DUA

60 19 36
                                    

Semua orang mulai berkerumun penasaran ingin melihat apa yang ditemukan oleh Indah. Lalu, Renal mencoba membantu Indah untuk melihat apa yang terjadi pada korban.

Namun, rasa mualnya tak bisa tertahan. Begitu ia melihat mayat, ia sudah merasa bahwa ia bisa mengeluarkan seluruh isi perutnya.

"Aku gak kuat Dah. Kita panggil mereka lagi aja," ucap Renal sambil tetap berusaha menahan rasa mualnya.

Ia bergegas merogoh ponsel dari sakunya. Menelpon seseorang, yang tak lain adalah anggota dari Unit Investigasi Khusus sendiri.

Seorang mayat perempuan berambut ikal panjang, ditemukan dalam keadaan kepala yang bersimbah darah.

"Kayanya ini..."

Awalnya Indah merasa tak yakin, namun ia kembali mencari sesuatu yang tadi ia lewatkan. Tak butuh waktu yang lama, ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah benda yang mengeluarkan silauan cahaya ketika matahari menyinarinya.

Ia menyingkirkan rumput yang menghalaunya, tapi, betapa terkejutnya ia dengan apa yang dilihatnya.
Sebuah Palu yang ia lihat bersimbah darah. Bukan bercakan darah yang membuat ia terkejut, tetapi, benda yang ia lihat 7 tahun yang lalu kini ada di depannya.

Indah merasa melemas, Ia berusaha menghela nafas panjang mencoba untuk tenang.

Ia tak langsung memegangnya, karena ia tahu bagaimana cara menjaga barang bukti untuk kepentingan penyelidikan.

Namun, rasa penasarannya tak terbendung, sesekali tangannya mendekat ke arah benda berwujud palu itu. Namun tak disangka, Renal yang datang tak sengaja menabrak Indah membuat tangannya dengan refleks memegang benda tersebut. Tak butuh respon yang lama, Indah kembali meneriaki partner nya itu.

"Renal! Ngapain sih kamu? Gara-gara kamu jadi..."

"Indah, itu kan barang bukti. Kenapa kamu pegang Dah?"

Indah sudah merasa tak tahan dengan tingkah aneh rekannya itu. Dengan kuat ia hanya bisa menendang pelan kaki Renal yang membuat amarahnya meluap tak terkendali.

"Nal, ini gara-gara kamu tau gak?"

Renal hanya terdiam, menunduk merasa bersalah dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Pokoknya kamu jaga TKP, sampe tim investigasi sama tim forensik dateng, oke?"

Renal mengambil posisi hormat, pertanda bahwa ia siap untuk menerima perintah dari juniornya itu. Karena ia merasa, sampai kapanpun ia tak pantas untuk disebut senior, ya mungkin karena ia merasa kemampuannya jauh dari rata-rata, namun semangat dan kebaikan hatinya membuat Indah terus merasa nyaman bermitra dengannya.

Tak membutuhkan waktu lama, Unit Investigasi datang kembali. Masih dengan gaya yang sama, mereka keluar dengan mobil berlagak ciri khas mereka masing-masing. Sang kapten dengan kacamata hitam dan dua tangannya di dalam saku, Sang Opsir muda Iin dengan menjinjing tas kecil detective nya, Opsir Leeona dengan sapaan bungkuknya, Opsir Teres dengan tusuk gigi yang selalu ia kunyah di sisi kanan mulutnya, Opsir Samar dengan jaket yang ia taruh di punggungnya serta Opsir Linda yang bergaya selalu ingin dipandang kurus oleh orang lain. Mereka adalah tim kepolisian paling terkenal se-kota Lebak, dengan presentase keberhasilan yang cukup memuaskan untuk menangkap para penjahat. Namun, nyatanya mereka hanya berhasil menangkap para sindikat narkoba dan pencurian biasa. Mereka hanya terkenal karena ke-eksisannya untuk dapat tampil di layar televisi.

Indah memberi hormat untuk kedua kalinya dan melapor tentang apa yang Ia dan Renal temukan di belakang rumah Kakek Dika.

"Lapor, telah terjadi penemuan mayat seorang gadis yang berumur sekitar 19 tahunan, diduga kematian karena cidera-,"

TITIK (Thriller in Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang