Bagian 3

21 4 0
                                    

Kelas XII IPA 1 (kelas Barsha)

"Gila!! Woy! Barsha anak Marsha lo kok bisa bareng Alvaro handsome, satu sekolahan pada gempar gila gila!" Cerocos Sella Alay, membuat Rain--sahabat Barsha menggeram sebal.

"Gila gila lo tu Orang Gila!" Sahut Rain menatap Sella sebal.

"Eh udah dong diem napa alay banget." Ujar Barsha menghentikan kedua sahabatnya.

"Dasar kudet, yang boncengin lo tadi Barsha manis." Ucap Sella.

Barsha menatap Sella kesal.

Sella hanya nyengir menunjukan deretan gigi putihnya. Sedangkan Rain memutar bola matanya malas.

"Alvaro itu anak Sahabat bunda gue, jadi ya gitu lah," Ucapnya malas, Barsha memang malas jika harus menjelaskan yang menurutnya rumit.

"Wihh enak dong!" Ucap Sella berbinar.

"Enak emang makanan, makan tuh Si Alvaro biar kenyang." Celetuk Rain mengejek Sella yang kelewat heboh.

"Eh Rain yang nggak suka ujan, kok lo sensi banget sih sama gue, gue jodohin sama si Ijan mampus Lo." Ucapan Sella membuat si Ijan teman sekelas Barsha yang terkenal culun dan berkulit sawo matang itu menoleh ke arahnya.

"Ada apa Sell kok panggil aku?" Tanya Ijan.

"Nih Rain suka sama lo dari kelas sepuluh," tuduh Sella, seraya melirik Rain yang mendelik kaget.

Ijan menatap Rain berbinar, ia sangat senang karena cintanya terbalaskan. Semenjak sekelas sama Rain (awal kelas 12) Ijan mulai jatuh cinta dengannya.

"Eh boong dia, gue mah udah punya Shawn  Mandes!"

"Halu banget sih, keripik pasar kayak lo emang ada yang naksir?" Ujar Sella menahan tawanya entah mengapa.

Rain menatap Sella tajam.

"Sell, Barsha kemana? Kok nggak ada." Tanya Rain melihat sekelilingnya, karena sedari tadi tidak mendengar suara Barsha.

Sella mengangguk dan menatap Rain kesal dan berkata "Lo si bacot mulu, marahkan dia." Seru Sella.

***

Barsha kini sedang berada di taman belakang sekolah, ia sedang menikmati semilir angin pagi.

"Barsha?" Tanya seseorang yang suaranya familiar bagi Barsha.

"Alvaro? Ngapain di sini?" Tanya Barsha.

"Gue nggak sengaja liat lo, makanya gue kesini." Ucap Alvaro dingin.

Ucapan Alvaro berhasil membuat jantung Barsha lagi lagi berdetak kencang.

"Apaan sih lo," Ujar Barsha malu.

Alvaro terkekeh melihat Barsha yang salting. "Kemarin kenapa nangis?" Tanya Alvaro seraya duduk di samping Barsha, membuat Barsha mencium aroma tubuh Alvaro.

"Kangen ayah..." Lirih Barsha,

Barsha menjadi mengingat memori saat bermain dengan ayahnya dan yang membuatnya sakit yang teramat membekas adalah ketika ia melihat wajah ayahnya yang di lumuri darah karena kecelakaan.

Air mata Barsha keluar tanpa ia sadari, ia masih rindu dengan ayahnya yang seminggu lalu meninggalkan bundanya dan dia.

Alvaro menangkupkan wajah cantik Barsha yang di basahi air mata dengan kedua tangannya, lalu menghapus air mata Barsha dengan ibu jarinya.

"Udah nggak usah nangis sha, gue slalu ada buat lo." Ucap Alvaro lalu merengkuh tubuh mungil Barsha.

Barsha semakin menangis dan memeluk Alvaro dengan erat,

"Lo nggak boleh sedih, kalo lo sedih mulu ayah lo di sana pasti ikut sedih, lo harus selalu semangat walau nggak ada ayah lo, gue ada di sini."

"Makasih... monyet," bisik Barsha.

Seketika Alvaro mendelik dan melepaskan pelukannya.

"Sialan lo." Sahut Alvaro menatap Barsha dingin.

"Sorry." Barsha terkekeh dan menunjukan gigi putihnya.

Cantik 'batin Alvaro.

🙌✨

AlshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang