Diruang kelas.
Chika,Caca, dan Caeli sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba Arsya datang dari balik pintu."Eh, anak pungut udah datang... Upz, maaf kelepasan." -Caca (sambil senyum menghina)
"He, kamu... Masih betah kuliah disini?? Tempat kamu tuh seharusnya dirumah sakit jiwa bukan disini." -Caeli (sambil menunjuk Arsya)
Arsya tetap berlalu dan langsung duduk dikursinya tanpa menghiraukan ucapan dari teman-temannya. Kemudian ketiga cewe itu menghampiri Arsya yg tengah membuka buku pelajarannya.
"Heh, cewe aneh... Denger yah!! Percuma kamu kuliah ujung-ujungnya kamu jadi penghuni rumah sakit jiwa. Dasar cewe gila..." -Chika
Chika,Caca, dan Caeli tertawa puas, sementara Arsya tidak peduli dan tetap bertingkah acuh tak acuh sambil berpura-pura membaca buku pelajaran.
Tidak lama kemudian Glen datang.."Hey, Glen??" -Chika
"Hai semua.." -Glen (sambil menuju ke tempat duduknya yg berada disebelah tempat duduk Arsya)
"Hey Glen gak takut apa lo??" -Caeli
"Takut apaan??" -Glen
"Terkena virus cewe gila disebelah lo??" -Caeli
"Oh... Dia??" -Glen (sambil melirik)
Arsya berharap Glen membelanya. Tapi..
"Tenang aja gue udah punya penangkal buat ngindarin virus cewe gila ini.." -Glen
"(tertawa puas)" waaahh... Boleh juga tuh..." -Caeli
"Bagi donk sama kita, virus dia kan lebih berbahaya dari virus HIV/AIDS. jadi kita harus hati-hati.." -Caca
Dan mereka semua tertawa dengan puas atas keberhasilan mereka hingga membuat Arsya merasa terkucilkan. Sebenarnya, Arsya sangat ingin melawan mereka. Tapi, ia tidak mempunyai keberanian untuk melawannya. Sehingga ia hanya bisa menghindar dari mereka.
"Yah... Cewe gilanya... Pergi" -Chika
Mereka semua kembali tertawa.