1

17 7 3
                                    

Ikia menatap ke berbagai penjuru Rumahmu tidak ada satupun orang yang ia kenal.

"I-iya Mah." Jawab Ikia seadanya dnegan gugup.

"Itu Bibi kamu." Ucap Dayu menunjuk ke Ibu-ibu yang sudah berusia. Yah seperti Buk Risa.

"Hai Ikia, ini Bibi kamu Uswatun Hasanah. Panggil saja Bibi Uswa." Sapa Uswa dengan ramah pada Ikia.  "Dan ini Anak Bibi. Andry Reynald" ucap Uswa memperkenalkan Andry yang adalah sepupu dari Ikia.

"Ha-halo." Ucap Ikia gugup. Sedangkan yang ia sapa adalah Andry. Andry hanya memalingkan muka.

'Kok Ikia rasa, Ikia tak akan bahagia yah?' batin Ikia sambil menunduk.

"Dan itu Nenek kamu, Ikia. Panggil Enin." Ucap Dayu memperkenalkan Ikia pada wanita paruh baya yang sedang duduk di kursinya.

"Ha-halo Enin." Sapa Ikia pada Enin. Enin hanya menatap Ikia dengan tatapan aneh.

"Jelek sekali Anakmu, Dayu. Tidak sepertimu yang cantik." Ucap Enin pada Dayu. Dayu tidak menjawab ucapan Enin ia memilih diam dan menatap, Ikia dengan tatapan mengetahui. Bahwa Ikia sangat terluka.

'Ikia tau Ikia jelek' aku batin Ikia. Baru saja ia memiliki keluarga kenapa keluarganya seperti tidak menginginkanya? Ah Ikia benci hal ini.

'Maaf Ikia.'  Batin Dayu saat melihat anaknya Ikia yang tertunduk.

"Yaudah kamu tidur gih, masuk kamar." Ucap Dayu pada Ikia. Ikia pun memggangguk.

"Kamu tidur disini berdua denganku, karna tidak ada kamar lain." Ucap Andry saat tiba dikamarnya. Ikia melihat seorang anak kecil laki-laki. Dan ia bertanya pada Andry.

"Itu siapa?" tanya Ikia dengan tatapan heran.

"Itu Adikmu, Fahat." Ucap Andry cuek dan langsung berbaring dikasurnya. Sedangkan Ikia mematung.

Maksud Ibunya ini apa? Ia dititipkan jauh dari keluarganya, sedangkan Adiknya bersama semua keluarganya?

'Apa Ikia ini Anak yang tidak diinginkan? Sehingga Ikia dititipkan jauh dari keluarga sebenarnya? Mengapa? Apa salah Ikia? Ahhh benar benar kebohongan!' Batin Ikia kesal langsung berlari ke tempat tidurnya.

^^
Pagi

"Heh! Bangun." Bentak Enin dengan menyiramkan air pada Ikia, Andry dan Fahat.

"Iya Enin." Balas Andry.

"I-iya E-Enin." Jawab Ikia gugup, ia takut saat melihat Enin yang menatapnya tajam.

"Perawan-perawan bangun siang! Gak pantes!" Ujar Enin kasar.

"Ma-maaf E-Enin." Jawab Ikia gelagapan ia benar benar takut di tatap Neneknya dengan tatapan Benci

"Yaudah bangun, Mamahmu mau berangkat lagi." Ujar Enin yang membuat Ikia bertanya. 'Mamah, berangkat kemana?'

"I-iya E-Enin." Balas Ikia dan berlari menuju kamar mandi.

"Mamah mau pergi kemana?" tanya Ikia pada diri sendiri, saat ia sudah berada di toilet.

Setelah dari toilet Ikia bergegas menghampiri kamar Dayu.

"Mah, mau kemana?" tanya Ikia memberanikan diri. Saat melihat koper yang tersusun rapi.

"Mamah mau kerja lagi, Ikia nurut sama Bibi Uswa dan Enin yah. Mamah akan pulang mungkin selama Satu tahun atau Dua tahun lagi." Ujar Dayu yang membuat mata Ikia membulat sempurna.

'Apa-apa'an ini? Mamah pergi? Selama bertahun-tahun? Ikia sangat tak menyukai hal ini, Mamah asal Mamah tau!' Bentak Ikia dalam hati sambil mengepalkan tangan tanda Ikia sedang Marah.

"Iya, Mah." Jawab Ikia pasrah.

Ikia tidak mempunyai keluarga yang berlimpah harta, bahkan semua keluarganya pergi kerja menjadi TKW(Tenaga kerja wanita)  mengapa? Semua keluarga Ikia tidak lengkap beserta Ayah. Bahkan Ayah dari Andry pun pergi dan bisa terbilang Cerai.

Bukan hanya Ikia yang tidak mempunyai Ayah. Bahkan Andry sekalipun tidak mempunyai Ayah, hanya saja Andry masih ingat dengan Ayahnya dan selalu berkunjung kerumah Ayahnya.

Sedangkan Ikia? Ia bahkan tidak tahu wajah asli Ayahnya bahkan wujud Ayahnya pun ia tidak mengetahuinya. Bahkan ia pernah bertanya pada Dayu tentang Ayahnya tetapi Dayu hanya memberi Tiga kata saja. 'Ayahmu sudah mati.' Kata kata tersebut yang masih menempel di pikiran Ikia.

"Mah, Ikia pergi keluar sebentar." Pamit Ikia pada Dayu. Dayu pun menggangguk.

Ikia dengan langkah tergesa gesa berlari dengan sekuat tenaga. Dan Ikia pun sampai pada tempat yang ia ingin tuju. Yah Kebun kosong tanpa ada satu orang pun berlalu lalang.

Entah arahan dari mana Ikia mulai menangis, memukul semua batu yang berserakan di tanah.

"Mamah jahat! Hiks hiks hiks" ucap Ikia sambil menangis dan memukul mukul batu dengan tanganya, sehingga membuat tangan ya memerah. Memar tapi tidak membuat Ikia Mengaduh ia bahkan tak mengucapkan kata Sakit

Yang ada di pikiran Ikia saat ini adalah  Mamah jahat dan Mamah egois
Yah Ibunya jahat pada dirinya, mengapa disaat dirinya membutuhkan kasih sayang seorang Ibu ia malah pergi? Hanya karna uang Ibunya pergi menjauh dari Anaknya bahkan berbeda negara? Membuat Ikia sangat muak, benci dengan keadaan. Dan terlebih Ayahnya.

Ayahnya yang pergi membuat Ibunya pun pergi mencari uang, Ikia tidak ingin apa apa, ia hanya ingin Ibunya menemani dirinya.

Ikia terus memukul batu besar yang tergeletak di tanah. Ia terus mengerang dan memukul.

"Arghhhhh!" Jerit Ikia terus memukul batu, ia sekarang tidak menangis hanya saja ia memukul batu, kayu apapun yang ada disekitarnya.

"Aku benci! Mamah jahat! Mamah egois!" Jerit Ikia dan terus kembali memukul batu. Sampai ia merasa lelah.

Dan tangan ya pun mulai memerah bahkan darah segar pun mengalir di jari jari tangan mungil Ikia.

"Aku ingin pergi!" Ucap Ikia kembali kini ia tidak memukul batu, melainkan menjangan rambutnya sendiri.

Terus dan terus Ikia melukai dirinya
Ia tidak puas, ia ingin melupakan segalanya.

........................................................................
Abis

Bersyukurlah jika kalian masih mempunyai kedua orang tua yang menyayangi kalian, karena masih banyak orang lain yang memimpikan kasih sayang kedua orang tua, yang tidak pernah tercapai olehnya.

Kuy follow wattpadku
@Moca_Chino15
Facebook
Tipdhi Naufalia Marlindi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IKIA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang