3. Hurt

1.7K 193 41
                                    

Kejadian kemarin hari terulang lagi, di mana Donghyuck menjadi pribadi yang lebih tertutup dan tidak banyak bicara. Bahkan saat pelajaran ia hanya menulis dan tidak menjawab semua pertanyaan Mark.

Awalnya Mark kira dia kelelahan atau apa, tapi sepertinya dia tidak bisa tinggal diam. Ini sangat mengkhawatirkan.

"Hyuck, jawab aku. Apa kau ingin bercerita tentang masalahmu, hm?" tanya Mark selembut mungkin.

Hening.

Hanya terdengar suara guru yang tengah menjelaskan materi di depan kelas. Sedangkan yang ditanya, ia hanya menatap lurus ke papan tulis.

"Pulang sekolah,"

Mendengar sahabatnya bersuara, sontak Mark menoleh dengan cepat dan mendapati Donghyuck tetap sama, kosong bagai tak berjiwa.

"Temui aku di koridor dua." lanjutnya. Setelah itu ia sama sekali tak mengeluarkan suara lagi.

Anggukan menjadi balasan, Mark kembali fokus dengan pelajaran.

Jika saja Mark lebih memperhatikan wajah Donghyuck, di sana terdapat kantung mata dan matanya sangat sembab akibat menangis semalaman.

•••

Kring... kring...

Suara bel terdengar menggema di penjuru sekolah, menandakan waktunya untuk kembali ke rumah.

Tapi yang dilakukan kedua pemuda berstatus sahabat ini malah mengobrol di koridor yang sangat sepi.

"Jadi, apa yang mau kau katakan?" Mark angkat bicara setelah beberapa menit diisi keheningan.

"A-aku..."

Menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Bisakah kau berkunjung ke rumahku hari ini? Kumohon, sekali ini saja." pinta Donghyuck.

Mark berpikir. Sebenarnya ia kasihan dengan sahabatnya yang terlihat terpuruk ini, tapi saat ini kan dia ingin menembak Seulgi.

'Terima tidak ya?'

Setelah berperang dengan batinnya, akhirnya Mark mengambil jawaban.

"Maaf, tapi aku akan menyatakan perasaanku pada Seulgi noona hari ini."

Bahu Donghyuck merosot. Kakinya terasa sangat lemas seperti jeli, kepalanya pening saat memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kumohon Mark... untuk persahabatan kita," mohon Donghyuck sambil mencengkeram lengan Mark.

Ekor mata Mark melihat keberadaan Seulgu yang tengah berjalan sendirian di koridor, tidak ada Jimin di sana. Sebuah kesempatan untuk menyatakan perasaannya bukan?

Cengkeraman Donghyuck di lengannya dilepas paksa, ia lebih memilih untuk memanfaatkan kesempatan emas di hadapannya.

'Maafkan aku, Hyuck.'

Setetes air mata jatuh begitu saja dari netra indah Donghyuck. Hatinya bagai ditusuk ribuan pedang runcing, hancur tak bersisa. Kosong dan hampa.

'Cukup tahu, kau tak pernah menyimpan perasaan padaku. Selamat tinggal, Mark.'

Dan saat itu juga hubungan mereka terputus. Tak akan ada lagi Donghyuck yang tersenyum karena ulah Mark begitu pun sebaliknya.

Tak akan ada lagi yang namanya Markhyuck friendship, yang tersisa hanyalah Mark dan Donghyuck, bukan lagi Markhyuck.

•••

"Seulgi noona!" panggil Mark sambil melambaikan tangannya kecil.

Seulgi membalas dengan senyum manisnya, lalu menghentikan langkahnya sejenak untuk menunggu Mark.

"Ada apa, Mark?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu,"

"Oh apa itu?" tanya Seulgi penasaran.

Mark mengumpulkan segenap keberaniannya. Ia menutup mata lalu...

"A-aku menyukai Seulgi noona sejak lama! Apakah n-noona mau menjadi p-pacarku?"

Hening. Tak ada jawaban dari Seulgi atau pun kalimat lain dari Mark.

"Tapi kau tahu kan, aku sudah memiliki Jimin." tolak Seulgi halus. Ia tak menyangka, orang yang dianggap adiknya sendiri sungguh nekat menyatakan perasaan kepadanya.

"Aku tidak pedu--"

BUAGH!

"Apa maksudmu, brengsek?!" Tiba-tiba Jimin datang dan memukul rahang Mark dengan kuat.

Mark tersungkur, ia memegang sudut bibirnya yang berdarah. Seulgi mengusap bahu tegap Jimin dengan mata berairnya.

"Cukup, Jimin. Jangan sakiti Mark. Dan Mark--"

Seulgi menoleh pada Mark.

"--aku menolakmu. Dan aku hanya menganggapmu sebagai adik. Aku pergi," Seulgi menggandeng tangan Jimin untuk pergi dari sana.

"K-kenapa? Padahal aku pikir semua akan berjalan dengan baik," Mark mengusap matanya yang mulai mengeluarkan air.

"Donghyuck."

Entah kenapa ia menyebut nama itu. Nama mantan sahabatnya yang ia tinggalkan tadi.

Mark merogoh sakunya, mencari nomor Donghyuck. Ia butuh Donghyuck sekarang juga.

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.

"Sial!" umpat Mark kesal sembari memutuskan panggilan.

"Aku harus bertemu dengannya sekarang juga." Menghapus air matanya dengan kasar, Mark berdiri dan berjalan cepat menuju parkiran.

to be continued
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Late || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang