•••
Setelah kejadian malam itu, sekarang Anna tahu siapa pria itu karena Viona memberi tahunya. Siapa pria itu, bagaimana kekuasaannya, keluarganya, bahkan teman-temannya. Viona telah menceritakan semuanya.
Kini Anna paham dan tidak akan mau berurusan dengan pria itu ataupun teman-temannya. Tidak akan pernah. Dia pun menghindari untuk tidak ke taman biasa dia mengerjakan tugas atau kegiatan santainya di kampus.
Tetapi untuk hari ini Anna terpaksa harus ke taman depan fakultasnya karena perintah dosennya untuk melakukan bimbingan belajar pada para juniornya. Dia berharap hari ini Sean dan teman-temannya tidak ada di taman. Semoga saja.
Dia menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di taman hasil dari mini research dia dan teman-temannya. Mulai dari jenis-jenis tumbuhan, jenis akar, batang, daun, bunga dan buah, bahkan manfaat dari masing-masing tumbuhan itu. Menguras tenaga memang, tetapi Anna menyukainya.
Hanya saja sejak tadi Anna tidak tahu jika dia sudah di perhatikan beberapa orang, tidak hanya para junior didepannya, tetapi ada tiga orang lainnya yang memperhatikannya dan salah satunya tersenyum penuh arti.
Ya, itu Sean dan dua temannya. Dia memperhatikan gadis itu bagaimana dia menjelaskan tumbuh-tumbuhan yang ada di taman itu dan sesekali Anna yang tersenyum pada para juniornya itu.
Dia baru sadar jika gadis itu memang begitu manis. Gadis itu memiliki mata yang jernih namun tatapannya tajam yang mampu menghipnotis, bibirnya kecil namun bervolum dengan warna merah alami, Menggemaskan dengan lesung pipinya saat tersenyum, rambut coklatnya yang bergelombang panjang diikatnya setengah dengan pita Cherry, tubuhnya lebih pendek dari Emilia, mungkin sekitar 160 cm sedangkan Emilia sekitar 168 cm.
Saat Anna tengah hampir selesai dengan kegiatan memberikan bimbingannya, dia tak sengaja menemukan dan bertatapan dengan pria-pria yang beberapa hari ini dihindarinya. Dia harus buru-buru menyelesaikan urusannya di taman ini kemudian dia akan langsung segera pergi dari tempat ini.
Saat Anna tengah fokus dan buru-buru menyusun peralatan dan kertas-kertas para juniornya tadi, tiba-tiba dia mencium aroma yang begitu dikenalnya saat pertama kali dia bertemu seseorang. Harum ini yang membuatnya tenggelam dalam bayang-bayang, ini harum Amber, Woody, dan Musk.
"Hai, gadis kebun. Kita bertemu lagi" seseorang telah berbisik di sampingnya. Jarak mereka terlalu dekat, napasnya menyentuh ceruk leher Anna yang membuatnya meremang dengan sensasinya.
Sejenak Anna menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Mencoba untuk menghilangkan reaksi yang berdesir di dirinya. Satu, dua, tiga, Anna menoleh ke samping tempat Sean. Pria itu tadi tidak mundur dari tempatnya, sehingga saat Anna menoleh, wajah mereka begitu dekat "Aku punya nama oke. namaku Annastasya Alle Kane. Bukan gadis kebun"
"Oke, Anna. Namaku Sean James Evans, kau pasti sudah tahu dari temanmu kan" seringai Sean yang tidak luntur dari bibirnya.
"Sudahlah, aku sedang ada urusan. Aku harus pergi. Selamat ting-" saat Anna ingin beranjak dari tempatnya tiba-tiba saja Sean merangkul Anna untuk duduk kembali dan merapat kepadanya. Tentu itu membuat Anna jadi salah tingkah, dia mencoba untuk tetap tenang meskipun sudah berperang mati-matian terhadap pesona Sean.
"Tidak, kau sedang tidak ada urusan. Aku yakin setelah ini kau akan kembali pulang kerumah."
"Ter ... hmm, terserah padaku, aku sedang ada urusan atau tidak," suara Anna tercekat dan berdehem untuk menetralkan kegugupannya kemudian dia mencoba menyingkirkan tangan Sean yang ada di bahunya"sudahlah sana menyingkir, kau membuatku-"
"Berdebar" tegas Sean, justru dia semakin mengeratkan rangkulannya pada Anna. Hal itu membuat Anna tercekat dan menatap mata Sean. Mereka saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat seperti sedang menyelami diri lawannya masing-masing melalui mata mereka.
Setelah beberapa detik, wajah Sean semakin lama semakin dekat ke wajah Anna hendak mencium. Bahkan hidung mereka sudah saling bersentuhan. Anna sempat memejamkan mata sejenak karena terhanyut dengan suasana. Namun pikiran Anna segera sadar atas tindakan mereka ini. "Sean ...." cicit Anna pelan.
Sean yang mengerti maksud dari Anna pun kemudian dia sedikit menjauhkan wajahnya dari Anna. Sejujurnya dia juga bingung pada dirinya yang tiba-tiba saja ingin mencium Anna. Matanya benar-benar menghipnotis ku. Begitula pikir Sean.
Sejenak mereka terdiam pada pikiran mereka masing-masing. Anna yang tampak bingung karena Sean yang tiba-tiba ingin menciumnya sedangkan mereka saja baru beberapa kali bertemu membuat Anna malu dan canggung. Sedangkan Sean yang juga tampak bingung dan canggung segera ia memecahkan kecanggungan di antara mereka.
"Ayo, ikut aku ke suatu tempat." Sean langsung berdiri dan menarik tangan Anna menuju parkiran tempat mobil Sean.
"Hey, memangnya kau ingin kemana? Aku kan belum bilang setuju"
"Baru saja kau bilang 'setuju'." Sean tidak menjawab ingin pergi kemana.
Mata Anna benar-benar membelalak lebar hampir keluar dari tempatnya ketika melihat mobil yang akan di depannya. Dia memang tidak tahu jenis-jenis mobil, yang dia tahu hanya mobil yang di depannya ini keren dan berbeda bentuknya dari bentuk mobil pada umumnya dan pasti itu sangat mahal.
"Kita naik ini?" Tanya Anna ragu.
"Hmm. Masuklah."
"Aku tidak yakin." Ucap Anna pelan.
Sean pum melihat wajah Anna yang benar tampak ragu memandang mobilnya "memangnya kenapa?"
"Aku takut mengotorinya." Jawab Anna begitu polos sambil memandang Sean.
Sean berpikir Anna tidak suka dengan mobilnya karena mungkin Anna sudah terlalu biasa dengan mobil ini. Tapi dia salah. "Kalau begitu kau bisa mengenakan jas labmu dan cuci sepatumu dulu."
"Baiklah." Anna hendak membuka tasnya hendak mengambil jas labnya.
"Hei, aku hanya bercanda! Cepatlah masuk." Sean terkekeh dengan perlakuan Anna yang kelewat polos.
"Memangnya kita ingin ke mana?"
"Nanti kau akan tahu."
-----------------°°°----------------
Jika ada kesalahan dalam penulisan harap friend-friend berikan saran dan kritik yupps yuppss😽🤭😆 tapi kritiknya jangan pedes pedes😽😽lope lope❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE : Sean & Anna
Romance~Sean James Evans Terjebak pada hal yang tidak pasti. Kesalahan dalam pelarian berujung penyesalan. Andai bisa ku ubah dunia dalam semalam, tidak akan pernah lepas pelukan ku pada mu. ~Annastasya Alle Kane Kebutaan dalam cinta. Menyangkal kecacatan...