2. Love

1.2K 152 4
                                    

Seperti biasanya, Mark berangkat menuju ke sekolah bersama Donghyuck. Namun entah kenapa, Donghyuck hari ini terasa lebih pendiam.

"Kau kenapa?" tanya Mark.

Donghyuck tersentak, tersadar dari lamunan. Ia menatap Mark canggung sembari menggaruk tengkuknya dengan gugup.

"T-tidak apa-apa. Ayo masuk kelas!"

Walaupun Donghyuck berusaha menyembunyikannya, Mark tahu ada sesuatu yang disembunyikannya.

Tapi apa?

Keduanya sampai di kelas, dan Mark langsung membuka ponselnya. Biasa, mengucapkan selamat pagi pada pujaan hatinya.

Sementara itu Donghyuck hanya merenung, menatap lurus dengan tatapan kosong. Kejadian kemarin sore masih terngiang dengan jelas di kepalanya.

Apa ia harus mengatakannya sekarang?

"Mark--" Donghyuck menutup kembali mulutnya.

Mark mengalihkan atensinya dari ponsel. "Ada apa?"

"Tidak jadi," Donghyuck mengeluarkan komik kesukaannya dan berpura-pura membaca.

Mark hanya mengendikkan bahunya acuh dan kembali bermain bermain ponsel sampai akhirnya pelajaran dimulai, dan Donghyuck? Ia masih sibuk dalam dunia khayalnya.

Tiba-tiba Mark mendapat sebuah ide.

'Bagaimana jika aku menembak Seulgi noona besok? Kami 'kan sudah cukup dekat. Ah, ide yang bagus Mark!'

•••

Setelah pulang sekolah, Mark tanpa pamit langsung berlari penuh semangat menuju dapur sekolah yang boleh digunakan oleh para murid.

"Seulgi noona!" sapa Mark ceria saat ia sampai di dapur sekolah.

Di sana juga ada Jimin yang menemani Seulgi. Tapi persetan, yang penting Mark bisa lebih dekat dengan Seulgi.

Tujuan mereka berkumpul di sini tak lain adalah untuk mengajarkan Mark memasak. Yah, lebih tepatnya Seulgi saja, Jimin hanya mengamati.

"Seulgi noona, kita akan memasak apa?" tanya Mark yang sudah memasang apronnya.

"Hm, karena kau masih pemula, kita akan belajar membuat nasi goreng kimchi!" pekik Seulgi bersemangat, membuat kedua lelaki tampan di sana terkekeh gemas.

"Jadi, langkah pertamanya?"

•••

Mereka pun membuat nasi goreng kimchi yang rasanya tidak terlalu buruk. Di sana, suasana penuh dengan tawa manis dari Seulgi yang membuat Mark merasa sangat bahagia.

"Chim, coba kau cicipi. Bayangkan saja kau sedang menjadi juri di sebuah kompetisi," ujar Seulgi sembari meletakkan piring yang berisi nasi goreng ke atas meja.

Jimin mulsi menyantap nasi goreng tersebut. Matanya membesar, ia mengusak surai Seulgi bangga.

"Ini enak sekali. Kau memang guru yang hebat," pujinya, membuat wajah Seulgi memerah malu.

Sementara itu, Mark malah teringat sahabat manisnya itu di saat seperti ini.

Entahlah, Mark benar-benar curiga ada sebuah masalah yang Donghyuck alami saat ini.

'Donghyuck, kau kenapa?'

•••

Air mata terus menetes menuruni pipi tembam itu, dan berakhir diserap oleh permukaan selimut yang berada di bawahnya. Pemuda itu terus menangis, meratapi nasibnya yang sebentar lagi akan berubah.

"Tinggal ada dua hari lagi, Donghyuck"

Perkataan sang ibu terus terulang bagai kaset rusak di kepalanya, membuatnya pening akan semua masalah ini.

'Kuharap dia bisa membantuku.'

to be continued
.
.

Late || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang