prologue

20 0 0
                                    

MENDUNG ungkap seorang gadis desa berambut panjang.
     Seorang gadis desa yang anggun, tinggi, putih, cantik dan mempesona. Dengan rambut panjang yang menjuntai kebawah, hingga dibawah pantatnya.
Gadis itu berdiri mengamati langit yang gelap seakan meneteskan air matanya. Dengan matanya yang sipit, gadis itu mulai mengamati setiap tetes air yang jatuh membasahi tanah. Angin yang kencang membuat rambut panjangnya terbang ke segala arah.
Udaranya sangat segar, gadis itu menghirup udara didekatnya dalam-dalam. Hatinya terasa tenang, damai.
     Suasananya masih sangat asri pedesaan yang membuat hujan terasa jauh lebih indah. Walaupun di kota hujan, pastilah Suasananya sudah berbeda.
     Langit yang sedang menunjukkan kesedihannya. Hitam tak berwarna, gelap tak bercahaya, hanya ada beberapa gumpalan awan hitam yang menambah kesan suram. Itulah cara langit menunjukkan kesedihannya. Sepertnya dia sedang tidak bersahabat. Bahkan saat menurunkan hujan, langit temani hujan dengan petir. Dentuman-dentuman petir yang sangat keras, menakutkan dan dan dapat merusak gendang telinga.
Air hujan yang turun setiap tetesnya seakan berlomba-lomba untuk cepat jatuh ke bumi. Setiap tetesnya menimbulkan aroma tak sedap saat menghantam tanah. Orang disini kerap menyebutnya bau "Ampo" atau bau yang ditimbulkan ketika tanah terkena air. Tetapi udara yang dihasilkan sangat segar dan dapat me-refresh otak menjadi lebih jernih.
     Hujan yang membawa kesegaran ini ternyata menghalangi langkah kaki gadis cantik itu. Terlihat gadis itu menggenggam payung cantik berwarna merah muda.
     Suasana hujan terasa sunyi, sepi. Tidak ada orang keluar rumah, Yang terlihat hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi mulai bergoyang mengikuti hembusan angin yang menerpanya.
     Ini adalah desa kecil yang terletak di kota kecil yang kerap di juluki kota bawang merah. Kota kecil yang berada di ujung sebelah barat provinsi Jawa tengah. Pedesaan yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa barat. ya tepat sekali.. ini adalah kota Brebes. Kota yang terkenal dengan telur asinnya dan hasil panen bawang merah dengan kualitas tinggi. Tapi masih banyak orang yang tidak tahu tentang kota ini.
     Gadis cantik itu salah satu gadis keturunan desa ini.
Jauh dari perkotaan membuat orang-orang di desa hidup dengan kesederhanaan. Kalaupun harus ke kota harus menempuh waktu yang berjam-jam. Sebagian orang disini bergantung hidup pada alam. banyak yang bertani dan menjadi nelayan. Disepanjang jalan Pantura, dekat kali pamali, sampai alun-alun kota berjejer orang berjualan telur asin dan bawang merah yang menjadi ciri khas.

Dari arah kanan samping jalan tampak dua wanita mengenakan payung berjalan ke arah tempat gadis berambut panjang itu berdiri. Tak lama disusul pemuda berambut cepak dan berhidung mancung.
Dua gadis itu adalah teman dari gadis berambut panjang. Mereka biasanya kerap menjual hasil panen bawang merahnya di sekitar alun-alun atau di sekitar islamic-center. Karena jarak alun-alun dengan rumah cukup jauh, biasanya mereka mengenakan bus yang disupiri oleh tetangga untuk mendapatkan tumpangan gratis.tetapi itu sangat menyulitkan. Karena mereka harus bangun pagi, bahkan sebelum ayam berkokok. Apalagi harus menembus dinginnya pagi ketika air mengguyur badan. Dinginnya bisa sampai menusuk tulang.
     Karena hari itu hujan cukup deras dan menggagalkan rencana mereka, gadis itu menaruh payungnya kembali dan menyuruh temannya untuk masuk dan singgah. Bodohnya pemuda berambut cepak itu datang dengan badan basah kuyup. Tangan kirinya memegang payung. Semua orang menatapnya dengan terheran-heran. Sebodoh itukah dia? Tanpa pikir panjang gadis berambut panjang itu masuk dan meninggalkan temannya untuk mengambilkan baju kakeknya yang tidak terpakai.
Pemuda itu tanpa sepatah kata langsung melepaskan bajunya di depan para gadis. Sontak semua terbengong, dengan bola mata membulat dan semua mata tertuju pada satu titik. Dibenak gadis cantik berambut panjang itu di depannya sedang ada pemuda tampan dengan bentuk tubuh yang terlihat suka berolahraga. Sangat menggugah mata para wanita. Pantas saja dia di kagumi semua gadis di desa ini.
Wajah gadis cantik itu membuat pemuda berambut cepak itu makin merona. gadis itu tersenyum manis hingga membuat jantungnya berdetak tidak karuan dan gugup.

Ada rasa di setiap hati para insan. Makanya tidak ada yang salah jika rasanya tidak terbalaskan. Terkadang rasa sayang terbalaskan hanya sebatas antar sahabat.

Perasaan tak harus terucap. Bukankah cinta dapat dirasakan oleh perlakuan? Jadi jangan menjadi bodoh dan bertanya seseorang cinta atau tidak? lihatlah dari tingkah lakunya!

Janganlah jadi bodoh!! melihat dari mata saja kau tak mengerti?
*Payah*

~Winda Agustina~

JAWOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang