Keempat

2K 157 34
                                    

Anin tidak sama sekali mengenal lelaki tersebut, tapi dari baju nya sama persis dengan yang Anin pakai. Seperti nya lelaki ini salah satu murid di sekolah nya Anin.

"Maaf saya tidak mengenal anda."
Anin mengabaikan lelaki di depan nya lalu merasa pegal Anin berjalan di tempat sambil menghilangkan rasa pegal nya.

Ternyata lelaki ini tidak kehabisan akal, ia keluar dari dalam mobil lalu berdiri di depan Anin.

"Kalau begitu kenalkan saya murid baru disini."
Begitulah awal mula perkenalan mereka, sangat singkat.

"Terus?"

Lelaki ini hanya tersenyum.
"Kamu unik."

"Dan kamu aneh." Balas Anin.

"Biasanya perempuan lain akan menanyakan nama gue."

"Gue beda."

"Maka dari itu, gue tertarik mau kenalan sama lo."

"Gue gak minat."

Dari kejauhan tampak sebuah angkutan yang Anin tunggu sedari tadi, Anin sangat bersyukur ia tidak perlu terlalu lama menanggapi orang asing di depan nya saat ini. Anin pergi begitu saja tanpa pamit atau basa-basi dulu. Lelaki ini masih berdiri sambil menunggu angkutan tersebut pergi.

"Besok kita bakal ketemu lagi."

Dialah Bagas, anak murid pindahan dari Makassar. Entah kenapa Bagas sangat tertarik dengan Anin, sekedar informasi Bagas belum mengetahui nama Anin.

Angkutan telah menjauh, Bagas mengintari mobil lalu masuk ke dalam nya. Sekolah saat ini benar-benar sepi, Bagas sangat suka pulang saat sekolah tidak ada lagi murid berkeliaran hanya duduk dalam mobil sambil menunggu gerbang akan di kunci sama satpam.

Sepanjang perjalanan pulang, Anin tidak berhenti menoleh ke belakang takut-takut lelaki tadi mengikuti Anin pulang. Ia tidak mau ibu nya tau Anin di antar sama lelaki.

Sebelum memasuki komplek perumahan Anin tidak pernah lupa untuk membelikan ibu nya lotek atau gado-gado. Meskipun tidak pernah di sentuh makanan yang Anin bawa setidaknya biar ibu nya tau bahwa Anin amat menyayangi ibu nya.

"Assalamu'alaikum ibu, Anin sudah pulang. Ini Anin bawakan lotek kesukaan ibu."

Rumah sangatlah sepi, Anin kira ibu nya sedang menonton tv. Jangan tanyakan Wiwit, kakak nya akan pulang kerumah setelah maghrib.

"Bik, ibu kemana? Kok sepi."

"Ibu ke rumah depan non. Kata ibu silahturahmi tetangga baru."

"Oh dikira Anin kemana. Bik, ini lotek nanti taruh di piring ya kasih ibu. Jangan lupa bilang dari Anin."

"Siap non bakal ibu sediakan buat nyonya."

Begitulah setiap hari nya. Anin akan menyerahkan lotek ke bibik, biar bibik yang akan memberikan ke ibu nya.

Anin masuk ke dalam kamar lalu mengganti baju dan tidak lupa mencuci muka. Setelah selesai rutinitas nya, Anin mengintip dari balik horden. Ia baru tau rumah depan sudah ada yang menempati, mungkin lain waktu ia juga harus silahturahmi ke tetangga nya.

Anin mengambil remote tv lalu mencari channel KBS.

Mobil sedan memasuki perkarangan rumah yang sudah teramat ramai. Di penuhi ibu-ibu dan anak-anak. Lelaki dengan seragam sekolah nya turun dari mobil lalu masuk ke dalam pintu samping rumah nya. Ia sangat tau pasti ibu nya lah dalang di balik semua ini. Mengundang para tetangga untuk datang ke rumah baru nya.

"Ayok ibu-ibu di makan pudding nya buatan saya sendiri."

Seperti itulah ramahnya ibu Bagas ke para tamu yang datang menawarkan hidangan yang saat ini di sajikan untuk di santap.

Bagas yang melihat dari jauh hanya menggelengkan kepala nya tanpa mendekati sang ibunda.

Bagas menaiki tangga lalu di lemparkan tas ransel nya ke sembarang tempat. Di rebahkan badan nya di atas tasur, melihat langit-langit kamar sambil tangan di bersedekap.

"Kayak kucing melahirkan, pindah rumah terus." Ini rumah ke 5 yang sudah Bagas tempati. Jangan heran mengapa ibunya Bagas tidak membeli rumah saja tanpa harus mengontrak dan gonta-ganti rumah. Ia bosan harus beradaptasi dengan lingkungan dan sekolah.

°°°°°

Update lagi nih, lanjut next chapter??? 👉🏻👉🏻👉🏻

Peluk Aku Sekali Saja, IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang