Part 2

9 3 1
                                    

Shafa mengantar Rumi hingga ke rumah kost yang berjarak lima kilometer dari rumah Shafa menggunakan motor. Gadis itu tak berniat mampir karena hari sudah malam bagi gadis sepertinya.

"Assalamu'alaikum!" ucap Shafa ketika memasuki rumah.

"Wa'alaikum salam. Baru dari mana, nak?" tanya abi Shafa.

Shafa mencium punggung tangan abi, "mengantar Rumi. Abi di ruang tamu sendiri?" Gadis itu mendudukkan diri di samping sang abi.

"Memangnya sama siapa lagi, Fa?"

"Kak Faiz, kak Renald, umi, mbak Fanya, mereka kemana?"

"Kak Renald sama istrinya ke toko perlengkapan bayi. Kalau umi ya pasti ikut mereka. Kamu tau sendiri gimana semangatnya umi kalau masalah cucu kan?"

"Kalau kak Faiz?"

"Kalau kak Faiz masih di masjid. Katanya sambil nungguin sholat isya'. Sebenarnya dia masih mau ngobrol sama Naufal dan Alka." Abi terbatuk beberapa saat. Shafa segera beranjak mengambilkan minuman hangat untuk abinya.

"Bi, minum dulu." Shafa menyerahkan segelas air hangat pada Abi.

"Terimakasih." Shafa tersenyum tipis lalu meletakkan gelas di atas meja.

"Abi mau istirahat di kamar?"

"Enggak usah. Abi nunggu sholat isya berjamaah dulu baru tidur." Shafa menurut. Ia memijat lengan Abi.

"Shafa sudah makan malam?" tanya Abi.

"Belum, Bi. Shafa belum lapar. Abi sudah makan?"

"Tadi abi sudah makan malam sama umi dan yang lain. Kamu makan malam dulu sana. Abi enggak mau kamu sakit lagi."

"Enggak kok bi, Shafa sehat." Shafa berucap tegas.

"Halah palingan besok sakit lagi. Ya nggak bi?" celetuk Faiz.

"Faiz... Faiz. Kebiasaan kalau masuk rumah lupa ngucapin salam." Tegur Abi.

"Ehehehe. Maaf. Oh iya, ini ada kue buat Shafa katanya!"

"Dari siapa kak?"

"Siapa lagi kalau bukan pak ustadz muda itu! Nih makan nih. Makan malam buat dedek Shafa manis! Hahahahaha!"

"Faiz!" Abi memberi peringatan pada sikap Faiz yang sering menggoda adiknya itu.

"Faiz mau kembali lagi ke masjid, ayo bi. Sebentar lagi adzan."

"Iya. Shafa... jangan lupa kunci rumah sampai umi dan kakakmu pulang ya!" peringat Abi.

"Iya abiku sayang." Shafa mengunci pintu rumah rapat-rapat sesuai amanah abi. Setelah itu berjalan ke dapur untuk meletakkan kue pemberian Naufal. Gadis itu duduk memandangi kue itu dengan wajah sumringah dan senyum yang lebar. Beberapa saat kemudian fokusnya buyar karena ketukan pintu yang keras.

"Wa'alaikum salam. Umi..." Shafa mencium punggung tangan uminya kemudian membantu Fanya membawa belanjaan ke kamar.

"Fa! Ini kue dari mana?" teriak Renald dari arah dapur.

Fanya melihat Shafa yang masih asik menata perabot bayi miliknya. "Fa! Ditanya mas Renald."

"Ah, ditanya apa mbak? Maaf Shafa fokus sama barang bayi. Hehehehe"

"Kue."

"Oh kue. Mas Renaldnya mana?"

"Di dapur kali. Cari aja!"

"Iya mbak, Shafa permisi."

Shafa melihat Renald menyantap kue dari Naufal dengan lahap bersama umi yang duduk di sampingnya yang hanya menatap saja.

"Mas Renald kalau makan kue bagi-bagi dong. Masa umi cuma ngeliat doang?" Renald tersedak. Umi menyodorkan segelas air minum.

"Kuenya enak Fa. Kamu yang beli?" tanya Renald.

"Kata kak Faiz dari mas Naufal."

"Wew! Kodenya makin keras nih, Fa!"

"Apaan sih mas! Sini aku cobain."

Shafa ikut menikmati kue pemberian Naufal dengan senang hati. Ia menahan senyum mengembang makin lebar di bibirnya. Ia tak ingin digoda oleh kakak laki-lakinya karena kepergok menyukai ustadz muda itu. Lagipula ia masih ragu tentang perasaannya kepada Naufal ditambah ia tak ingin mencintai sesorang yang belum memiliki Shafa seutuhnya.

"Melihat kalian saja umi udah kenyang! Fa, mbak Fanya ada di kamar?" Shafa mengangguk menjawab pertanyaan umi. Umi meninggalkan kedua buah hatinya menikmati kue tak berbayar itu di meja makan.

"Enak lo, Fa! Naufal emang jagoannya mencuri hati!" celetuk Renald.

"Mas Renald apaan sih!"

"Becanda, Fa! Lagian kalian ini mau nikah masih aja malu-malu kucing. Hahahahaha"

"Udah ah. Mas Renald makin ga jelas! Shafa mau sholat isya dulu." Shafa berjalan kentempat wudhu yang tak jauh dari dapur.

"Oke. Ini kue dari calon adik ipar aku habisin ya?"

"Ya jangan dong!" teriak Shafa dari tempat wudhu. Renald terkekeh melihat tingkah laku Shafa dan Naufal yang terkadang menggemaskan ketika digoda seperti itu.

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang