Sepulang sekolah, temanku Zahra langsung ke rumahku. Yaa.. buat apalagi kalau bukan memelas minta dibuatkan puisi olehku. Sejujurnya aku agak malas hari itu, namun aku segera merubah moodku agar baik kembali, dengan begitu aku bisa membuat puisi. "Aha.. aku punya ide" dalam batinku. Aku berniat mengerjai temanku dengan membuat puisi alay seperti di film-film konyol. Aku berniat menyuruh temanku untuk membeli sebuah snack lalu aku membuat puisi menggunakan majas asosiasi.
Keesokan harinya, aku datang terlambat lagi padahal hari itu aku harus piket kelas. Aku kena hukuman denda dan harus membersihkan ruang kelas setelah jam pelajaran berakhir.
Bel pulang sekolah berbunyi, sebagian masih ada yang di kelas untuk bimbingan belajar, sebagian lagi ada yang ekskul. Waktu itu temanku Zahra menagih janjiku untuk membuat puisi. Setelah itu aku langsung memberikan selembar kertas yang telah dilinting manis bersama dengan sebuah snack coklat kepadanya. Namun, tidak sampai di situ, temanku meminta bantuan untuk menaruh puisi tadi ke dalam tas Ibrah. Dengan spontan aku menolaknya. Namun, temanku terus memohon kepadaku, ya sudah dengan terpaksa aku mengiyakan permintaannya.
Sewaktu penghuni kelas beristirahat sebelum emlakukan aktivitas selanjutnya sepulang sekolah, aku dengan langkah santai sambil menenteng sapu segera menaruh puisi tadi di tasnya Ibrah. Setelah itu aku berbalik badan, dan.. brakk. "Aduh.. mati aku" dalam benakku. Ya, ternyata Ibrah ada di belakangku sambil melayangkan pandangan sinisnya. Aku segera pergi keluar kelas meninggalkan Ibrah dengan wajahnya yang kebingungan tapi tetap cuek.
Sepulang sekolah, aku berjalan dengan temanku Zahra melewati lapangan futsal, dan tiba-tiba Ibrah memanggilku. Aku sangat kaget, karena sebelumnya Ibrah yang sangat cuek ke siapapun, tiba-tiba menyapaku. "Lain kali kalo piket yang bersih, nanti suamimu kumis.an lo" kata Ibrah dengan nada dinginnya. Aish... aku lupa kalau tadi belum sampai selesai piket sudah berlari keluar kelas, ya apalagi kalau bukan karena kepergok Ibrah di bangkunya. Lalu temanku Zahra dengan kebingungannya bertanya kepadaku "Apakah semuanya lancar?" "ya, semuanya lancar Zah" jawabku dengan muka tegang. Setelah itu aku mendengar teman-teman Ibrah tertawa terbahak-bahak, aku dengan spontan berkata "mati aku! Aduh matiiii" lalu temanku bertanya lagi "mati kenapa??? Kamu kok ngga jelas" lalu dengan cepat aku jawab "ngga kok, aku cuma lupa belum ngerjain tugas, yaudah yuk kita cepet pulang" dan temanku hanya mengiyakanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY Part I
Teen FictionKisah cinta saat remaja memang sangat menyenangkan. Tapi, bagaimana jadinya jika dalam kisah itu seringkali kita menangis terluka atas perasaan yang harusnya indah??