1. Bukit Ilalang

15 2 2
                                    

Wwuussshhh… Semilir angin berhembus dengan irama perlahan. Terlihat ilalang-ialang menari-nari karena terpa'an angin yang begitu lembut. Matahari perlahan mulai turun menuju peraduanya, tenggelam di balik bukit barisan. Cahaya nya berwarna merah jingga bertebaran dari ufuk barat mengenai awan-awan yang berarak tak beraturan. Kunikmati senja ini di bukit berumput dan bebatuan, bukit yang sering kali aku kunjungi pada waktu sore menjelang malam, entah hanya untuk sekedar menikmati senja atau juga sebagai tempat mencurahkan perasaan kepada semesta.

Dibukit ilalang terdapat bongkahan batu-batuan besar. Batu-batu tersebut tersusun tak beraturan tetapi indah untuk dilukiskan. Dari bukit ini kita bisa melihat luasnya pemandangan perkebunan teh yang membentang sejauh mata memandang tepat di kaki gunung Kerinci. Ya, di daerah ku, di Kayu aro merupakan daerah perkebunan teh. Perkebunan seluas kurang lebih tiga ribu hektar dikelola oleh perusahan BUMN. Pemandangan hijau yang luas ini amatlah menyejukan mata yang memandang nya ditambah dengan perpaduan merah jingga dilangit sore itu mampu mengurai segala hiruk piruknya dunia yang selalu saja mengganggu fikiran dan jiwa manusia.

Sore ini aku datang kebukit ini sendiri, biasanya aku kesini bersama Raka sahabatku tapi kali ini dia sedang ada janji dengan pacarnya. Ya sudah, aku sendiri saja kesini, seperti biasa aku menikmati senja sambil membawa peralatan melukisku ku. Aku sangat hobi melukis, aku biasa melukis pemandangan di desaku, melukis orang-orang yang sedang bekerja di kebunnya atau kadang melukis hewan-hewan yang ada disekitarku. Semua lukisan-lukisanku aku abadikan dalam satu album lukisan ku. Aku tak berniat menjual hasil lukisan ku karna bagiku saat ini melukis merupakan hobi yang kunikmati bukan profesi. Aku berfikir jika langit adalah kanvas nya maka aku akan menjadi kuas nya dan seseorang akan menjadi cat warna nya. Ku biarkan semesta melukis ke indahanya karna aku percaya semesta adalah seniman terbaik yang perna ada, ia tak pernah mengecewakan aku dengan karya-karya nya.

Selain melukis aku juga hobi membaca tetapi buku-buku baca'an ku bukan lah buku-buku ilmiah seperti rumus-rumus kimia, algoritma, fisika dan sebagainya, melainkan buku-buku fiksi dan sastra. Entah kenapa aku sangat menyukainya, mungkin karna karya karya fiksi sastra itu mampu mengekspresikan gambaran jiwa dan mampu menghipnotis para pembacanya agar menyatu dengan keinginan dan pemikiran para penulisnya. Salah satu sosok yang aku kagumi akan karya nya adalah buya Hamka. Karya-karya beliau begitu hebat, mampu mengekspresikan jiwa  pembaca hanya dengan perpaduan kata-kata yang begitu menggugah. Sungguh bangga Indonesia memiliki salah satu sosok seperti dirinya.

Sekitar tiga puluh menit lamanya aku duduk dan melukis di samping bebatuan itu, aku di kejutkan dengan dering nada hp ku, menunjukan sebuah pesan masuk dari Raka melalui wa.

“Bandit… Dimana posisi ?”

“Tempat biasa ka.”

“Yaudah aku kesana ya tunggu aku.”

“okey”

Sebenarnya namaku Raditya putra dewangga. Biasa dipanggil Radit atau kalau adek-adek kelas manggil aku Bang Dit. Tapi, semua teman-teman dekatku manggil aku Bandit, Raka lah yang pertama kali menjuluki ku dengan nama Bandit. Namun, aku tidak merasa keberatan karena itu hanya plesatan dari Bang Dit bukan karna aku berkelakuan seperti Bandit. Di sekolah aku juga terkenal sebagai murid baik-baik meski tidak terlalu pintar setidaknya aku tidak pernah mendapatkan peringkat paling bawah di jajaran kelasku. Saat ini aku tengah menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negri 7 Kerinci, tepatnya kelas xi ips 2.

Hampir sama dengan ku Raka juga temen satu sekolah dengan ku bedanya dia di kelas xi ips 3. Meski begitu kami selalu bermain bersama tiap waktu luang di sekolah. Bagiku Raka adalah sahabatku yang bahkan seperti saudaraku sendiri, rumahnya berdekatan dengan rumahku dan aku sering main dan menginap dirumahnya. Orang tuanya sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri kami amat akrab dan berbaur. Makanya aku tau persis sifat-sifat raka yang terkenal playboy itu. Entah sudah berapa wanita yang menjadi korban perasaan terhadapnya. Baginya saat itu selagi masih muda maka nikmati saja masa muda itu jangan di habiskan untuk galau-galau gak jelas hanya karna wanita. Sebenarnya kalau bagian ini sih aku setuju, tapi kalau playboy nya aku kurang setuju karna biar bagaimana pun wanita di ciptakan untuk disayangi bukan malah untuk di sakiti.

“Woyy. Bandit ngapain sendirian aja. Noh liat tu truk aja gandengan” sapa Raka dari kejauhan sambil menunjuk truk pengangkut hasil petikan pucuk teh.

“Ini Ka, aku lagi melukis awan-awan itu. Bagus gak Ka ?”

“Bagus sih, tapi sayang cuman bisa melukis keindahan di kertas gak bisa melukis keindahan dalam hati wanita” ledek Raka

“yeee… Gak ada hubunganya kalik”

“Ya jelas ada lah,, Cari lah Dit. Masa iya seorang ketua osis jomblo hahaha”

“Aku jadi ketua osis memang ingin berkontribusi untuk sekolah bukan untuk mencari popularitas”

“Kan gak ada salah nya memanfaatkan popularitas yang ada, hitung-hitung sebagai manfaat nya lah"

“Gimana lah Ka, kayak nya aku kurang percaya diri. Apa masih ada cewek yang mau sama aku”

“Woyy Bandit. Makanya sesekali tu melek keluar gak diruang osis mulu. Banyak tau yang diam diam memperhatikan mu. Kamu nya aja yang gak tau”

“Masa iya Ka ? siapa emangnya Ka ?”

“Aku tau dari Anita sih, katanya gitu ?”

“Serius Ka ? Emang siapa kata Anita ?”

Anita adalah pacar Raka. Dia orang yang baik dan cantik, satu tinggkat dibawah kami dia berada di kelas x ipa 2. Anita salah satu siswi cantik berprestasi yang menjadi idola di tingkatan kelas x sekolahanku. Aku tidak tau persis bagaimana Raka mampu menaklukan hati Anita, tapi yang pasti Raka benar-benar beruntung bisa mendapatkan Anita.

“AAaaauuah paling temen-temen sekelas nya. Cari tau aja sendiri "

“Parah.. percuma punya temen kalau harus cari tau sendiri”

“Yaa makanya, hidup tu jangan cuman monoton mulu. Sesekali nikmati dong, ingat masa Sma itu cuman sekali Dit”

“Bukanya gitu Ka, Hanya saja belum ada yang cocok rasanya di hati ini Ka”

“Hahaha,, dasar Bandit”

Lukisan ku pun selesai dan tanpa terasa hari sudah hampir gelap. Senja sudah hampir berakhir serta malam akan segera tiba. Akupun melangkahkan kaki pulang kerumah. Dalam perjalanan terlihat beberapa burung-burung terbang menuju sarangnya masing-masing. Nampaknya mereka akan kembali ke keluarga mereka bercengkrama dan berbagi cerita akan apa yang telah dilaluinya dalam seharian sebelumnya. Sungguh awan yang indah tadi itu. Akan aku simpan dalam album lukisan ku hari ini.

jika langit adalah kanvas nya maka aku akan menjadi kuas nya dan seseorang akan menjadi cat warna nya. Ku biarkan semesta melukiskan ke indahanya karna aku percaya semesta adalah seniman terbaik yang pernah ada, ia tak pernah mengecewakan aku dengan karya-karya nya.”

Melukis LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang