(8)

443 39 3
                                    

"Pa bukain pintunya saya mau masuk"ucapku memohon kepada satpam sekolah.

Hari ini aku bangun terlambat karena semalam hampir tidak bisa tidur sama sekali dan alhasil karena bangun telat aku harus menempuh perjalanan dari rumah menuju sekolah dengan menggunakan angkutan umum.

"Gabisa, kamu telat 10 menit" ucap satpam yang berada dihadapanku ini. Aku terus memohon kepadanya, siapa tau saja hatinya luluh. Namun sial, saat tengah memohon kepada satpam seorang laki-laki bernama kim doyoung lewat dihadapanku dan menghampiri.

"Ngapain lo, telat?" Ucapnya sembari kedua tangannya ia lipat di depan dada.

Aku memutar bola mataku malas, jikalau ketahuan dengan oknum dihadapanku ini tentu saja hukuman akan berjalan walaupum status kami adalah sepupu. "Iya" ucapku pasrah.

Ia menyuruh satpam tadi untuk membukakan pintu dan menyeret tasku untuk menuju ke lapangan. "Karena lu telat jadi lari lapangan sepuluh kali" katanya yang sontak membuatku melebarkan mata.

"Gila lo kak mau bikin gue meninggal" ia memutar bola matanya malas karena mendengar ucapanku "lebay lo" katanya singkat namun menusuk.

"Gausah dihukum bisa ga. Nanti pas jam istirahat gue traktir makanan dikantin deh sepuaslo" bukan kim doyoung namanya jika menerima tawaran yang berupa sogokan seperti ini dan bodohnya aku malah menawarkannya.

"Ngga. Lo mau nyogok gue? Gue aduin bapak lo mau?" Aku menggeleng "yaudah makanya sana lari sepuluh kali. Noh ada temennya" aku sontak melihat ke arah pandangan ka doyoung dan menangkap sosok jeno disana.

Jeno menghampiri kami "lo lari lapangan 10 kali barengan nih sama curut satu. Gua pantau sekarang. Cepetan" katanya dengan penuh penekanan.

Aku dan jeno sontak melempar tas kami ke sembaranģ arah dan mulai menjalankan perintah kak doyoung.

Singkat waktu setelah kami selesai berlari, kami beristirahat ditepi lapangan. Untung saja kak doyoung sudah masuk ke dalam kelas. "Mau bolos lagi?" Tanya jeno yang ku balas dengan gelengan "ngga jen, gue mau ke kelas. Sekarang pelajaran kimia, gurunya killer" kataku yang dibarengi dengan tawa.

Jeno tersenyum dan mengangguk "yaudah gih sana" aku menautkan dahi "lo ga kelas?" Tanyaku "kelas dong" mendengar itu akhirnya aku berpamitan dengannya dan berlari menuju kelas.

Sejujurnya tadi aku berbohong pada jeno karena hari ini sebenarnya tidak ada pelajaran kimia. Dan kebetulan tadi sebelum dihukum oleh kak doyoung aku mengecek handphone dan guru yang mengisi kelasku hari ini sedang tidak masuk.

Aku berjalan memasuki kelas, haechan yang sadar dengan keberadaanku menengok "kesiangan?" Tanyanya yang kubalas dengan anggukan. "Ko bisa?" Aku menyengir "semalem gabisa tidur sama sekali. Eh ketiduran pas udah mau jam-jam pagi"

"Udah makan belum?" Tanyanya yang ku balas dengan gelengan "belum, ga sempet tadi. Boro-boro makan, aku aja tadi ga mandi" haechan yang mendengar itu terkejud "yaudah sana mandi di toilet" mendengar itu aku menengok cepat "heh, gila kamu"

Haechan menautkan dahinya "gila? Ngga lah. Kalo aku suru kamu mandi di toilet laki-laki baru aku gila" aku terdiam dan kemudian berjalan menuju keluar kelas.

"Mau kemana?" Langkah kakiku terhenti dan menengok ke arahnya "mandi" jawabku bohong.

Tidak, aku tidak mandi disekolah. Hari ini memang moodku sedikit berantakan karena dihukum tadi dan perkataan haechan membuatku semakin tidak mood dengan apa-apa.

Aku berjalan menuju kantin untuk memesan makanan. Mungkin dengan makan moodku akan kembali. Dengan segelas jus alpukat dan semangkuk bakso aku mengisi perutku.

"Hai" sapa seseorang yang hampir membuatku tersedak. Kalian tau dia siapa?

Lee felix.

Ya, orang itu felix.

Ntah angin ala yang sedang menerpanya, riba-tiba ia menghampiriku dan duduk di hadapanku.

"Udah lama ya ga begini" aku mengangguk, felix tersenyum ke arahku.

Demi tuhan dia kenapa.

"L-lo"

"Gausa dibahas. Baikan yuk" mataku terbelalak mendengar kalimatnya itu.

"Hah?"

Felix menyengir "baikan, aku cape pura-pura marah sama kamu. Aku cape pura-pura benci sama kamu. Padahal hati aku masih dikamu" aku tersedak minumanku.

Tuhan, dia kenapa.

Sumpa, aku tak tau. Rasanya seperti darah naik ke atas kepala semua. Aku tidak tau kenapa dia mengatakan hal seperti itu.

Ku ulurkan tanganku ke dahinya "sehat kan?"

Ia tertawa mendengarnya "menurut kamu?"

Tunggu, dia menggunakan kata 'kamu' dan 'aku'. Heyy ini benar-benar aneh.

Ku sandarkan punggungku pada kursi "iya kita baikan. Tetep jadi temen gue yang kaya dulu lagi ya"

Felix menautkan alisnya "teman?" Tanyanya yang ku balas anggukan.

Ia tersenyum kecut "kita musuhan lama banget ya sampe kamu lupa"

Kalimat ambigu itu membuatku bingung.

"Maksudnya?" Tanyaku. "Aku pengen kamu jadi pacar aku lagi. Kaya dulu lagi. Tapi kalo kamu sekarang mau anggep aku temen kamu juga aku gamasalah kok"

"Maaf" ia mengangguk seolah mengatakan 'its ok'

Mataku menatap sosok seorang lee haechan dengan nampan makanannya dari arah jauh. Dari jauh ku lihat haechan berjalan menghampiriku dan felix.

"Boleh gabung?" Tanya haechan yang dibalas anggukan sama felix.

Felix bangkit dari tempat duduknya dan menepuk pundak haechan "jagain ya bro, gue titip dia sama lo"

Ku lihat wajah haechan berubah kebingungan. Ia menatap ke arahku "dia kenapa?"tanyanya.

Aku mengangkat bahuku "gatau"

"Ga diapa-apain kan?" Aku menggeleng.

"Terus itu dia ngapain?"

"Minta maaf"

"HAH!!" teriakan haechan itu sukses membuat kami menjadi sorotan di kantin. Semua mata tertuju pada kami karena teriaknya yang besar itu.

"Sutt, nanti aku jelasin. Mending kamu makan dulu"

"Oke nanti malem kita jalan" ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Oke-oke"

Different time ~lee haechan. indo [REVISI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang