Bau amis menyeruak. Menusuk hingga ke hidung. Perutku terasa mual, melilit tak tertahan. Sebisa mungkin aku menutup hidung dengan tangan, karena tidak ada masker yang bisa aku pakai untuk menutup indera penciuman. Mataku tak hentinya menatap tubuh tak berkepala di atas kloset.
Sudah hampir 30 menit kami di sini, menatap sosok mayat yang dipastikan bekerja di restoran ini. Hanya saja, belum diketahui, siapa korban mengenaskan ini. Kepalanya masih belum ditemukan keberadaanya.
Sejujurnya aku ingin muntah. Tak sanggup melihat darah berceceran di toilet ini. Berbaur dengan genangan air di beberapa tempat, termasuk di sudut toilet. Darah itu tampak begitu kontras dengan lantai keramik berwarna putih. Namun rasa penasaran, menahan kakiku untuk tetap ada di sini, menyaksikan kematian yang teramat tragis.
Sejurus kemudian, seorang pria yang sudah lama kukenal, berlari terengah menuju toilet tempat kami-beberapa karyawan restoran-tengah mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bulir keringat membasahi kening, hingga ke tubuhnya. Pakaiannya basah oleh keringat. Kuduga, itu bukan keringat karena ia berlari, melainkan ia merasa takut, keringat dingin. Wajahnya pucat, pun ia berdiri gemetar.
"Ak-aku melihat kepala di toilet pria," katanya panik.
Tiada yang menyangka, orang bertubuh kekar, wajah cukup sangar, bisa pucat karena ketakutan saat melihat kepala manusia di toilet. Ya, memang, takut bukan hal yang bisa dilekatkan pada orang bertubuh kecil. Aku menghela napas lega, setidaknya, sedikit misteri sudah terungkap. Tinggal mencari, siapa yang meninggal, dan siapa pelakunya.
Manager restoran, Pak Renaldo, yang juga ada bersama kami, segera berlari menuju toilet pria. Tak mau dihantui rasa penasaran, aku pun ikut serta ke toilet pria. Demikian juga beberapa karyawan yang merasa dirinya cukup berani untuk melihat sesuatu yang mengerikan itu. Menurutku, kepala tanpa tubuh itu jauh lebih menyeramkan, dibanding tubuh bersimbah darah yang baru saja aku lihat.
Perjalanan menuju toilet, aku membayangkan matanya melotot tajam, menatap semua orang yang datang untuk melihatnya. Seolah-olah ia menaruh dendam, atas ketidak tahuan kami bahwa ia telah tiada. Benar saja, setibanya di pintu toilet, kepala seorang perempuan tergeletak di lantai keramik kamar mandi. Menatap tajam ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A CHEF NOT A KILLER(Terbit Di CABACA)
Misterio / SuspensoLihai bermain pisau, bukan berarti seorang pembunuh! 🤙🤙PLAGIATOR HARAP MENJAUH! HARGAI PERJUANGAN PENULIS AMATIR INI!🤙🤙