ladder nine

93 24 4
                                    

Mereka memang bukan ahlinya, dan mereka juga bukan orang yang memiliki kelainan jiwa yang menyimpang. Mereka bertiga masih mempunyai akal sehat, hanya saja perjanjian yang membuat mereka semua terikat dengan ini.

Bersiap dengan pakaian serba hitam yang tak lupa dengan penutup muka. Mereka tidak akan membocorkan data dirinya kepada orang-orang di depan nya, bahkan bau tubuh mereka pun tidak akan mereka beri tahu.

Menatap dengan rasa aneh, mereka berucap sebelum memulai,

"We begin, just enjoy this torturep"

--------

Berkunjung ke kamar Dinda sebenarnya sudah menjadi kebiasaan Sahila. Terlagi saat Sahila merasa sangat penat akan tugas hari ini. Ia tidak akan langsung ke kamarnya, ia terlebih dahulu berkunjung ke kamar Dinda yang terletak di lantai dua.

Dinda cukup menarik, tak heran Sahila berteman dengan nya. Dinda ceria, mungkin sangat berlebihan cerianya. Memang terlihat seperti perempuan pada umumnya. Yang membedakannya adalah, Dinda sering melakukan sesuatu yang 'Ekstrim' di sekolah.

Tidak berfikir sebelum melakukan sesuatu bahwa itu akan mencelaka 'kan dirinya atau tidak. Berperilaku seperti itu di sekolah yang seperti ini, bukan 'kah ini hal yang gila? Tapi bukan karena hal itu yang membuat Sahila berteman dengan Dinda.

"Sheila belum sekolah juga?" Tanya Dinda sembari memakan bakpao yang diberikan Sahila untuk nya.

Sahila menggeleng, ia masih mempunyai adab untuk tidak berbicara saat makan.

"Lagian ya, itu tuh sangat sangat sangat tidak logic. Gimana cerita coba ada kaki buntung, ih serem" cerocos Dinda disela-sela mengunyahnya.

Lagi-lagi Sahila hanya mengedikan bahunya.

"OH IY-" Ucapan Dinda yang menggema langsung terhenti. Sahila menampar Dinda yang membuat Dinda terdiam. Bukan tamparan kencang, hanya tamparan biasa.

Sahila memberi kode dengan jari telunjuk yang ia tempelkan kebibir dan melirik ke arah bakpao yang sedang Dinda makan. Dinda tersenyum malu dan mengangguk mengerti.

Setelah makan, mata Sahila terus menelusuri mencari jam di kamar Dinda. Ini bukan pertama kali Sahila kemari, tetapi selalu saja jam dinding berpindah tempat. Dan juga, berganti warna atau model.

"Jam lo mana si" kesal Sahila yang tak kunjung melihat jam.

"Kenapa?" Tanya Dinda sembari melirik Sahila yang masih mencari letak jam.

"Kalau kemaleman Sheila curiga" jawab Sahila.

"Sheila belum tau juga kalau lu temenan sama gua ya" ucap Dinda yang Sahila tau mengandung unsur sedih di dalam nya.

"Iya"

"Kenapa ga dikasih tau aja?" Tanya Dinda. Ia berjalan ke arah kolong ranjang nya, mengambil sebuah jam.

"Jam berapa?" Tanya balik Sahila. Ia tak mau menjawab pertanyaan dari Dinda.

Dinda menaruh jam di belakang punggung nya, menggeleng, "Kasih tau Sheila dong, gua juga mau main sama Sheila kali" katanya.

Sahila diam di tempat nya, berusaha berfikir agar bisa mendapat jawaban untuk Dinda.

"Gua balik" ucap Sahila yang memang tidak dapat memikirkan jawaban yang tepat. Ia segera mengambil tas dan memakainya.

"Delapan, jam depalan" jawab Dinda akhrinya.

"Gua pulang ya" pamit Sahila berjalan pelan ke arah pintu yang diikuti Dinda di belakang nya.

"Hati-hati" pesan Dinda.

"Naik tangga nyampe" jawab Sahila tersenyum kecil.

"Habis hujan, tangga pasti licin" balas Dinda ikut tersenyum.

"Eh" kaget Sahila yang segera mendekat 'kan kuping nya kearah pintu.

"Kenapa?" Tanya Dinda bingung.

Sahila hanya memberi petunjuk untuk jangan mengucapkan apa pun dan segera kemari. Dinda ikut melakukan apa yang Sahila lakukan. Mereka berdua fokus dengan indra pendengaran mereka masing-masing untuk dapat mendengar apa yang ada di depan pintu.

"Kayak ada yang mondar mandir gitu ga si?" Tanya Dinda pelan, bahkan hampir seperti berbisik.

Sahila tidak menghirau'kan pertanyaan Dinda, ia masih berusaha memperkirakan sekira nya apa yang ada di depan kamar Dinda.

"Orang kamar sebelah?" Tanya Sahila sembari menegakan tubuhnya.

Dinda menggeleng, tidak mungkin orang kamar sebelah sampai bolak balik bahkan sampai berhenti di depan kamar nya.

"Ya udah, gua pulang" putus Sahila segera membuka pintu.

Sahila melihat keseliling nya, tidak ada manusia atau hewan di depan kamar Dinda, jadi yang tadi itu apa?

"Lain waktu gua bakal kenalin ke Sheila" ucap Sahila sembari memakai sepatu hitam nya.

"Hahaha, ga usah juga ga apa-apa, Sah" balas Dinda.

Setelah memakai sepatu, Sahila langsung berdiri. Tersenyum dan berpamitan kepada Dinda.

Tidak mungkin juga Sahila akan mengenal 'kan Dinda dengan Sheila. Dinda sangat baik dan juga perhatian, sangat cocok untuk Sheila. Tetapi Sahila tetap tidak akan mengenal 'kan. Bagaimana mungkin juga. Dinda kan seorang masokis.

Decitan tangga sangat terdengar jelas di malam ini. Setiap tangga yang dipijak akan berdecit karena hujan sore tadi. Hanya ada tiga belas anak tangga untuk sampai di lantai tiga. Jujur, Sahila sangat menikmati bunyi setiap decitan dari tangga yang ia pijak, makanya ia agak lambat menaiki tangga.

Di tangga ke-9 Sahila mendengar bunyi decitan lagi. Bukan, bukan tangga yang ia pijak. Sahila yakin sekali ada orang yang juga menaiki tangga di bawah nya. Suatu fakta bahwa sedari-tadi spot jantung Sahila tidak beraturan, makanya ia berusaha menikmati suara decitan yang menyelimuti malam ini.

Berusaha melangkah menaiki anak tangga yang hanya empat lagi saja rasanya sulit. Ia melangkah, orang di bawah nya pun ikut melangkah. Sahila berbalik badan, melihat ke bawah untuk memastikan. Di sana, berdiri seseoarang yang tengah melihat dirinya di bawah redup nya lampu. Manusia itu masih berada di tangga lantai dua, Sahila yakin sekali.

Menepi, itu yang Sahila lakukan. Menunggu manusia itu melaluinya terlebih dahulu. Memberi jalan terlebih dahulu, hanya untuk memastikan bahwa itu hanya manusia normal.

Melihat ujung sepatu yang berwarna hitam, itu yang Sahila lakukan selagi menunggu. Tapi tak kunjung lewat juga. Sekali lagi ia mencoba melihat sosok di bawah redup nya cahaya lampu itu.

Sosok itu menunjuk Sahila dengan tangan kanannya. Mengangkat tangan kirinya, mencoba seperti sedang mengiris ditangan kanan nya. Lalu menunjuk dirinya sendiri. Dan mulai tersenyum.

------

See u!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Killer Strike Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang