Bagian Pertama-Dera

8 3 1
                                    

"Aku pasti melamarmu, jika masanya telah tiba, aku harus mempersiapkan segalanya dulu sayang..."
"Iya tapi kapan? Aku sudah cukup lama menunggu, katamu bulan Agustus, ini sudah pertengahan bulan November loh sayang..."
"Iya yang, tapi gimana Papa baru mau nyalon jadi walikota, kamu tahu sendiri itu juga hajat yang cukup penting bagi keluargaku."
"Hmmmm..."
"Sayang aku janji deh, setelah pemilihan walikota nanti aku langsung minta keluargaku buat lamar kamu."
Tut..tut...
"Hhhhh.... nyebelin deh, selalu ada aja alasan buat mengulur waktu. Belum lulus lah, papa mau nyalon lah, besok tinggal nungguin gajah bertelor kali," racau Dera melempar ponselnya sambil ngomel. Ia mengerucutkan bibirnya, badmood.
"Dera... sayang... ayo makan malam dulu sayang, ini Mami sudah masakin sup ayam kesukaan kamu... ayo nak turun, udah ditunggu Papi!!" Teriak Mami Susi.
"Dera gak makan Mam... malas ah, udah malam nanti gendut."
"Eh, kamu kenapa si nak, biasanya kalau denger sup ayam langsung deh ninggalin apapun, kaya kucing liat ikan asin. Kok sekarang gak mau si?" Kata Mami Susi yang ternyata sudah membuka pintu kamar Dera.
"Gak tau ah Mi, malas makan aja. Mami Papi makan aja sama Agam. Dera mau tidur aja." Dera langsung menarik selimutnya sampai menutupi badannya.
"Ehhh...ehhh... kmu itu ya dibilangin susah De, kamu itu pernah kena tifus, Mami juga belum liat kamu makan tadi siang. Kenapa? Ada masalah lagi sama Dhandi?"
Mami Susi paling tahu gelagat putrinya kalau lagi galau, pasti anak keduanya menolak untuk makan, dan kemudian dia sakit, lalu Dhandi, pacarnya, akan menjenguknya, membujuk dan menyuapinya makan.
"Tau ah Mi, Dera ngantuk." Matanya dipejamkan, berharap Maminya jera dan mau meninggalkannya sendiri.
"Kamu gak akan bisa tidur nyenyak De kalau perutmu masih kosong. Ayo ah jangan manja, baru jam 7 kok udah mau tidur. Kasian Papi sama adik kamu tuh udah nunggu."
Dera hanya menggeliat malas.
"Ssstt... Mami juga masakin sambal bawang kesukaanmu." Bisik Mami Susi.
"Arghhh.... iya Mami... Dera turun deh, Mami duluan aja. Hush... hush..." kata Dera sambil mendorong Maminya keluar kamar.
"Awas lho, kalau lama kami tinggal."
"Iya bawel..."
Sebelum turun untuk makan, Dera membuka kunci ponselnya mengganti wallpaper bergambar dia dan kekasihnya memakai jaket warna pink di tengah padang ilalang dengan gambar dirinya memegang kain tenun yang terbang di sebuah danau.
"Lama banget si ngapain aja Mba? Udah laper banget nih." Celetuk Agam, adik laki-laki gembulnya. Di samping adiknya, Maminya nampak sibuk menyendokkan nasi ke piring Papi. Papi hanya tersenyum lega melihat Dera mau turun untuk makan.
"Alah bawel luh, gentong!" Sahut Dara sambil melempar jeruk ke adiknya.
"Eits... di meja makan...."
"Tidak boleh bertengkar." Sahut adik kakak yang tiba-tiba kompak memenggal kalimat Maminya.
"Udah udah cepat ambil nasi, sayur, dan lauknya, kita berdoa bersama sebelum makan." Kata Papi Soni menengahi.
"Mi... ambilin" rengek Agam.
"Dasar manja." Protes Dera.
Mereka makan dengan lahapnya, sup ayam, sayur kangkung, tempe goreng, dan sambal bawang adalah kombinasi menu favorite dalam keluarga mereka. Tidak boleh ada percakapan selama mereka makan, kecuali komentar mengenai makanan, yang seringnya sih pujian buat Sang Mami yang jago masak.
Sup telah habis, tinggal kuahnya saja, piring yang tadinya berisi tempe goreng ludes tinggal remahan tempe, piring sayur tinggal bawang dan cabe, cobek isi sambal bawang ludes. Mami dengan cekatan merapikan piring-piring kotor, dibantu oleh Dera, jangan tanya Agam, dia sudah langsung menuju ruang keluarga, menonton tv, dengan membuka kaosnya dan memperlihatkan perut gembulnya.
"De, ternyata laki-laki yang waktu itu dateng dengan teman gurumu, dia anak klien bos Papi." Kata Papi setelah megosongkan air putih di gelasnya.
Aku menghentikan gerakan tanganku.
"Terus?"
"Dia nanyain kamu terus, Papi jadi bingung. Risi."
"Ya udah di Pi, biarin aja, toh Dera udah punya pacar. Dia juga keliatannya udah tua." Kalimat terakhir Dera ucapkan sambil berbisik.
"Iya Pi, lagian Mami udah suka banget sama Dhandi, gak mungkin lah nantinya Dera dijodohkan dengan laki-laki lain."
Papi diam. Mami dan Dera ke dapur untuk mencuci piring-piring kotor.

EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang