Kisah ini bukan kisah yang menarik, tapi layak untuk dibaca ketika rinduku semakin mencarik.
Manusia hutan sebutan untuk dia di Dramaga, dan Manusia goa sebutan untuk aku di Tamalanrea. Kenapa demikian ? sudahlah, menurutku ini lelucon kami di setiap jurusan.
---------------------
Sebelumnya, akan ku mulai cerita ini dengan keluarga kecil beranggotakan dua puluh enam orang gila, termasuk aku didalamnya, juga awal dari pertemuan ku dan manusia hutan. Kutambahkan sedikit cerita indah masa-masa akhir ku di SMA, tentunya cerita bersama manusia hutan itu.
Terik matahari siang berubah mendung saat ekskul ini akan mempromosikan dirinya, seperti kedatangan para Dementor di film Harry Potter. Ketika para Dementor datang, semua menjadi gelap, mendung, dingin, dan mencekam, cocok sekali dengan keadaan siang itu.
"Yang mau naik gunung, panjat tebing, dan kegiatan seru yang lain, gua tunggu lu semua di GEMPA!" teriak seorang berseragam hitam dengan slayer biru di badannya. Kala itu, masa-masa awal SMA ku sangatlah pahit, pahit sekali ketika semua orang di sekitarku menjadi asing, teman dekat ku, asmara ku, bahkan keluarga ku, hancur kala awal SMA itu.
Seiring berjalannya waktu, ketika semua kepahitan itu selesai dimakan waktu, aku bertemu dengan dua puluh lima orang-orang gila, bertemu dalam wadah ekstrakulikuler bernama Gempa. Orang-orang ini benar gila, mereka selalu menganggap bahwa kita ini keluarga, padahal orang tua pun berbeda, bahkan sedarah pun tidak! Mereka menganggap kita semua keluarga, dan gilanya lagi, aku benar-benar merasakan kehangatan sebuah keluarga ketika bersama mereka, Gila !
Tiga tahun berlalu, rasa kekeluargaan ini semakin erat. Bahkan sampai detik ini, masih kurasakan hangatnya keluarga itu. Kami sebut keluarga ini adalah keluarga ayam, kenapa ? karna keluarga kami cemen, seperti umpatan orang-orang Bekasi ketika melihat orang cemen. Diberikan oleh senior ketika mengumpat, dan umpatan itu kami simpan sebagai lelucon belaka. Di keluarga kecil ini lah, aku banyak belajar dari mereka.
Mereka seperti Matahari dikala pagi, yang mengubah gelap menjadi terang kembali.
Orang-orang ini selalu berusaha untuk menerangi gelapnya hari-hari ku, ataupun sebaliknya, aku yang harus bisa menerangi mereka saat gelap mulai datang kepadanya.
Sampai saat ini, cahaya dari matahari itu tetap bersinar, walau jarak ku dengan mereka jauh tak bernalar.
Dari dua puluh lima orang gila ini, aku bertemu sesosok gadis kecil. Kami berdua selalu bertukar cerita, cerita tentang kisah asmara kita masing-masing, yang belum lama kandas. Setelah berdiskusi lama tentang kisah asmara kita, aku sepakat dengannya, bahwa kami berdua sama-sama merasakan sakitnya putus cinta.
Maka kala itu tercetus omongan entah dari aku atau dia
"Gua jadi males pacaran, mendingan kaya gini aja ya, pacaran engga, tapi sangking deketnya kita, malah kaya orang pacaran,padahal engga, kaya trauma aja buat mulai hubungan lagi" yang aku ingat, omongan ini keluar dari mulutku, tapi aku juga ingat, bahwa gadis kecil itu pernah berbicara sedemikian rupa kepada ku.Namun, siapakah gadis kecil yang ku maksud ini ? yap! dia adalah manusia hutan itu, mahasiswi yang tinggal di Dramaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DRAMAGA DAN TAMALANREA
No FicciónAntara Dramaga dan Tamalanrea, ada kisah seorang mahasiswa yang terjebak dalam dunia asmara. Keduanya pernah satu almamater saat SMA, disaat itu juga, awal cerita dimulai dengan penuh rasa. Antara Dramaga dan Tamalanrea, ada rindu yang terbentang da...