Assalamualaikum… mau tanya, temen aq kan lg menstruasi.. Klo ngaji ke masjid boleh ngga……..??!
Dari : Bu Tugirah, di Bantul.
Jawaban :
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah, waba’du.
Wanita haid, dalam Islam ada hukum khusus yang berlaku pada mereka. Seperti tidak boleh sholat, tidak boleh puasa dan tidak boleh disetubuhi melalui faraj (kemaluan). Tiga hal ini, para ulama sepakat berlaku pada wanita yang haid.
Ada satu masalah yang diperbincangkan oleh para ulama. Apakah termasuk yang berlaku pada wanita haid. Yaitu, hukum masuk masjid bagi wanita haid, boleh atau tidak?
Mayoritas ulama berpendapat terlarang.
Dalil utamanya adalah firman Allah ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَقۡرَبُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنتُمۡ سُكَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَعۡلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغۡتَسِلُواْۚ
Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati shalat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamudan sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). (QS. An-Nisa’ : 43)
Mereka menqiyaskan haid dengan junub.
Dan hadis,
إني لا أحل المسجد لحائض ولا جنب
“Saya tidak menghalalkan (melarang keras) orang yang haidh dan junub (masuk/berdiam) dalam masjid”. (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)
Sebagian ulama, seperti Imam Ahmad (dalam salah satu riwayat dari beliau), Al Muzani, Abu Dawud dan Ibnu Hazm -rahimahumullah- berpandangan, wanita haid boleh berdiam di masjid.
Karena tidak adanya dalil shahih yang melarang wanita haid masuk masjid.
Pendapat yang Kuat?
Dari dua pendapat di atas, kami lebih condong kepada pendapat kedua yang membolehkan wanita haid berdiam di masjid.
Diantara ulama kontemporer yang menguatkan pendapat ini adalah, Syekh Albani –rahimahullah-. (Lihat : Tamamul Minnah, halaman 119)
Alasannya adalah sebagai berikut :
Pertama, tidak adanya dalil yang melarang wanita haid berdiam di masjid.
Adapun ayat 43 surat An-Nisa di atas, tidak sedikitpun menyinggung wanita haid. Hanya menyinggung orang yang junub. Dan tidak benar mengqiyaskan haid kepada junub. Karena kaidah mengatakan,
لا قياس في العبادة
“Tidak ada qiyas dalam masalah ibadah.”
Disamping itu, haid dan junub adalah dua hal yang berbeda, sehingga tidak bisa diqiyaskan. Diantara perbedaan yang mendasar adalah : wanita haid tidak diperintahkan sholat, sementara orang junub tetap diperintahkan sholat. Haid membatalkan puasa dan junub tidak semuanya membatalkan puasa, contohnya seperti mimpi basah.
Demikian pula hadis di atas,
إني لا أحل المسجد لحائض ولا جنب
“Saya tidak menghalalkan (melarang keras) orang yang haidh dan junub (masuk/berdiam) dalam masjid”. (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)
KAMU SEDANG MEMBACA
hadist nabi
Ficción General"Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat." (HR. Bukhari no. 3461)