Chapter 3: Asking

3K 281 5
                                    














.

Happy reading!


.

Toneri baru saja ingin berbalik ketika matanya tak sengaja melihat Hinata yang sedang berdiri di depan pintu locker. Sudah sekitar setengah jam ketika bel pulang berbunyi dan gadis itu masih ada di sekolah. Seingatnya, Hinata tidak memiliki jadwal piket atau kegiatan klub hari ini.

Setelah berpikir sejenak, Toneri kembali memutar arah dan menghampiri gadis itu. "Ku pikir kau sudah pulang,"

Hinata tampak terlonjak dan langsung menoleh dengan ekspresi kaget. "Astaga... kau mengagetkanku, Toneri–kun!"

Toneri terkekeh pelan. "Maaf," ia melangkah lebih dekat pada gadis itu. "Apa yang sedang kau lakukan, Hinata?"

Hinata sedikit mendongak setelah menutup pintu locker dan menguncinya. "Aku mengambil beberapa barang yang tertinggal di locker." Katanya sambil tersenyum malu.

Toneri mengangguk. "Kau tidak bersama dengan Ino?"

"Ino–chan ada kegiatan klub hari ini." Lalu matanya menangkap seragam lusuh pemuda itu. "Toneri–kunsendiri, kenapa belum pulang?"

Bahu Toneri terangkat. "Anak-anak dari klub basket meminta bantuanku tadi." Berbicara tentang basket, ia jadi teringat dengan seseorang—juga kabar yang begitu cepat menyebar di sekolah hari ini. "Oh ya, ku dengar Sasuke masuk rumah sakit,"

Hinata mengangguk dan meringis pelan. "Sedikit kecelakaan dan kakinya retak,"

"Begitukah?" Toneri tahu Sasuke tidak mungkin dengan ceroboh melukai dirinya sendiri.

Hinata mengangkat kepala dan tersenyum hambar ke arah Toneri. "Sebenarnya ia mencoba menyelamatkanku saat aku hampir jatuh dari tangga," Hinata kembali menghela napas pelan, seolah-olah beban dan rasa bersalah itu terus hinggap di pundaknya. "Bagaimana pun juga, ini semua karena kecerobohanku. Tapi... Sasuke–kun yang harus menanggung akibatnya."

Toneri tak menyahut dan membiarkan Hinata terlarut dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya ia cukup kaget ketika mendengar pernyataan Hinata yang mengatakan bahwa Sasuke mengorbankan dirinya demi gadis itu. Rupanya, diam-diam mereka menyimpan perhatian yang besar terhadap satu sama lain. Raut kekhawatiran yang begitu kentara di wajah Hinata, juga tak bisa begitu saja ia abaikan.

Hinata tiba-tiba kembali mendongak dan tersenyum lembut. "Kebetulan sekali, besok aku akan menjenguk Sasuke–kun. Apa Toneri–kun mau ikut?"

Toneri cepat-cepat menggeleng. "Sampaikan saja salamku padanya." Sepertinya gadis itu belum cukup mengerti tentang bahayanya seorang Sasuke di saat sedang cemburu. Toneri bukannya takut, ia hanya tidak ingin Hinata menjadi korban atas kesalahpahaman yang akan terjadi nanti.

Hinata mengangguk paham.

Toneri kembali tersenyum sebelum menempatkan tangannya di atas kepala gadis itu dan mengacak rambutnya pelan. "Sudah, jangan bersedih." Katanya berusaha menenangkan. "Itu tidak ada apa-apanya bagi lelaki seperti Sasuke. Jadi jangan terlalu dipikirkan, ne?"

The Taste of CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang