghentikan langkah menatap Ibunya kesal.

"Sebenarnya kenapa sih Mama memusuhi Marisa? Dulu pas Ibunya masih jadi pembantu, hubungan kalian baik-baik saja bahkan Mama menganggap Marisa itu anak Mama?!"

"Itu bukan urusanmu! Yang jelas Mama tidak suka ya kalau Mama harus berhubungan lagi sama Marisa dan Ibunya." Della berjalan melewati Hali, dibiarkan putranya merenung sendirian.

Wanita paruh baya itu meraih telepon. Dia menekan tombol sesaat beberapa "Halo, selamat malam ... Saya ingin memeriksa riwayat rekening dari anak Saya ... atas nama Hali Singgih."

❤❤❤❤

Esok pagi jam 7 pagi, Syifa sudah siap-siap menuju kantor sedang Rey akan dititipkan ke tempat penitipan anak untuk sementara.

Dia tak mungkin membawa Rey bisa saja nanti anaknya rewel. "Bunda nanti jemput Ley, kan?" tanya Rey anak kecil berusia 5 tahun tersebut.

"Iya pasti tapi janji sama Bunda kalau Rey nggak akan nakal tunggu Bunda di sini ok?" Rey mengangguk.

"Anak pintar." Syifa mengecup kening Rey dan berbicara sebentar kepada pengasuh di sana. Meski agak terkendala dengan bahasa keduanya mengerti satu sama lain.

Dilema [Pindah Di Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang